Tak cuma Bali, masih banyak tempat yang bisa pikat turis

Tak cuma Bali, masih banyak tempat yang bisa pikat turis


Secara umum industri pariwisata Indonesia masih ketinggalan dibandingkan negara tetangga. Padahal, dari sisi objek wisata, negara-negara ASEAN lainnya kalah jauh ketimbang Indonesia yang kaya akan alam dan budaya.

Ketika bertanya kepada turis, mana yang lebih dikenal antara Bali atau Indonesia? Nah, kebanyakan turis akan menjawab Bali.

Tak heran, Bali masih menjadi pintu terbanyak arus masuk turis asing.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melalui Bandara Ngurah Rai, Bali per Oktober 2015 mencapai 366,8 ribu kunjungan.

Adapun pintu utama kunjungan wisman lainnya, yakni Bandara Soekarno-Hatta hanya mencapai 197.487 kunjungan.

Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi para stakeholder (pemerintah dan pelaku industri) untuk bisa mengoptimalkan potensi wisata lainnya selain Pulau Dewata.

Soal potensi, Indonesia memiliki potensi objek wisata yang sangat banyak dan beragam.

Ambil contoh, Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa. KIta memiliki kawasan terumbu karang terkaya di dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia.

Laut kita juga menjadi habitat lebih dari 3.000 spesies ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan.

Kekayaan biota laut tersebut menciptakan sekitar 600 titik selam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Raja Ampat di Provinsi Papua Barat adalah taman laut terbesar di Indonesia yang memiliki beraneka ragam biota laut. Kawasan eksotis ini dikenal sebagai lokasi selam scuba yang baik karena memiliki daya pandang yang mencapai hingga 30 meter pada siang hari.

Bunaken yang terletak di Sulawesi Utara memiliki 25 titik selam dengan kedalaman hingga 1.556 meter. Hampir 70% spesies ikan di Pasifik Barat dapat ditemukan di Taman Nasional ini.

Terumbu karang di taman nasional ini disebut tujuh kali lebih bervariasi dibandingkan dengan Hawaii.

Beberapa lokasi lain yang terkenal untuk penyelaman antara lain: Wakatobi, Nusa Penida, Karimunjawa, Derawan dan Kepulauan Seribu.

Belum lagi, terdapat 50 taman nasional yang enam di antaranya masuk dalam situs warisan dunia UNESCO.

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya masih aktif. Dan masih banyak lagi kekayaan lainnya.

Traveler Gemala Hanafiah mengungkapkan, semakin sering dirinya berkeliling ke pelosok Indonesia, semakin pula dirinya jatuh cinta.

“Indonesia itu surganya bagi pelancong, khususnya wisata adventure,” ujarnya perempuan ayu yang juga dikenal sebagai peselancar itu.

Berbondong-bondong, turis asing datang ke Indonesia untuk merasakan dan sekaligus berkencan dengan alam dan budaya Indonesia.

“Bagi peselancar dunia, ombak pantai Indonesia selalu hadir tanpa tergantung musim,” papar Gemala.

Salah satu spot surfing tersohor, yakni di Mentawai. Ketinggian dan ekstremnya ombak di Mentawai menjadi tarik peselancar kenamaan dunia.

Belum lagi, ombak Bono di sungai Kampar Riau, yang merupakan satu-satunya sungai di Indonesia yang bisa untuk berselancar.

Mandalika, andalan baru

Pemerintah pun tampaknya cukup sadar untuk lebih mengoptimalkan daerah wisata lainnya selain Bali. Terlebih ada ambisi menarik 20 juta wisatawan di 2019.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah mulai fokus menggali 10 destinasi wisata di 2016 mendatang.

Salah satunya, Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Kawasan yang kini menjadi kawasan ekonomi khusus ini diproyeksi mampu menandingi Bali.

Perusahaan BUMN yang bergerak di pariwisata, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (PPI) atau Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) bertanggung jawab mengembangkan kawasan ini sebagai tujuan wisata dunia.

Abdulbar M. Mansoer, President Director ITDC, mengatakan, pihaknya akan mengembangkan lahan seluas 1.000 hektare (ha) di Mandalika selama 10 tahun dengan investasi Rp 2,1 triliun.

"Proyek Mandalika akan dimulai dengan konstruksi Hotel Pullman dan Hotel Club Med, proyek pengolahan air laut menjadi air bersih (reverse osmosis), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)," katanya.

Ke depan, Mandalika akan memiliki berbagai fasilitas pariwisata di antaranya hotel – hotel dan villa berbintang empat dan lima, residential, fasilitas meeting , incentive, convention dan exibition (MICE), lapangan golf dan rumah sakit.

Ke depan, perusahaan berpelat merah ini menargetkan dapat mendatangkan 20 juta turis dengan target pendapatan devisa dari sektor pariwisata sebesar Rp 240 triliun di tahun 2019.

Selain Mandalika, Erwin Darmasetiawan, Director ITDC menuturkan, pihaknya akan mengembangkan pariwisata di Bali Utara pada tahun 2016.

ITDC telah memperoleh izin dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk mengembangkan lahan seluas 600 ha di Bali Utara dengan jangka waktu selama delapan tahun. Tahap awal, ITDC akan mengembangkan 400 ha selama lima tahun.

Tak berhenti disitu, ITDC sedang menjajaki pengelolaan pariwisata di wilayah lain seperti Bangka Belitung, Pulau Seribu, Lampung, dan Labuan Bajo.

Wisata belanja

Selain menonjolkan wisata alam, potensi yang mungkin bisa maksimal antara lain wisata belanja.

Pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota-kota metropolitan terutama yang terletak di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang.

Jakarta merupakan kota dengan jumlah pusat perbelanjaan terbanyak di dunia. Saat ini setidaknya Jakarta memiliki 170 pusat perbelanjaan. Salah satu pusat perbelanjaan tertua yang pernah dibangun yakni Pasar Baru yang berdiri sekitar tahun 1820.

Pusat perbelanjaan di Jakarta, Semarang, dan Surabaya umumnya mengadakan diskon besar pada masa ulang tahun kota untuk meningkatkan daya tarik wisata belanja.

Jakarta secara rutin mengadakan pesta diskon Festival Jakarta Great Sale. Di Semarang ada Semarang Great Sale, sementara Surabaya mengadakan Surabaya Shopping Festival.

Salah satu pedagang di pasar grosir Tanah Abang, Mayada, menuturkan tidak sedikit pelanggannya datang dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Afrika.

“Banyak yang datang langsung ke Tanah Abang untuk berbelanja ke sini,” jelas Mayada.

Hal senada diutarakan raja factory outlet (FO) Bandung Perry Tristianto yang siap menyambut berlakunya MEA. Bagi Perry, MEA menjadi tantangan tersendiri untuk pelaku industri FO khususnya untuk di Bandung untuk bisa lebih kreatif.

Meski banyak pelanggan dari negara tetangga ASEAN berbondong-bondong ke Bandung ke untuk berbelanja. Tapi, dirinya melihat tren clothing mulai turun.

“Saat ini FO yang berdiri tinggal 15, kalau dahulu ada sekitar 35 outlet FO,” papar Perry.

Menurutnya, perlu mengonsep ulang kembali Bandung sebagai tujuan wisata belanja. Intinya mengemas wisata Bandung menjadi one stop shopping.

“Saat ini ada tren orang Arab yang berkorban saat Idul Adha di daerah Dayeuhkolot. Ini bisa diintegrasikan dengan potensi lainnya,” paparnya.  

Share this post