Ketatnya persaingan merebut pelancong di era MEA

Ketatnya persaingan merebut pelancong di era MEA


Pelaku industri pariwisata tanah air kian menghadapi gelombang kompetisi yang semakin ketat. Iya, tak lama lagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku efektif di akhir 2015 mendatang.

Pembentukan pasar tunggal ini nantinya akan memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah dan terjamin ke 10 negara di kawasan Asia Tenggara.

Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar menegaskan pelaku industri pariwisata harus benar-benar mempersiapkan strategi dan pemasaran agar menang dalam kompetisi.

“Kita tidak bisa menampik sesama biro perjalanan di kawasan ASEAN di mana memiliki kekuatan sumber daya yang lebih dan kekuatan keuangan seperti halnya di Singapura,” katanya kepada KONTAN, Selasa (14/12).

Untuk itu, Asnawi menyarankan agar pelaku industri pariwisata tanah air untuk pintar meracik produk wisata yang lebih kompetitif. Tawaran paket yang menarik dengan  sejumlah destinasi wisata pilihan dan harga yang bersaing. “Persoalan harga paket wisata ini menjadi salah satu penentunya,” paparnya.

Tantang tidak berhenti di situ saja, Asnawai menjelaskan pasar biro perjalanan wisata untuk kawasan ASEAN terhitung mulai jenuh. Setidaknya dalam kurun waktu dua tahun belakangan mulai terjadi penurunan sekitar 75% pengguna jasa biro perjalanan.

Salah satu penyebabnya antara lain adanya bepergian antara negara kawasan Asia Tenggara tidak melalui biro perjalanan wisata. “Contohnya orang Singapura ke Batam sekitar 80% tidak menggunakan jasa biro perjalanan,” urainya. 

Tidak semua siap

Dukungan pemerintah sangat diharapkan demi menopang industri biro perjalanan dalam negeri. Pasalnya, tidak semua biro perjalanan yang sudah siap menghadapi tantangan persaingan ini.

Setidaknya adanya insentif berupa keringanan pajak, kemudahan perizinan, dan menghapus sejumlah regulasi yang kontra produktif. “Dengan pasar bebas nanti, jujur saja saya khawatir karena pelaku industri pariwisata di negara lain sudah ada kebijakan insentif ini untuk menopang industrinya,” paparnya.

Dari sekian biro perjalanan wisata yang mengklaim siap menghadapi MEA yakni PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR). Hebatnya, Panorama sudah menyadari pasar ekonomi tunggal ini sejak dua tahun lalu.

VP Brand and Communications at Panorama Group AB Sadewa melihat pemberlakuan MEA menjadi sebuah opportunity. “Bicara soal MEA, selalu orang berpikir kita akan diserbu. Ini sebenarnya peluang untuk bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

Panorama pun cukup optimis mengejar target mendatangkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) di 2016 lebih banyak lagi. Setidaknya berambisi mampu menarik sekitar 230 ribu wisman.

Angka ini tidak lepas dari ambisi pemerintah menyedot 20 juta wisatawan di 2019. “Kami menyambut baik rencana tersebut, ini positif bagi perusahaan. Terlebih pemerintah makin gencar melakukan promosi,” ujarnya.

Panorama pun mengaku telah melakukan hal konkret untuk mencapai target. Banyak kesempatan dan potensi yang bisa dikembangkan, seperti penetrasi agresif ke pasar baru seperti Vietnam, Myanmar, dan Sri Langka.

Panorama akan menyusun pembaruan paket tur yang mengarah pada kebutuhan pasar. Selain itu, Panorama akan membangun hubungan lebih luas dengan agen wisata luar negeri. “Kita memiliki kantor perwakilan di negara-negara ASEAN dan siap menawarkan paket yang kompetitif,” paparnya.

Masih kalah

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan sektor pariwisata akan menjadi pemain yang signifikan menggantikan sektor yang selama ini mengandalkan komoditas.

Dia memprediksi di saat sektor-sektor yang mengandalkan komoditas turun, pariwisata malah akan merangkak naik."Sektor pariwisata akan jadi unggulan. Kita punya kualitas, fasilitas, serta konektifitas," ujar Hariyadi.

Tengok saja, daya saing pariwisata Indonesia lambat laun terus merangkak naik. Berdasarkan Laporan terbaru Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) menunjukkan, peringkat daya saing bidang pariwisata Indonesia telah naik dari peringkat 70 pada tahun 2013, ke peringkat 50 pada tahun 2015 ini. (Tabel WEF)

The Travel & Tourism Competitiveness Index 2015

Country Regional Rank
(South east and southern Asia)
Global Rank Business
Enviroment
Safety and Security Health and Hygiene Human Resources and Labour Market

ICT
Readiness

Singapura 3 11 6,13 6,40 5,44 5,49 5,98
Malaysia 7 25 5,60 5,79 5,18 4,98 4,52
Thailand 10 35 4,78 3,75 4,87 4,98 4,34
Indonesia 11 50 4,48 5,16 4,24 4,70 3,73

Sumber: World Economy Forum

Meski demikian, Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan pelaku industri untuk memenangkan persaingan. 

Data kunjungan turis di ASEAN Per 30 September 2015 (dalam ribuan)

Country Intra-ASEAN Extra-ASEAN Total
Brunei Darussalam 3.662,2 223,4 3.88,5
Kamboja 1.991,9 2.510,9 4.502,8
Indonesia 3.683,8 5.751,6 9.435,4
Laos PDR 3.224,2 934,6 4.158,7
Malaysia 20.372,8 7.064,5 27.437,3
Myanmar 1.598,3 1.483,2 3.081,4
Filipina 461,5 4.371,9 4.833,4
Singapura 6.113,0 8.982,1 15.095,2
Thailand 6.620,2 18.159,5 24.779,8
Vietnam 1.495,1 6.379,2 7.874,3
ASEAN 49.223,0 55.860,8 105.083,8

Sumber: ASEAN Tourism Statistic Database

“Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo telah menetapkan target pariwisata naik dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Bila tahun ini kita akan meraih 10 juta wisatawan mancanegara (wisman) dengan perolehan devisa sekitar US$ 11 miliar, akhir 2019 mendatang akan naik menjadi 20 juta wisman dengan perolehan devisa sekitar US$ 22 miliar atau setara dengan Rp 280 triliun,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya. 

Data Kunjungan dan Devisa Wisatawan Asing ke Indonesia

Tahun Jumlah Wisman Devisa Wisman (Juta US$) Hunian Hotel Bintang Hunian Hotel Non Bintang
2011 7.649.731 8.554,39 51,25 38,74
2012 8.044.462 9.120,89 51,55 38,22
2013 8.802.129 10.054,15 52,22 37,34

Sumber: Data BPS

Terlebih ambisi menjadikan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar masih berada di urutan empat setelah migas, batu bara, kelapa sawit, ke depan diproyeksikan berada pada urutan pertama akan mengalahkan sektor migas dan batu-bara yang diperkirakan akan mengalami penurunan karena sifatnya yang tidak bisa diperbaharui.

Target pariwisata dalam lima tahun ke depan ditetapkan akan menghasilkan devisa sebesar Rp 280 triliun, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 8%, serta menciptakan 13 juta orang lapangan kerja.

Pendapatan dari turisme internasional (dalam juta dolar US)

Negara 2013 2014
Brunei -- --
Kamboja 2.659 2.953
Indonesia 9.119 9.848
Laos 596 642
Malaysia 21.496 21.820
Myanmar 929 --
Filipina 4.690 4.767
Singapura 19.301 19.203
Thailand 41.780 38.437
Vietnam 7.250 7.330

 Sumber: The World Tourism Organization (UNWTO)

Share this post