Promosi yang masif, jurus mengambil hati para turis
- Oleh : Agus Triyono,Nina Dwiantika,Yudho Winarto
- Dilihat : 5151 kali
- Dipublish : Senin, 28 Desember 2015
World Tourism Organization UNWTO menegaskan industri pariwisata tetap mampu bertahan dan bahkan tumbuh di tengah gejolak perekonomian dunia. Tercatat angka kunjungan wisatawan international mencapai 1,138 juta di tahun 2014 atau meningkat 4,7% dari tahun sebelumnya.
Untuk tahun 2015, UNWTO memperkirakan pariwisata internasional mampu tumbuh sebesar 3 % sampai 4 %, dengan kata lain lebih berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi global.
Tak heran, jika Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam pidato di peringatan World Tourism Day pada September 2015 lalu menegaskan “one billion tourist, one billion opportunities. Dengan kata lain, Arief ingin menegaskan pariwisata memiliki arti yang sangat penting ditinjau dari berbagai aspek.
Dari sisi ekonomi pariwisata, dalam beberapa tahun terakhir sektor pariwisata memberikan kontribusi terhadap PDB, (baik melalui devisa maupun perputaran ekonomi), dapat membuka peluang usaha jasa pariwisata (baik langsung maupun tidak langsung), dan membuka peluang kerja yang sangat banyak.
Jelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun ini, bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk lebih menggali potensi kekayaan yang dimiliki. Memang sebuah kenyataan bahwa potensi wisata di Indonesia sudah tidak diragukan lagi baik bagi para pecinta traveling lokal maupun mancanegara.
Banyak tempat pariwisata yang sangat menarik untuk dikunjungi baik pantai, keindahan alam, ragam kebudayaan, kerajinan dan masih banyak lagi yang dapat dikunjungi. “Keramahan kita juga menjadi salah satu potensi yang kuat menunjang pariwisata,” kata kata President Director Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M.Mansoer.
Tak dipungkiri, masuk MEA akan membawa persaingan sektor pariwisata semakin sengit. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara kian getol menarik sebanyak-sebanyaknya para pelancong.
Gencar promosi
Lalu bagaimana dengan Indonesia?, Konon, sejauh ini sektor pariwisata yang dianggap paling siap menghadapi MEA.
Menteri Arief menuturkan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara, pemerintah menaikkan dua kali lipat alokasi anggaran pariwisata pada tahun depan.
Jika dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 anggaran pariwisata hanya Rp 2,4 triliun, naik jadi Rp 5,6 triliun di APBN 2016.
Arief Yahya mengatakan, anggaran di sektor pariwisata pada 2016 naik dua kali lipat menjadi Rp 5,6 triliun dari Rp 2,4 triliun. "Pada tahun ini kami juga dapat tambahan Rp 1 triliun," katanya.
Dari total anggaran tersebut, sebanyak Rp 2,95 triliun sampai Rp 3,18 triliun akan digunakan Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara.
Ini berarti hampir setengah anggaran di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan dipakai untuk promosi wisata mancanegara. Dengan anggaran yang bejibun ini, Arief yakin target kunjungan wisata hingga akhir 2019 sebesar 20 juta kunjungan akan tercapai.
Sejalan dengan kegiatan promosi yang sangat masif dan agresif. Pada Senin (7/12), Kemenpar meluncurkan program TV bertajuk Wondernesia di saluran Discovery dan TLC di seluruh Asia Pasifik mulai tanggal 10 Desember 2015.
Nadya Hutagaling, ditunjuk sebagai host program berdurasi 23 menit dan terdiri dari 12 episode ini diproduksi oleh DNAP (Discovery Networks Asia Pacific) yang menyajikan petualangan menjelajahi wisata tanah air.
Untuk strategi lima tahun ke depan, pemerintah telah menerapkan strategi promosi BAS (Branding Advertising Selling) dengan menggunakan proporsi alokasi anggaran promosi pariwisata yakni Branding 50 %, Advertising 30 % dan Selling 20 %.
Di samping gencar mempromosikan wisata dengan tagline Wonderful Indonesia, masih ada beberapa strategi yang dilakukan, di antaranya:
Pertama, kebijakan bebas visa. Pada bulan Juni yang lalu, pemerintah telah menambah 30 negara Bebas Visa Kunjungan (BVK) sehingga kini sudah sebanyak 45 negara yang diberikan kemudahan perjalanan ke Indonesia berupa BVK. Selanjutnya saat ini, pemerintah akan segera menetapkan kebijakan BVK bagi 45 negara sehingga total BVK akan menjadi 90 negara.
Kedua, langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan kemudahan prosedur visa dengan ICT, meningkatkan dan sebarluaskan informasi tentang BVK di target pasar, Eksplorasi kemungkinan pelaksanaan program e-Visa, dan menjajaki kemungkinan kerjasama regional ASEAN terkait fasilitasi bebas visa ala Schengen.
Ketiga, selain itu, revisi Perpres 179 mengenai tidak diberlakukannya lagi CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory), Pengembangan 100 (seratus) Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Penetapan minimal 10 (sepuluh) Destinasi Prioritas setiap tahun, Pemasaran Nusantara dan Mancanegara dengan tagline Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia yang menekankan strategi pemasaran DOT (Destinasi, Originasi, dan Time).
“Ada 222 lokasi yang supaya dikembangkan. (Tapi) Kita fokus di 10 lokasi wisata yang paling paling potensial untuk tingkatkan jumlah wisatawan. Supaya ada momentum di dalam penciptaan tourism," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli
Pemerintah menyebutkan, 10 destinasi wisata itu yaitu Kepulauan Seribu di Jakarta, Danau Toba di Sumatera Utara, Gunung Bromo di Jawa Timur, Labuan Bajo di Flores, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Morotai di Maluku, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Tanjung Lesung di Banten, Belitung dan Yogyakarta.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arif Yahya mengatakan 10 destinasi wisata itu dipilih karena secara bisnis menjadi lokasi yang paling cepat menyedot wisatawan sehingga memiliki dampak kepada perekonomian.
Keempat, membangun SDM di sektor pariwisata melalui dua jalur, yaitu lewat pendidikan formal dan non-formal.
Untuk pendidikan formal, pembangunan SDM lewat pendidikan formal, hingga saat ini Kemenpar telah menyediakan empat lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan, yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, STP Nusa Dua Bali, Politeknik Pariwisata Negeri Makassar, dan Akademi Pariwisata Medan.
Tahun depan, Kemenpar akan menambah dua perguruan tinggi kepariwisataan di Palembang dan Lombok. Dengan demikian, secara total akan ada enam perguruan tinggi kepariwisataan.
Adapun dari sisi pendidikan non-formal, Kemenpar telah menjalin kerja sama dengan instansi terkait dalam program sertifikasi SDM pariwisata yang berstandar ASEAN. Hingga saat ini, sekitar 150 ribu SDM telah tersertifikasi dan ditargetkan pada 2019 ada 550 ribu SDM yang tersertifikasi standar ASEAN.
Dengan sekian banyak strategi ini, harapannya Indonesia semakin siap menghadapi persaingan di era MEA. Terlebih, Indonesia dengan segudang keunggulannya.
Haryadi Sukamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menuturkan dari segi fasilitas khususnya akomodasi, Indonesia merupakan negara paling unggul. Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan jumlah kamar hotel terbesar di Asia Tenggara.
Apindo mencatat hingga akhir Oktober, Indonesia memiliki 270.500 jumlah kamar hotel. "Ditambah 2016 nanti akan ada tambahan 50.000 kamar lagi," katanya.
Jumlah ini, kata Hariyadi, sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Thailand memiliki 200.000 jumlah kamar, atau di bawah Indonesia. Adapun untuk akomodasi, Hariyadi berpendapat Indonesia tinggal menyeimbangkan antara ketersediaan dengan permintaan.
Meski demikian, infrastruktur menjadi poin yang perlu digarisbawahi. Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar mengatakan infrastruktur ke berbagai wilayah tujuan wisata di Tanah Air masih perlu dibenahi.
Menurut Asnawi, infrastruktur di Indonesia saat ini masih banyak yang belum memadai, bahkan di Pulau Jawa yang kondisi ekonomi paling mantap pun masih banyak ditemui kekurangan di sektor infrastruktur.
Asnawi mencontohkan jalan darat menuju lokasi destinasi di Pantai Anyer, Provinsi Banten, masih rusak dan kondisi tersebut mempengaruhi tingkat kunjungan ke objek wisata itu.
Sementara itu untuk di luar Pulau Jawa, selain jalan, infrastruktur yang layak dikembangkan adalah pembangunan dermaga sehingga memungkinkan persinggahan kapal-kapal pesiar. “Masih banyak tujuan wisata baru yang potensial dikembangkan di luar Pulau Jawa,” katanya.
Ya, semoga sektor pariwisata benar-benar siap menghadapi persaingan merebut hati para pecinta travelling.