KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri reksadana menunjukan pola perbaikan. Berdasarkan data Infovesta Utama, Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang menjadi acuan kinerja reksadana pendapatan tetap per 16 Mei 2025, mencatatkan return 2,58% secara year to date (ytd).
Diikuti oleh reksadana pasar uang sebesar 2%. Adapun reksadana campuran tercatat mencetak return 1,58% dan reksadana saham minus 0,29%.
Head of Business Development Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, pemulihan industri reksadana seiring pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI). Sebab, rendahnya suku bunga akan merangsang daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Pertumbuhan AUM Reksadana BRI-MI Tembus 35,27% Kokoh di Posisi Top 3 Industri MI
Umumnya, penurunan suku bunga ini juga akan menekan imbal hasil surat utang yang memiliki hubungan negatif dengan harga surat utang itu sendiri. Sementara untuk reksadana campuran akan mengalami dampak yang bervariasi tergantung pada komposisi asetnya.
Ke depan, prospek reksadana bergantung pada stabilitas ekonomi global dan domestik. Jika inflasi terkendali dan suku bunga tetap rendah, reksadana saham kemungkinan akan membaik lebih lanjut.
"Meski begitu, reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan bagi investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi," imbuh Reza.
Menurut Reza, momentum pelonggaran moneter ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melirik reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham.
"Pada reksadana saham, terutama yang berinvestasi di sektor konsumsi dan infrastruktur. Pada reksadana pendapatan tetap bisa yang berfokus pada obligasi jangka panjang," kata Reza, Jumat (23/5).
Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudyanto menuturkan, reksadana saham campuran juga disokong oleh tren aliran dana asing yang kini berbalik masuk. "Meskipun reksadana saham berpotensi rebound, tapi volatilitas masih tinggi," imbuh Rudy, Jumat (23/5).
