JAKARTA. Kondisi pasar saham Tanah Air bisa dibilang fluktuatif. Sejak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh rekor 5.246 pada 8 September lalu, indeks tergerus 3%. Bukan hanya dipengaruhi data ekonomi yang masih mencatat defisit neraca perdagangan, indeks sedikit banyak dipengaruhi situasi politik setelah pemilu.
Situasi ini tak membuat manajer investasi (MI) atau asset management keder. Mereka menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong return.
Head of Operation dan Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, pihaknya menerapkan strategi value investing dalam meracik portofolio reksadana saham.
Artinya, fokus pada saham berfundamental bagus dan memiliki valuasi murah atau moderat. "Tahun ini, kami fokus di sektor keuangan, properti, dan konsumen," katanya.
Ia memperkirakan, hingga akhir tahun ini, rata-rata return reksadana saham minimal bisa 5% di atas IHSG. Dalam jangka pendek, pasar saham berpotensi ditopang hasil publikasi laporan keuangan emiten.
Adapun, jangka panjang, prospek reksadana saham akan dipengaruhi kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Jika kenaikan dilakukan cepat dan di atas Rp 2.000 per liter, prospek pasar saham yang menjadi aset dasar reksadana akan bagus di jangka panjang," kata Rudiyanto.
Kinerja dua reksadana saham kelolaan Panin, yakni Panin Dana Maksima dan Panin Dana Syariah Saham mampu mengalahkan laju IHSG secara year to date hingga 31 Oktober, yaitu dengan imbal hasil masing-masing 20,92% dan 19,16%.
Direktur Utama PT Samuel Aset Manajemen Agus Yanuar mengatakan kondisi makro ekonomi global, geopolitik internasional serta dinamika politik domestik sepanjang tahun mengakibatkan perusahaan mencermati pasar dengan hati-hati. Pihaknya menerapkan strategi alokasi portfolio sesuai dengan bobot pasar dengan penekanan utama pada saham-saham yang likuid di sektor perbankan, utilitas, infrastruktur dan barang-barang konsumsi.
Dua produk Samuel Aset Manajemen, yakni SAM Indonesia Equity Fund dan SAM Sharia Equity Fund berkinerja baik. Keduanya masing-masing memberikan return sebesar 25,10% dan 19,78% year to date.
Sedangkan PT CIMB Principal Asset Management sedikit mengoprek reksadana pendapatan tetap dengan aset dasar efek utang. Perusahaan memang tetap lebih banyak memilih obligasi negara.
Namun, menurut Chief Investment Officer Cholis Baidowi, perusahaan memperpendek durasi obligasi agar tekanan harga obligasi tidak terlalu berpengaruh terhadap portofolio investasi. Nanti, setelah ada kepastian kapan kenaikan harga BBM, baru durasi kembali diperpanjang dengan asumsi kondisi pasar kembali bullish.
Sejumlah tetap bertahan berinvestasi di berkapitalisasi kecil (small caps) untuk menarik untung lebih besar. Salah satunya, Ashmore Dana Progresif Nusantara yang juga mengandalkan saham lapis bawah untuk mendorong return. Sejak awal tahun hingga 31 Oktober lalu, return produk ini mencapai 32%.
Direktur Ashmore Indonesia Arief Wana melihat, ada beberapa keuntungan saham small caps sehingga harganya bisa terus naik. Pertama, pertumbuhan bisnis emiten ini masih terbuka lebar. Kedua, ceruk pasarnya tidak diambil saham berkapitalisasi besar (big caps).
Millenium Danatama Indonesia (MDI) juga tidak akan mengubah strategi penempatan dana di saham second liner hingga pengujung 2014, dan melihat peluang kenaikan saham properti dan konstruksi.
Produk baru
Meski pasar masih berfluktuasi, manajer investasi (MI) tetap akan menerbitkan produk baru. Tentunya sudah menyesuaikan kondisi pasar dan prospeknya.
CIMB Principal Asset Management misalnya berencana menerbitkan reksadana saham baru di bulan November. Presiden Direktur Fajar Rachman Hidajat menerapkan strategi overweight sektor-sektor yang terkait infrastruktur, semen, konstruksi dan konsumsi dan underweight pada saham berbasis perkebunan. Dengan fokus pemerintah saat ini pada sektor infrastruktur, dia akin, dalam lima tahun kedepan, sektor ini mengungguli IHSG.
Manajer investasi lain yang segera meluncurkan produk baru adalah PT Quant Kapital Investama. Produk pertamanya yang bakal terbit November ini bernama Quant Investa Saham. Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee bilang, produk ini akan mengambil saham-saham dengan fundamental bagus dan valuasi menarik.
Produk ini melirik saham-saham sektor konsumer dan defensif saat pasar koreksi. Strategi akan diubah dengan masuk ke saham sektor infrastruktur, perbankan, semen, serta konstruksi saat kondisi pasar membaik.