KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kinerja reksadana saham dan reksadana campuran masih negatif di awal tahun. Walaupun bergantung pada sejumlah sentimen, peluang pemulihan dinilai tetap ada.
Berdasarkan data Infovesta, Infovesta 90 Equity Fund Index mencatatkan penurunan kinerja 8,89% secara bulanan (mom) di Februari 2025. Sementara Infovesta 90 Balanced Fund Index mencetak penurunan 4,35% mom.
Meski tertekan, sejumlah reksadana saham dan campuran berhasil menjaga kinerjanya tetap positif. Dari reksadana saham, tiga teratas kinerja terbaik dikuasai produk Pacific Capital Investment. Pacific Saham Syariah III tumbuh 8,96% month on month (mom), Pacific Saham Syariah 7,78% MoM, dan Pacific Equity Flexi Fund 7,16% MoM.
Selain itu, ada juga dari Sucorinvest Equity Prima Fund yang naik 2,79% MoM dan Shinhan Mitra Maxima Ekuitas sebesar 2,33% MoM.
Sementara itu, dari reksadana campuran ada STAR Balanced yang tumbuh sebesar 2,28% MoM. Direktur Utama Star Asset Management, Hanif Mantiq menyebut, di tengah kondisi ketidakpastian global, pihaknya menerapkan strategi memperbanyak komposisi portofolio obligasi pemerintah agar imbal hasil stabil.
Baca Juga: Hadirkan Kemudahan Investasi, bluRDN Kini Tersedia untuk Sobatblu
Adapun lima besar komposisi portofolio Star Balanced terdiri dari obligasi negara dengan tenor panjang yaitu FR0072 dan FR0087, beserta saham perbankan. Komposisi tersebut dapat menghasilkan imbal hasil yang baik karena kontribusi yield atas FR0072 dan FR0087 yang cukup besar sekitar 6%-7%, sehingga dapat mendorong kinerja dari portofolio Star Balanced.
Selain itu ada juga Pinnacle Granditas Dynamic Balanced Fund yang mampu menjaga kinerjanya tetap positif sebesar 0,86%. Maklum, dari 92 daftar produk reksadana campuran, hanya 15 produk yang mampu menjaga kinerjanya tetap positif.
CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra menerangkan, strateginya mengedepankan manajemen risiko yang terukur dalam pengelolaan dana. Fokus terhadap obligasi yang memiliki rating investment grade dan sebagian kecil porsi portfolio dialokasikan ke saham untuk tactical asset allocation.
Berdasarkan fund factsheet per Februari 2025, portofolio Pinnacle Granditas Dynamic Balanced Fund mayoritas dari pendapatan tetap sebesar 78,24%. Menyusul pasar uang 20,73% dan saham 1,03%.
Adapun beberapa portofolio pendukung kinerjanya dari Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa, Obligasi Berkelanjutan I Oki Pulp & Paper Mills, dan Obligasi Berkelanjutan I Pindo Deli Pulp and Paper Mills.
Guntur menilai sepanjang Februari 2025 terdapat volatilitas pasar yang cukup tinggi, sehingga membuat kinerja reksadana, khususnya saham melemah. Hal tersebut sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 11,8% mom.
Pemulihan kinerja tetap ada, tetapi bergantung pada beberapa faktor, seperti perkembangan kebijakan moneter global, stabilitas nilai tukar rupiah, dan kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut Guntur, jika tekanan global akibat perang tarif mereda dan aliran dana asing kembali masuk, reksadana saham dan campuran berpotensi mengalami rebound. Namun, apabila sentimen negatif masih dominan, maka tekanan lebih dalam bisa terjadi.