KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana menjelang akhir kuartal l 2025  menunjukkan kinerja beragam. Berdasar data Infovesta Utama, per 12 Maret 2025, reksadana pendapatan tetap paling unggul dengan return 1,56% secara year-to-date (ytd). Diikuti indeks reksadana pasar uang yang mencetak return 1,01% ytd.

Adapun, reksadana campuran dan reksadana saham kompak bergerak di zona merah dengan masing-masing mencetak return minus 3,37% ytd dan minus 7,47% ytd.

Direktur Utama STAR AM Hanif Mantiq mengamati, kinerja reksadana awal tahun ini tidak lepas dari sentimen negatif, baik global maupun domestik. Di antaranya peningkatan tensi perang dagang global hingga pemangkasan rating saham dan obligasi Indonesia oleh Goldman Sachs.

"Penurunan rating dari overweight jadi market weight berdampak pada performa bursa saham. Ini mengindikasi kekhawatiran investor terhadap fundamental ekonomi dan emiten Indonesia," ujar Hanif, Kamis (13/3).

Berdasar catatan OJK, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana Februari 2025 tercatat Rp 493 triliun, terkoreksi 1,4% dari bulan sebelumnya. Adapun, Unit Penyertaan (UP) meningkat tipisjadi 393,4 miliar unit, atau naik 0,77% dari Januari 2025.

Hanif menilai peningkatan UP ditopang reksadana pendapatan tetap dan pasar uang. Kedua jenis reksadana ini berpotensi memperoleh keuntungan. 

Head of Business Development Division Henan Putihrai AM Reza Fahmi Riawan bilang, ini mencerminkan optimisme investor. Meski ada koreksi, investor melihat peluang dalam jangka panjang.

Baca Juga: 10 Manajer Investasi Terbesar per Februari 2025

"Sementara penurunan NAB berarti ada tekanan pada nilai aset yang dikelola, kemungkinan akibat volatilitas pasar atau penurunan harga aset dasar seperti saham," kata Reza, Kamis (13/3).

Ke depan, jika tingkat inflasi terkendali dan suku bunga mulai turun, sektor-sektor seperti konsumer dan infrastruktur diperkirakan akan memberi kontribusi positif pada reksadana saham. 

Sementara itu, Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menyarankan investor menerapkan strategi diversifikasi portofolio, dengan memanfaatkan momentum zona hijau pada reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. 

Diversifikasi ini dapat menurunkan harga rata-rata, sehingga berpotensi meredam kerugian. "Tetapi perlu diperhatikan, setiap strategi disesuaikan horizon investasi masing-masing investor," ujar Parto, Kamis (13/3).

Parto menegaskan, pasar saham masih potensial untuk sulit ditebak. Namun, jika harga sudah turun, maka risiko kerugian akan mengecil.
 

Selanjutnya: Kelesuan Residensial Jadi Tantangan Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

komentar