KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana diproyeksi akan terus tumbuh pada tahun depan. Harapan itu seiring prospek pertumbuhan ekonomi domestik.
AUM reksadana mencapai all time high (ATH) per Oktober 2025 dengan mencatat Rp 621,67 triliun per Oktober 2025. Angka itu naik 6,96% dibanding posisi September 2025 yang sebesar Rp 581,17 triliun. Secara year-to-date (ytd) kenaikan mencapai 23,61% dari Rp 502,92 triliun
Dari total dana kelolaan tersebut, reksadana pendapatan tetap masih mendominasi dengan nilai Rp 223,9 triliun. Menyusul reksadana pasar uang sebesar Rp 122,16 triliun, dan reksadana saham Rp 72,23 triliun
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Eri Kusnadi sebelumnya menjelaskan, lonjakan dana kelolaan terutama berasal dari meningkatnya minat investor terhadap reksadana pendapatan tetap. Tren pemangkasan suku bunga menjadi pendorong utama meningkatnya minat terhadap reksadana pendapatan tetap.
Obligasi yang kembali atraktif membuat reksadana pendapatan tetap tampak menawarkan capital gain yang lebih menarik. Berdasarkan data OJK, instrumen ini menyumbang sekitar 36% dari total dana kelolaan per Oktober 2025.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan berjalannya pasar keuangan termasuk reksadana tak lepas dari prospek perekonomian. Bank Permata memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2026 di kisaran 5,1% - 5,2%.
"Berarti dari sisi IHSG, kinerja emiten juga terus akan membaik. Ditambah juga dengan sentimen globalnya," ucap Josua, Kamis (4/12).
Eri menilai prospek reksadana pada tahun depan akan positif. Emiten-emiten besar diharapkan kembali menunjukkan kinerja yang bagus seiring perbaikan ekonomi.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terdapat 18.123.139 investor reksadana per Oktober 2025, naik 2,81% dibanding September 2025. Sebagian besar investor individu.
