JAKARTA. Bisnis waralaba atau franchise diprediksi masih akan berkibar tahun depan. Tingginya tingkat konsumsi domestik menjadi penopang utama perkembangan bisnis waralaba di tanah air. Apalagi, saat ini, pertumbuhan kelas menengah di tanah air terus menanjak dan daya beli masyarakat terus tumbuh. Faktor ini jelas menjadi pasar yang sangat potensial bagi perkembangan bisnis waralaba.
Memang, dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih akan terasa pengaruhnya tahun depan. Bukan saja berdampak terhadap daya beli masyarakat, kenaikan BBM juga mengerek harga bahan baku. Kondisi ini akan memengaruhi bisnis waralaba, terutama sektor makanan atau food and beverage (F&B).
Namun, menurut Amir Karamoy, Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin, pengaruhnya tidak signifikan terhadap bisnis waralaba. "Prospeknya masih bagus," kata Amir kepada KONTAN, belum lama ini.
Lantaran peluangnya masih terbuka lebar, banyak pengusaha tetap gencar menawarkan waralaba. Menurut Amir, ada beberapa sektor usaha waralaba yang memiliki prospek cerah di tahun depan. "Yang paling unggul tetap sektor F&B," ujarnya.
Sektor lain yang peluangnya masih menjanjikan adalah sektor kesehatan, salon, travel, ritel, dan pendidikan. Sektor-sektor ini masih akan berkembang dan diserbu pemain, baik asing maupun lokal.
Makanan
Peluang bisnis makanan memang masih sangat menjanjikan. Menurut Amir, sektor ini tidak pernah redup karena selalu dibutuhkan manusia. Salah satu waralaba asing yang sukses merambah bisnis kuliner di Indonesia adalah PT Indo Bangi Kopitiam asal Malaysia.
Pemilik brand Bangi Kopitiam ini resmi masuk Indonesia pada 2011. Di negara asalnya, perusahaan ini berdiri sejak 2006.
Hingga saat ini, Bangi Kopitian sudah memiliki sekitar 48 mitra yang tersebar di Jakarta, Medan, Palembang, Jambi, Bali, Surabaya, Semarang, Makassar, Palu, Banjarmasin, dan Balikpapan.
Direktur PT Indo Bangi Kopitiam, Tjhong Yono, selaku master franchise Bangi Kopitiam di Indonesia mengatakan, Bangi Kompitim semakin berkembang karena gencar berinovasi. Antara lain rajin membuat menu makanan baru sesuai dengan selera lidah orang Indonesia.
Ia optimistis, bisnisnya terus berkembang karena prospek bisnis F&B masih menjanjikan. Itu juga yang mendorong Bangi Kopitiam tetap gencar meluncurkan menu baru. "Kami terus memperbarui menu, setiap enam bulan sekali meluncurkan lima sampai 10 menu baru," ujarnya.
Selain gencar meluncurkan menu baru, pihaknya juga terus melakukan pembaruan standar operasional prosedur (SOP) demi mempertahankan kualitas produk dan layanan. Ia menargetkan, jumlah gerainya genap 50 sampai akhir tahun ini. "Tahun depan kami targetkan tambah menjadi 65 gerai di seluruh Indonesia," katanya.
Untuk mencapai target itu, ia gencar melakukan promosi lewat media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan iklan di media massa. Sampai saat ini, paket investasi Bangi Kopitiam masih dihargai Rp 1,4 miliar.
Gurihnya pasar kuliner ini juga turut dirasakan pemain lokal. Salah satunya adalah PT Indoboga Makmur Pratama, pemilik brand Kuch2hotahu asal Kudus, Jawa Tengah. Saat ini, Kuch2hotahu sudah memiliki 1.000 mitra yang tersebar di seluruh Indonesia.
Iwan, marketing Kuch2hotahu juga optimistis bisnisnya masih akan tumbuh di tahun depan. Namun, ia melihat tantangan di tahun depan cukup berat. Persaingan semakin ketat menyusul diterapkan MEA.
Untuk mengantisipasi itu, ia akan membenahi SOP agar kualitas tetap terjaga. Dari segi produk, ia juga menyiapkan menu-menu baru agar konsumen tidak bosan. Selain makanan olahan tahu, mulai 2015 akan ada menu lain seperti nasi goreng.
Ritel
Pengamat waralaba, Anang Sukandar mengatakan, bisnis waralaba di sektor ritel juga bagus. Menurut Anang, bisnis minimarket layak masuk dalam daftar pilihan usaha, selain sektor makanan. Keuntungan waralaba minimarket sangat jelas dan perputaran uangnya juga cepat.
Bagi yang tertarik terjun di sektor ini sebaiknya melirik pemain lama yang sudah eksis. Kata Anang, pemain lama seperti Indomaret bisa menjadi pilihan. "Laju pertumbuhan bisnis waralaba Indomaret sangat cepat, transaksi di gerai Indomaret di seluruh Indonesia hingga puluhan juta struk per bulan," ujarnya.
Ritel yang bernaung di bawah brand PT Indomarco Prismatama ini bisa dibilang pelopor di industri waralaba minimarket. Berdiri tahun 1988, Indomaret resmi menawarkan waralaba tahun 1997. Saat ini, gerainya sudah ada 10.600 di seluruh Indonesia.
Wiwiek Yusuf, Direktur Marketing PT Indomarco Prismatama menyampaikan, dari jumlah gerai itu, sekitar 60% milik sendiri dan sisanya milik mitra. Bagi Wiwiek, perkembangan pesat yang dialami Indomaret tidak lepas dari konsistensi yang dijalani. "Apalagi sekarang sistemnya sudah berjalan baik. Jadi mudah bagi calon mitra untuk mengadaptasi sistem kami, " kata Wiwiek.
Menurut Wiwiek, saat membuka tawaran waralaba, PT Indomarco harus menunggu 10 tahun dulu untuk memastikan apakah sistem berjalan baik. "Dulu kami buka 200 gerai dulu baru berani buka franchise. Kalau sekarang yang saya lihat banyak perusahaan yang baru buka dua tiga gerai sudah berani buka franchise, " kata dia.
Menurut Wiwiek, peluang waralaba minimarket masih bagus, terlebih Indomaret fokus menjual barang kebutuhan sehari-hari yang tak pernah sepi permintaan. Ia mengklaim, waralaba Indomaret layak dilirik karena memiliki rekam jejak baik. Wiwiek bilang, rata-rata omzet gerai Indomaret mencapai 10 juta per hari. Ada pun nilai investasi gerai berbeda-beda, dengan kisaran Rp 400 juta-Rp500 jutaan.
Selain Indomaret, banyak juga pemain baru di sektor ini yang menawarkan kerjasama kemitraan. Salah satunya PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang mengusung brand Waroeng Rajawali. Berdiri Februari 2013, Waroeng Rajawali resmi menawarkan kemitaraan November 2013.
Ismed Hasan Putro, Direktur Utama RNI menyampaikan, saat ini gerai Waroeng Rajawali yang sudah beroperasi ada 200. Sebagai pendatang baru, ia optimistis bisnisnya terus tumbuh. "Di tahun 2015 kami menargetkan jumlah mitra hingga 500 gerai," kata Ismed.
Ismed bilang, RNI sudah melakukan riset untuk melihat potensi pasar. Hasilnya, respon masyarakat cukup positif terhadap kemunculan Waroeng Rajawali. Menurutnya, kelebihan Waroeng Rajawali adalah fokus menjual produk lokal skala industri kecil menengah (IKM).
Laundry & Salon
Pengamat waralaba, Erwin Halim menilai, bisnis laundry termasuk salah satu sektor waralaba yang masih menjanjikan tahun depan. Bahkan, ia melihat, prospek bisnis ini kian baik karena jasa laundry semakin dibutuhkan, terutama di kota-kota besar. "Melihat supply dan demand seperti sekarang ini, artinya di tahun 2015 prospeknya semakin baik," ujar Erwin.
Menurut Erwin, ada banyak pengusaha laundry yang sukes mengembangkan bisnis lewat kerjasama waralaba. Salah satunya: Melia Laundry & Dry Cleaning asal Yogyakarta. Usaha laundry dibawah naungan PT Melia Pilar Utama (Melia Group) ini sudah mulai menawarkan waralaba sejak 1997.
Fen Saparita, Direktur Utama Franchise Melia Laundry & Dry Cleaning, mengatakan, saat ini Melia Laundry sudah memiliki 83 gerai dan 417 konter yang merupakan bagian dari jaringan gerai. Tiga gerai milik pusat di Yogyakarta dan Jakarta. Sedangkan sisanya milik mitra.
Gerai dan konter yang dimiliki oleh mitra tersebut tersebar di seluruh Indonesia, seperti di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Bali. Bagi Fen, pesatnya perkembangan Melia laundry tak lepas dari beberapa hal yang telah dilakukan, seperti pemasaran, hubungan baik dengan mitra, tim yang baik, hingga evaluasi secara periodik.
Fen menjamin, Melia Laundry merupakan bisnis yang memiliki prospek bagus di tahun mendatang. Hal ini dikarenakan sistem yang telah teruji dan balik modal yang menurutnya terbilang cepat, yaitu 2 tahun sampai 2,5 tahun. "Proteksi area yang bisa meliputi satu kota satu mitra merupakan salah satu keuntungan mitra. Tidak seperti bisnis waralaba lain dimana area proteksi hanya beberapa meter atau kilometer saja," jelas Fen.
Bisnis salon kecantikan juga akan tetap ciamik di tahun Kambing Kayu. Yulia Astuti, pemilik usaha salon muslimah dengan brand Moz5 Salon mengatakan, potensi bisnis salon muslimah tahun depan semakin baik. Pasalnya, jumlah pemakai hijab semakin besar dan mereka membutuhkan salon muslimah untuk mendukung penampilannya.
Lantaran peluangnya semakin terbuka, Yulia gencar melakukan ekspansi. Bahkan tahun depan, ia berencana merambah mancanegara, terutama negara tetangga. Ia menargetkan, bisa menambah tujuh outlet di Indonesia dan enam di mancanegara. Untuk menggapai target tersebut, ia banyak mengikuti pameran.
Sejak menawarkan waralaba pada tahun 2004, gerai salon asal Bekasi, Jawa Barat ini kini sudah menggandeng 19 mitra di berbagai daerah.
Publish: 05 January 2015 | oleh : Izzatul Mazidah,Rani Nossar,Tri Sulistiowati,Yuthi | dilihat : 39126 kali
Komentar