JAKARTA. Di pengujung tahun 2014, pasar saham domestik bergerak menyusut. Meski demikian, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang tahun ini lebih atraktif dibandingkan tahun lalu. Euforia tahun politik memancing dana asing bergerak masuk ke pasar saham. Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), hampir seluruh sektor saham mencetak imbal hasil (return) positif.
Per 24 Desember 2014, hanya sektor pertambangan yang masih bergumul di zona merah. Imbal hasil sektor pertambangan masih negatif 4,52% sejak awal tahun atau year-to-date (ytd). Padahal sektor komoditas lain seperti perkebunan mulai bangkit dan memberi imbal hasil 5,73% (ytd).
Tren bearish harga komoditas seperti batubara menjadi penyebab saham sektor tambang menyusut. Saham sektoral yang memberi imbal hasil tertinggi adalah saham properti, real estat dan konstruksi yang mencatat return menjulang hingga 52,64% (ytd). Angka itu jauh melampaui return IHSG sebesar 20,89% (ytd).
Saham sektor keuangan juga mencatat return tinggi sebesar 35,21% (ytd) diikuti saham infrastruktur dan transportasi dengan return 24,30% (ytd). Masuknya aliran dana asing (hot money) turut memompa IHSG. Hingga Rabu (24/12), asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 40,19 triliun.
Padahal sepanjang tahun 2013, investor asing justru mencetak penjualan bersih (net sell) Rp 20,65 triliun. "Meski tahun politik, minat investor asing cukup besar," ujar Hans Kwee, Vice President Investment Quant Kapital Investama.
Saham konstruksi dan infrastruktur juga memiliki magnet untuk menarik minat investor. Ketika rezim berganti, saham infrastruktur diburu lantaran pemerintah baru berniat menggenjot infrastruktur. Pelaku pasar berharap, pemerintah bisa menjaga indikator makro seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi dan rupiah. Pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) diprediksi berefek positif bagi pasar modal di paruh kedua tahun depan.
Kepala Riset Phillip Securities Indonesia Gunawan Sutanto memproyeksikan, IHSG terus menanjak pada tahun depan. Sepanjang tahun kambing ala kalender China, IHSG bisa menyentuh 5.900. Angka ini merefleksikan price earning (PE) 17,6x.
Namun, Gunawan mencemaskan potensi koreksi tajam di kuartal pertama dan kedua tahun depan. Pasalnya, harga saham saat ini sudah mahal. IHSG diduga bisa terpangkas 5%-9% di awal tahun depan. Para pemodal bisa memanfaatkan koreksi itu untuk akumulasi saham berfundamental bagus. Kelak, IHSG kembali naik dan bergerak sesuai fundamental.
Rencana Bank Sentral AS, The Fed, menaikkan suku bunga juga akan berimbas ke IHSG. Hans memprediksi, The Fed mengerek suku bunga ke level 1,38%. Tapi hal itu mungkin terjadi di semester II 2015. Di sisi lain, inflasi AS berada di level 2%.
Untungnya inflasi Indonesia pada tahun depan diperkirakan lebih terkendali, sehingga Bank Indonesia berpeluang menurunkan BI rate menjadi 7,25%, dengan asumsi inflasi 5,5%. Hans memperkirakan, tahun depan IHSG tumbuh 20% menjadi 6.125, dari perkiraan tahun ini di level 5.100.
Berbeda dengan Hans, Associate Director Head of Research and Institutional Business Trimegah Securities, Sebastian Tobing memperkirakan, The Fed akan mengerek bunga acuan dari 0,25% ke 1,125% hingga akhir 2015. Karena itu, dia memperkirakan BI rate naik 25 basis poin dari saat ini 7,75% menjadi 8% pada akhir 2015.
Saham unggulan
Adanya rencana pemerintah mengerek sektor infrastruktur, Gunawan optimistis, saham sektor konstruksi masih berprospek cerah. Saham pilihannya adalah PT PP Tbk (PTPP). Argumen dia, PTPP memiliki struktur biaya kuat dan margin laba kotor paling tinggi dibandingkan industri. Umumnya, margin laba kotor emiten konstruksi di bawah 10%, sementara PTPP mampu mencetak 12%.
Gunawan memprediksi, pendapatan PTPP di 2015 mencapai Rp 16,3 triliun dan laba bersih Rp 586 miliar. Dia menyarankan, buy PTPP dengan target harga Rp 3.935 per saham di akhir tahun depan.
Bisnis beton pracetak juga bakal terdongkrak. Satu-satunya emiten yang bergerak di bisnis beton pracetak adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON). Gunawan menyarankan buy dengan target Rp 1.420.
Selain sektor konstruksi, ada sejumlah sektor bisnis yang berpeluang tumbuh bagus pada tahun depan. Praktisi pasar saham Ellen May menilai, sektor yang menarik di 2015 antara lain, perbankan, farmasi serta kelautan dan perikanan. "Pemerintah mulai serius menggarap sektor kelautan," ujar pendiri Ellen May Institute ini.
Sektor perbankan bakal tetap berkibar, lantaran selama ini masih menjadi tumpuan pendanaan. Ellen menjagokan saham seperti PTPP, WSKT, WIKA, BBRI, KLBF dan KAEF.
Sedangkan Sebastian memiliki sembilan pilihan saham unggulan, yakni BBNI, BJTM, TBIG, INTP, MAPI, ADHI, WSKT, SMRA dan SOCI. Menurut dia, saham dari berbagai sektor bisnis itu memiliki prospek imbal hasil tinggi.
Namun dia mengingatkan, dalam memilih saham, sebaiknya investor tak hanya melihat faktor sektoral, melainkan juga valuasi dan prospek pertumbuhan laba bersih emiten yang bersangkutan. Selain itu, Sebastian mencermati saham yang memberikan dividen yield tinggi. "Tak harus mencari price earning ratio (PER) yang murah, tapi juga cari yang EPS growth-nya tinggi," ungkap dia.
Sedangkan saham unggulan versi Hans Kwee adalah JSMR, PGAS, INTP, WIKA, PTPP, LPCK dan LPKR. Hans memfokuskan pilihan saham tahun depan pada sektor properti dan konstruksi. Meski valuasinya sudah mahal, saham ini akan terus memberikan imbal hasil positif.
Jadi silakan menikmati untung 2014 dan selamat berburu pada 2015.
Komentar