Detail

Saham infrastruktur masih menjadi primadona

Saham infrastruktur masih menjadi primadona

Publish: 29 December 2014 | oleh : Christine Novita Nababan,Issa Almawadi,Maggie Ques | dilihat : 7483 kali

JAKARTA. Seiring dengan arah kebijakan pemerintah yang ingin mempercepat pembangunan infrastruktur Indonesia, begitu pula dengan strategi para manajer investasi (MI) di tahun 2015. Saham-saham sektor infrastruktur bakal menjadi pilihan para MI untuk meramu portofolio reksadana saham agar bisa menghasilkan return maksimal.

Steven Satya Yudha, Associate Director Marketing and Distribution Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, Pemerintah Joko Widodo berani memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan mengalihkan sebagian dananya untuk membangun infrastruktur. Hal ini akan membawa efek berantai ke sektor-sektor lain.

Ia mencontohkan,  sektor konstruksi yang akan menikmati berkah dari proyek pembangunan infrastruktur. Selain itu, sektor industri dasar dan kimia, semisal emiten semen, juga akan ketiban rezeki dari pertumbuhan proyek infrastruktur. "Saham SMGR dan INTP patut dicermati karena akan terimbas sentimen positif," ujar Steven kepada KONTAN, Senin (22/12).

Presiden Direktur Schroder Invesment Management Indonesia, Michael Tjoajadi pendapat serupa. Selain sektor infrastruktur, Michael menyebut saham-saham sektor konstruksi dan perbankan juga akan dicermati Schroder di 2015.

Kata Michael, selain tren kinerja yang bagus, sektor-sektor tersebut menarik lantaran terimbas positif dari rencana pemerintah menggeber proyek infrastruktur. Sektor-sektor tersebut saling bertalian. "Kami akan lebih fokus ke saham-saham sektor konstruksi, infrastruktur, dan juga perbankan," tuturnya.

Saham konstruksi dan bank
Sejumlah saham dari sektor infrastruktur bakal masuk menjadi pilihan racikan para manajer investasi di tahun depan. Ambil contoh, saham TLKM dan PGAS. Edward P Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management mengatakan, saham-saham sektor infrastruktur seperti PGAS, TLKM, TBIG dan JSMR terbukti mampu bertahan di tengah situasi pasar saham yang volatil.

Selain saham sektor infrastruktur, Edward juga menjagokan saham sektor konsumsi. Sebab, diakui pada tahun 2015 volatilitas pasar saham masih akan terasa. Pada saat itulah saham-saham sektor konsumsi dapat menjadi penyeimbang. "Saham GGRM dan ICBP menarik karena diuntungkan dengan penurunan harga komoditas global,” imbuh Edward.

Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen Agus Yanuar menambahkan,  pihaknya akan mencermati juga saham sektor lain yang lebih berorientasi domestik. Masuk dalam katagori ini adalah saham perbankan yang menopang 25% dari bobot di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini.

Ia memprediksi, saham-saham sektor perbankan masih akan menjadi penggerak bursa. Tanpa menyebut nama, Agus menyatakan saham lima saham terbesar di Indonesia layak masuk keranjang investasi pada tahun 2015. Selain saham perbankan, "Saham-saham sektor konstruksi dan juga properti juga akan menggeliat tahun depan," imbuh Agus.

Sektor properti, lanjut Agus, masih akan tumbuh seiring geliat bank menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) yang lebih baik di tahun 2015. Apalagi saat ini, banyak perusahaan properti, yang membuat unit-unit perumahan lebih kecil supaya lebih bisa terjangkau bagi masyarakat.

Jadi sektor properti akan kembali menguat. "Selain itu, bank-bank penyalur KPR juga akan mengalami pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2015," imbuh Agus.

Saham sektor konstruksi juga akan masuk racikan sejumlah MI di tahun depan. Saham sektor ini tetap memikat lantaran paling dekat hubungannya dengan sektor infrastruktur. Beberapa saham sektor ini yang bakal masuk keranjang para investasi manajer investasi adalah saham emiten konstruksi milik negara. Contohnya, ADHI, WSKT, PTPP, dan WIKA.

Meski bukan dari sektor yang menarik, manajer investasi seperti Ashmore akan melirik saham emiten pelayaran. Alasannya, dunia maritim kini menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo. Steven mengaku, pihaknya bisa memperoleh saham pelayaran dengan harga yang murah namun memiliki prospek yang cerah. "Saat kami temukan, PER saham ini hanya 5 kali. Dan kini, harganya sudah tumbuh cukup pesat," kata Steven.   

Publish: 29 December 2014 | oleh : Christine Novita Nababan,Issa Almawadi,Maggie Ques | dilihat : 7483 kali

Komentar

Copyrights © 2014 & All Rights Reserved by Kontan.co.id.