JAKARTA. Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi alias Jabodetabek masih menjadi lokasi paling menggiurkan untuk melipatgandakan uang di properti. Kemilau Jakarta sebagai ibukota negara sekaligus pusat bisnis membuat investasi properti di sekitar Jakarta terus menghasilkan imbal hasil yang tinggi.
Jakarta dan sekitarnya saat ini memang masih menjadi magnet, lantaran sebagai pusat bisnis maupun pemerintahan. Di wilayah ini pembangunan infrastruktur terus digeber. Yang menarik, dalam pandangan pengamat dan broker properti, imbal hasil investasi di wilayah Jakarta rerata masih menjanjikan.
Menurut Prinsipal Century 21 Ali Hanafia, pada masa lalu imbal hasil yang menjanjikan hanya di wilayah Jakarta Selatan atau Jakarta Pusat. "Tren sekarang ini juga masih akan terjadi tahun depan, tapi tidak lagi berpusat di satu titik," ujar Ali.
Pandangan senada disampaikan, Ferry Salanto Associate Director Research Colliers International Indonesia. Ia melihat gencarnya pembangunan infrastruktur bakal menyulut harga properti di sekitar proyek tersebut. "Cermati dan ikuti pembangunan infrastruktur di sebuah kota. Contohnya, pembangunan Jakarta Outer Ring Roads atau JORR (Jalan Lingkar Luar Jakarta), jalur Mass Rapid Transit (MRT), monorel, dan jalan layang," kata dia.
Menurut Ferry, area yang bisa dipertimbangkan terbagi dalam lima wilayah utama, yakni Jakarta Selatan, Bintaro, Kebon Jeruk, TB Simatupang, dan Bumi Serpong Damai (BSD). Dia bilang, kelimanya punya kebutuhan properti tinggi, terutama untuk hunian maupun properti komersial.
Ia mencontohkan, berkat penyelesaian pembangunan infrastruktur JORR W1 dan W2, ada wilayah yang berpotensi mengalami lonjakan harga tanah. Misalnya wilayah Penjaringan, lalu Kebon Jeruk, Ulujami, Pondok Aren, Bintaro, Antasari, Taman Mini, Ceger, Hankam, Jatiasih, Cikunir, Cakung, dan Cilincing.
Hasan Pamudhi, Associate Director Knight Frank Indonesia, menyebut daerah Jakarta Barat sepanjang JORR W2 yang baru dan Tol Jakarta Merak sepanjang Kebon Jeruk, Puri Indah dan wilayah sekitarnya ia prediksi masih akan mengalami lonjakan harga tanah yang cukup tinggi.
Begitu juga dengan wilayah Bintaro dan Pondok Indah yang dilalui jalan tol tersebut. Harga tanah di kawasan Bintaro Jaya saat ini berada di kisaran Rp 8 juta –Rp 18 juta per meter persegi (m²) dengan potensi pertumbuhan antara 10% sampai 30% tahun depan. Sementara daerah yang bisa terdongkrak proyek JORR 2 meliputi kawasan Cengkareng, Batuceper, Kunciran, Serpong, Cinere, Depok, Antasari, Cimanggis, hingga Cibitung, Bekasi.
Sedangkan Ali memproyeksi harga jual lahan di wilayah Jakarta Barat serta Jakarta Timur tahun depan masih bisa tumbuh 10% berkat keberadaan beberapa proyek infrastruktur. Padahal, biasanya rata-rata pertumbuhan harga tanah di kedua wilayah itu cuma 3% sampai 8% per tahun.
Dia memperkirakan, imbal hasil properti tertinggi masih tetap di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat yang berkisar 8%-15%. Sementara, Jakarta Utara imbal hasilnya 5%-10%," ungkapnya.
Masih unggul tahun ini
Saat ini, harga residensial di Jakarta Timur dan Jakarta Barat masih bisa dijangkau kalangan menengah karena berkisar Rp 500 juta. Sementara, wilayah Jakarta yang lainnya sudah mencapai Rp 1 miliar lebih. "Jakarta Barat dan Jakarta Timur bagaikan intan yang terendam lumpur, belum tergali potensinya. Sekarang, kemilaunya sudah terlihat," ungkap Ali.
Erwin Karya, Associate Director Ray White Project Indonesia, juga setuju potensi wilayah sekitar Jakarta Timur bisa lebih berkembang. Apalagi sejumlah proyek infrastruktur besar tengah menanti. Seperti proyek pelabuhan Cilamaya yang diprediksi bakal menggairahkan industri di sekitar Cikarang. Dan secara otomatis bakal berimbas ke sektor residensial di wilayah Jakarta Timur.
Potensi itu yang mulai ditangkap pengembang besar. Misalnya, tahun depan, Agung Podomoro Land mulai menggarap proyek superblok pertama bilangan di Jakarta Timur.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Ciputra Development Tulus Santoso Brotosiswojo menyatakan, Ciputra bakal meluncurkan proyek properti terpadu di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, tahun depan. "Kami targetkan proyek yang dekat MRT ini bisa launching tahun depan," katanya.
Bisa dibilang, sejumlah lahan potensial di sekitar Jakarta masih berpotensi naik tahun depan. Namun, menurut hitungan Hasan, kenaikan harga tanah tahun depan yang secara rerata antara 10% sampai 15%, masih kalah tinggi ketimbang kenaikan harga tanah tahun ini dibanding 2013 yang bisa mencapai 15%-20%.
Publish: 05 January 2015 | oleh : Febrina Ratna Iskana,Merlinda Riska | dilihat : 11659 kali
Komentar