JAKARTA. Bisnis properti bak jamur di musim penghujan. Bisnis ini tumbuh subur seiring dengan permintaan perumahan yang terus mekar.
Booming harga properti bukan saja dinikmati pengembang di sekitar wilayah ibu kota Jakarta. Di kota kota besar seperti Surabaya, Medan, Manado, Balikpapan, Makassar, juga pulau Bali, harga properti ikut mewangi.
Corporate Secretary PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso bercerita, di Surabaya kenaikan harga properti seperti apartemen bisa berkisar 20% sampai 30% per tahun, Ini terjadi lantaran penduduk di Kota Surabaya semakin padat. "Di Medan, Makasar dan Balikpapan pun sama, dilihat dari jumlah penduduknya," tutur dia kepada KONTAN, Senin (22/12).
Selain karena kebutuhan tinggi, harga properti ikut naik. Ke depan kenaikan harga tak akan terbendung lantaran ada tekanan inflasi akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang loyo. Kondisi ini memantik harga jual bahan bangunan sebesar 10%. "Akhirnya harga jual kami juga naik," ujar dia.
Tulus juga memprediksi kenaikan harga berlanjut tahun depan. Apalagi jika pemerintah bergerak cepat membangun infrastruktur jalan untuk mempermudah akses. "Ada pembangunan jalan, pasti harga properti bisa melonjak lagi, ini angin segar," tuturnya.
Erwin Kallo, Direktur Lembaga Advokasi Konsumen Properti bilang, bukan hanya di Surabaya, di kota lain juga permintaan properti tinggi. Misalnya di Medan, belum lama ini digelar pameran properti yang menawarkan apartemen dengan harga kisaran Rp 2 miliar, ternyata peminatnya cukup banyak. Bahkan, dalam tempo satu minggu saja sudah ludes dipesan.
Selain Medan, Makassar yang merupakan home base wilayah Indonesia timur. Fasilitas di sana dan ketersedian infrastruktur jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kota lainnya seperti Ternate atau Ambon. Di Makassar kenaikan harga jual apartemen di setahun terakhir sekitar 20% hingga 30%. Sebagai contoh, semula harga apartemen sekitar Rp 18 juta per meter persegi (m²), sekarang sudah Rp 30 juta per m².
Demikian juga di Denpasar. Di pulau dewata ini, berkembang properti kondotel. Kondotel menjadi pilihan investasi masih nomor satu, dengan return sangat cepat. Keterbatasan areal lahan di Denpasar membuat developer yang mengembangkan kondotel.
Dalam pandangan Pengamat Properti Setyo Maharso, daerah yang memiliki potensi bagus untuk industri properti tahun diantaranya, Makassar, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Surabaya, dan Palembang. Namun, Makasar paling potensial pertumbuhan industri properti karena fasilitas infrastruktur yang cukup lengkap di sana. "Sekarang, harga apartemen di Makassar sudah ada yang Rp 2 miliar. Tahun depan harga bisa naik 10%−12% ," ujar dia.
Sedangkan Associates Director Of Investment Service Colliers International Indonesia Aldi Garibaldi berpendapat, pada 2014–2017 akan ada supply 12.000 kamar hotel baru, ini untuk memenuhi banjirnya turis domestik. Hal ini mendorong berbagai jenis properti untuk ikut naik. "Tapi tergantung lokasi, di Seminyak, ataukah di Bali bagian Selatan. Kenaikannya bisa 10% tahun depan," ujarnya.
Sebaliknya, di Balikpapan, harga properti sulit tumbuh tahun depan karena kota itu tergantung pada industri minyak, gas dan batubara yang kini sedang lesu.
Publish: 05 January 2015 | oleh : Agustinus Beo Da Costa,Muhammad Yazid,Pratama Guit | dilihat : 7349 kali
Komentar