KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI)  telah memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75% pada pertengahan bulan ini. Proyeksi JP Morgan, BI akan kembali memangkas suku bunga acuan hingga mencapai 4% pada akhir 2025. Langkah ini dinilai sejalan dengan tren global dan upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Tren bunga acuan yang melandai ini menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi instrumen investasi termasuk reksadana. Menurut Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, pada kondisi suku bunga rendah reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran bisa menjadi pilihan investor. 

“Bisa 50% - 70% di reksadana pendapatan tetap atau campuran, sisanya di reksadana jenis lain seperti saham, pasar uang, terproteksi, dan dolar US,” ujar Rudiyanto, Kamis (25/9).

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan, momentum ini menciptakan ruang capital gain bagi reksadana pendapatan tetap. Sekaligus memberi sentimen positif ke pasar saham domestik.  

Namun, investor tetap perlu mencermati risiko global. Yakni arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed), fluktuasi harga energi, dan geopolitik. Dengan pendekatan selektif, reksadana pendapatan tetap dan campuran berpeluang jadi primadona di sisa tahun ini. Sementara reksadana saham menawarkan upside lebih besar tapi dengan volatilitas lebih tinggi.

Baca Juga: Panin AM Akan Rilis Dua Produk Reksadana Baru pada Oktober 2025

Reza mengatakan reksadana pendapatan tetap paling diuntungkan dari penurunan suku bunga, terutama yang berisi seri obligasi menengah. 

Sementara reksadana campuran cocok untuk investor moderat, yang menggabungkan stabilitas obligasi dan potensi pertumbuhan saham.

Lalu, reksadana saham untuk investor agresif. Sektor properti, konsumer, dan perbankan bisa jadi pendorong di fase ini. Reksadana pasar uang tetap relevan untuk menjaga likuiditas, meski return relatif rendah.

Reza bilang, reksadana bisa menjadi instrumen horizon jangka menengah (1 tahun – 3 tahun). Investor bisa memaksimalkan momentum kenaikan harga obligasi sekaligus menjaga keseimbangan risiko dari fluktuasi global.

Sedangkan investasi reksadana horizon jangka panjang tetap ideal untuk mereka yang percaya pada fundamental ekonomi Indonesia.

Bagi investor konservatif, portofolio bisa ditempatkan di 40% reksadana pasar uang dan 40% pendapatan tetap.  Bagi investor moderat, 40% – 70% dengan porsi seimbang antara reksadana pendapatan tetap, campuran, dan sebagian saham. Bagi investor agresif, 70% – 90%, fokus di saham dan campuran.

Wawan Hendrayana, VP Infovesta Utama mengatakan, return reksadana pendapatan tetap diproyeksikan dapat mencapai 8,28% hingga akhir tahun. Sedangkan return reksadana campuran diprediksi dapat mencapai 7%.
 

Selanjutnya: Strategi Diversifikasi Produk PT Harum Energy Tbk (HRUM)

komentar