KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja reksadana masih cukup positif tahun ini. Terutama, jika bank sentral benar menurunkan suku bunga acuannya di sisa tahun ini.
Berdasarkan data Infovesta, kinerja reksadana pendapatan tetap per 5 Mei 2025 memberikan imbal hasil tertinggi sebesar 2,29% year to date (ytd). Menyusul reksadana pasar uang sebesar 1,82% ytd. Adapun, indeks reksadana campuran tercatat minus 0,23% ytd dan reksadana saham juga masih minus 3,74% ytd.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, secara umum kinerja reksadana mulai menunjukan perbaikan. Salah satu yang paling menonjol adalah pertumbuhan imbal hasil reksadana saham yang menguat 4,39% secara month to date (mtd) per 30 April 2025 silam.
Ini mengindikasikan pembalikan tren positif pada pasar saham, yang didorong oleh aksi buyback saham sejumlah emiten dan rencana institusi besar di Indonesia untuk menambahkan alokasi investasi di pasar saham.
Baca Juga: Siapkan Dana Pensiun dengan Instrumen Investasi Ini, Ada Obligasi dan Reksadana
"Meskipun sempat capital outflow di awal April, tetapi tampaknya sentimen domestik ini mampu mendorong pasar kembali menguat," ujar Ekky, Selasa (06/5).
Menurut Ekky, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 5,75% juga menjadi kontributor utama dalam menyokong prospek reksadana pendapatan tetap dan berpotensi mendukung penguatan lebih lanjut pada reksadana saham. BI bahkan mengkonfirmasi ruang penurunan suku bunga tahun ini. "Jika penurunan suku bunga terealisasi, reksadana pendapatan tetap semakin menarik," terang Ekky.
Karen Miranti, Marketing Investment Specialist Syailendra Capital melihat, ada potensi perbaikan return reksadana saham dan campuran di separuh kedua 2025 jika suku bunga mulai dipangkas dan volatilitas global mereda.
Untuk reksadana pendapatan tetap, peluang capital gain masih terbuka terutama jika yield obligasi bergerak turun. "Sementara reksadana pasar uang diperkirakan akan stabil, dengan potensi yield di kisaran 4,5%–5,2% per tahun," ujar Karen, Rabu (7/5).
Syailendra memperpendek durasi di reksadana pendapatan tetap, sekaligus meningkatkan eksposur ke obligasi korporasi berperingkat tinggi yang menawarkan yield menarik. Untuk reksadana saham, Syailendra mengedepankan pemilihan saham yang fokus pada sektor-sektor seperti perbankan, consumer staples, dan infrastruktur.
Hanif Mantiq, CEO Star Asset Management mengatakan, prospek return reksadana masih cukup positif terlebih jika BI mulai menurunkan suku bunga. Karena penurunan suku bunga memiliki dampak positif terhadap harga obligasi, laba bersih perusahaan, dan likuiditas pasar, sehingga dapat mendukung kenaikan return reksa dana.
Star AM menerapkan strategi memperbanyak porsi obligasi korporasi pada beberapa produk seperti StarStable Income Fund dan Star Stable Amanah Sukuk. Selain itu, meningkatkan aplikasi digital untuk menambah asset under management (AUM) dan market share.