KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana di Indonesia mulai berbenah dan meningkat. Puncak tertinggi dana kelolaan reksadana rupiah pada akhir tahun 2021 sebesar Rp 553 triliun.
Namun, pandemi Covid 19 dan perubahan regulasi menyebabkan dana kelolaan tergerus hingga di bawah Rp 500 triliun di tahun 2023.
Kabar baiknya per Oktober 2025 dana kelolaan ini sudah kembali mencapai all time high di Rp 603 triliun. Tumbuh 22,6% atau Rp 111,4 triliun dari Rp 492 triliun pada Desember 2024.
Pertumbuhan ini didorong oleh sumbangan terbesar dari reksadana pendapatan tetap yang naik Rp 77,3 triliun dan reksadana pasar uang Rp 28 triliun. Sementara reksadana saham cenderung stabil dan campuran tumbuh moderat.
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Melonjak, Reksadana Risiko Rendah Paling Diminati
Bangkitnya industri ini juga didukung driver dari agen penjual efek reksadana seperti bank dan agen online. Jumlah Single Investor Identification (SID) investor tembus 18 juta di Oktober 2025. Lebih dari setengahnya berusia di bawah 30 tahun menandakan generasi muda semakin melek investasi.
Pertumbuhan dana kelolaan ini mencerminkan kepercayaan investor yang pulih setelah masa sulit pasca-pandemi. Perubahan regulasi yang sempat mengurangi aliran dana institusi, seperti asuransi jiwa ke reksadana saham.
Dengan BI rate turun ke 4,75% dan ekspektasi penurunan lebih lanjut investor ritel beralih ke aset fixed income yang aman dan likuid sementara agen online memudahkan akses dengan biaya rendah dan edukasi digital.
Jumlah investor 18 juta ini bukan hanya angka, tapi sinyal bahwa reksadana menjadi instrumen utama bagi generasi milenial dan Z yang mencari diversifikasi dengan risiko terkendali.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap dan Reksadana Saham Masih Mantap
Pertumbuhan 22,6% ini juga menunjukkan resiliensi industri di tengah volatilitas global. Seperti perang tarif Amerika Serikat (AS) dan gejolak geopolitik yang membuat aset defensif, seperti pendapatan tetap dan pasar uang laris.
Manajer investasi mana yang menjadi pendorong kenaikan ini? Bangkitnya industri reksadana dari sisi dana kelolaan didukung tumbuhnya jumlah investor yang meningkat dari 6,8 juta di akhir 2021 menjadi 18 juta di Oktober 2025. Lebih dari setengah investor ini berusia di bawah 30 tahun.
Dengan demikian kita dapat berharap, industri reksadana kita akan semakin dewasa dan resilien karena didukung oleh investor individu, bukan hanya institusi.
Di tengah segala tantangan yang ada beberapa manajer investasi mampu tumbuh dari sisi dana kelolaan pertumbuhan ini dapat dari pengelolaan aset yang baik dan juga dari pembelian reksadana oleh investor. Artinya para manajer investasi ini masih mampu menarik minat investor.
Dari peraih dana kelolaan tertinggi di tabel cukup menarik Ada manajer investasi yang sudah jumbo, tapi ada juga yang dana kelolaannya relatif lebih kecil, tapi masih dapat bersaing.
Baca Juga: Mau Cuan Tinggi? Pilih Reksadana Ini Hingga Akhir 2025
Juara hingga Oktober 2025 ini adalah PT Trimegah Asset Management yang mampu meningkatkan dana kelolaan hingga Rp 22.9 triliun atau sekitar 69%.
Namun dari sisi pertumbuhan PT Surya Timur Alam Raya (STAR) mampu tumbuh 93%. Dengan persaingan yang ada, tentunya ini tidak mudah dan menarik untuk dicermati strategi apa yang diambil oleh para juara untuk mencapai hasil ini.
Setelah melihat manajer investasi yang juara dalam kenaikan dana kelolaan, tentu menarik juga untuk melihat produk apa yang paling diminati sehingga dana kelolaannya meningkat 10 reksadana dengan pertumbuhan dana kelolaan tertinggi (di luar reksadana terproteksi) hingga Oktober dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Dari 10 produk paling bertumbuh dari sisi AUM ini didominasi oleh reksadana pendapatan tetap dan pasar uang hal menarik lain adalah dua reksadana paling laris di pendapatan tetap dan pasar uang berbasis syariah.
Baca Juga: Reksadana ESG: Menimbang Pilihan Investasi Berpadu Filantropi
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini reksadana yang memberikan imbal hasil lebih pasti dan aman yang diminati oleh investor dan reksadana syariah cukup diminati.
Di tengah tantangan yang ada pada industri reksadana, para manajer investasi yang terus berinovasi dan mengembangkan produk sehingga mampu bersaing dan terus tumbuh patut diapresiasi.
Kita berharap, industri reksadana dapat terus tumbuh seiring dengan minat investor yang pulih seiring penurunan suku bunga yang umumnya akan diikuti dengan peningkatan minat pada instrumen investasi.
