KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana terus meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksadana hingga Oktober 2025 mencapai Rp 621,67 triliun. Jumlah tersebut meningkat 6,96% secara bulanan alias month to month (mtm) dari Rp 581,17 triliun. Adapun secara year to date (ytd) dana kelolaan reksadana melehit hingga 23,61% dari Rp 502,92 triliun.
Dana kelolaan dari reksadana pendapatan tetap menjadi yang terbesar dengan kontribusi sebesar Rp 223,9 triliun. Kemudian dana kelolan reksadana pasar uang sebesar Rp 122,16 triliun. Sementara dana kelolaan reksadana saham Rp 72,23 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi dalam rapat dewan komisioner (RDK) bulanan OJK akhir pekan lalu bilang, penguatan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana ini turut ditopang oleh net subscription investor sebesar Rp 45,10 triliun secara mtm dan sebesar Rp 90,60 triliun ytd. Khususnya pada reksadana dengan underlying fixed income dan pasar uang.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan, tren pemangkasan suku bunga acuan bank sentral membuat reksadana pendapatan tetap menarik untuk dijadikan salah satu portofolio investasi. Return alias imbal hasil yang diperoleh dari instrumen yang memiliki risiko moderat, ini juga berperan meningkatkan dana kelolaan.
Berdasarkan data Infovesta per Oktober 2025, sepuluh produk reksadana pendapatan tetap terbaik mencetak return di kisaran 10,82% hingga yang tertinggi di 12,19%.
Adapun, reksadana saham tetap menjadi reksadana yang mencetak return tertinggi karena profil risikonya yang termasuk tinggi. Meski dana kelolaan reksadana jenis ini hanya mencapai Rp 72,23 triliun, namun return yang dihasilkan sepuluh produk reksadana saham terbaik mencapai kisaran 35,80% - 68,67%.
Reksadana saham Demina Mitra Maxima Ekuitas milik PT Demina Capital Asset Management jadi reksadana dengan return tertinggi, mencapai 68,67% ytd. Komposisi portofolio per 29 Agustus 2025 antara lain di saham Agung PT Semesta Sejahtera Tbk (TARA) dan PT Andalan Perkasa Abadi Tbk (NASA) dengan porsi hingga 13,78%.
Direktur Investasi Bahana TCW Investment Management Doni Firdaus melihat, prospek reksadana saham masih akan terus bertumbuh. Keyakinan ini didasari katalis positif dari sisi makroekonomi domestik, terutama melalui pemberian likuiditas tambahan oleh pemerintah.
“Ini berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan menjadi stimulus bagi pasar keuangan,” ujar Doni.
Doni melihat kondisi ekonomi nasional menunjukkan perbaikan. Hal ini terlihat dari surplus neraca perdagangan dan menguatnya sektor manufaktur domestik.
“Meskipun sentimen positif mendominasi, kami menekankan pentingnya kedisiplinan dalam melakukan riset pasar dan adaptabilitas melalui rebalancing portofolio untuk mengantisipasi dinamika dan perubahan arah pasar yang cepat,” jelas Doni.
Sementara itu, setelah mencermati rilis laporan keuangan emiten per kuartal III-2025, Eri menilai kinerja sektor consumer akan lebih baik dari sebelumnya. Sektor perbankan masih belum encouraging tapi sejalan dengan revisi konsensus analis.
Ke depan, sentimen utama yang perlu dicermati investor terkait kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI).
