KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak sosial dan politik di dalam negeri yang terjadi belakangan ini membuat pasar keuangan ikut bergerak volatil. Pelaku pasar perlu jeli dan berhati-hati menempatkan aset agar tak berkubang dalam kerugian.

Aset saham yang tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal fluktuatif. Kendati pada Selasa (2/9) IHSG parkir di zona hijau, dana asing diprediksi masih akan mengalir keluar, seiring ketidakpastian yang terjadi di dalam negeri.

Sejak awal tahun, dana asing keluar Rp 53,13 triliun dari pasar saham. Sedangkan nilai tukar rupiah sempat tertekan ke Rp 16.500 per dolar AS pada akhir pekan lalu.

Di sisi lain, beberapa aset alternatif seperti Bitcoin justru bergerak menguat. Investor juga masih memburu aset safe haven seperti emas. Kemarin, harga emas kembali sentuh rekor tertinggi baru.

Baca Juga: Menanti Perbaikan Kondisi Dalam Negeri, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan bilang, di tengah kondisi pasar yang sangat fluktuatif, investor perlu lebih selektif. Misalnya untuk aset saham, sebaiknya pilih saham yang berasal dari sektor defensif, seperti konsumer primer, telekomunikasi, dan utilitas. Sektor ini relatif lebih aman karena permintaannya stabil. "Dengan asumsi situasi politik bisa terkendali, IHSG di akhir 2025 bisa berada di kisaran 8.000," katanya.

Tapi, investor juga tetap harus waspada ketika gejolak politik semakin memanas. Sebab, arus keluar dana asing bisa lebih deras, terutama dari saham big caps perbankan dan komoditas.

Makanya, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan menilai, kestabilan politik akan sangat menentukan arah pergerakan jangka pendek buat aset saham, pasar uang, hingga obligasi. Jika ingin tetap masuk ke aset risiko tinggi seperti saham, Ekky menyarankan untuk mencari saham yang turut disokong sentimen positif. Misalnya, saham sektor emas yang dipoles kenaikan harga emas.

Sedangkan Felix bilang, Surat Berharga Negara (SBN) masih memberi imbal hasil atraktif. Emas juga bisa jadi instrumen lindung nilai.

Baca Juga: Bagaimana Nasib Rupiah pada Rabu (3/9)? Berikut Prediksi Analis

Sedangkan aset kripto boleh jadi diversifikasi untuk investor agresif, meski volatilitasnya lebih tinggi dan rawan efek musiman seperti September Effect. "Pegang cash sebagian juga masuk akal, supaya fleksibel ketika ada peluang beli murah," ungkapnya.

Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan, jika investor melihat kondisi pasar yang turun ini sebagai kesempatan, maka ini jadi momentum menambah portofolio.

Sedangkan jika investor menganggap situasi ini sebagai krisis, maka lebih baik memegang cash. Lalu, disusul emas dan produk alternatif lain, seperti kripto. Alasannya, cash menyebabkan investor punya banyak pilihan dan kesempatan di saat krisis. Sedangkan emas bisa jadi pengaman dari ancaman turunya nilai uang.

Menurut Eko, investor konservatif bisa memegang 50% dana dalam bentuk cash dan 50% lagi di aset emas. Sedangkan mereka yang punya profil moderat, sebaiknya punya dana cash 50% dan 30% emas, serta 20% di saham. Lalu untuk investor agresif, 50% dana bisa ditempatkan di emas dan 50% di saham atau kripto.

Lihat halaman 3 dan 5

Selanjutnya: Menanti Perbaikan Kondisi Dalam Negeri, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

komentar