KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun dibayangi  sejumlah sentimen global maupun domestik, industri reksadana masih dipandang menarik. Berdasarkan catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana per Maret 2025 tercatat Rp 781,22 triliun, meningkat 0,10% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Secara kumulatif, dana kelolaan reksadana sepanjang Desember 2024 – Maret 2025 masih menyusut Rp 23,65 triliun atau turun 2,97% secara year to date (ytd).

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tercatat Rp 497 triliun, turun 0,65% ytd dan meningkat 0,74% dari bulan sebelumnya menjadi Rp 497 triliun. Sementara itu, Unit Penyertaan (UP) meningkat 1,08% ytd dan 0,33% dari bulan sebelumnya menjadi 394,71 juta unit.

Direktur Manulife Asset Management, Ezra Nazula menyoroti, kenaikan AUM secara bulanan ini disokong kelas aset yang lebih konservatif seperti pasar uang, obligasi, dan capital proteced fund.

Baca Juga: Reksadana Saham Kembali Pimpin Imbal Hasil Sepekan, Ini 5 Terbaiknya

"Ketidakpastian global membuat investor beralih preferensi ke instrumen dengan risiko lebih rendah," kata Ezra, Selasa (22/4).

Saat ini, volatilitas di pasar saham masih relatif tinggi karena dibayangi faktor ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Jika hasil negosiasi dagang menghasilkan keputusan yang positif, maka dapat mengurangi ketidakpastian pasar global.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisor, Arjun Ajwani menjelaskan, secara keseluruhan kinerja reksadana pendapatan tetap masih unggul.  Hal itu disokong oleh potensi pemangkasan suku bunga bank sentral global maupun Bank Indonesia (BI) di tengah berbagai risiko pasar maupun dari sisi global atau domestik.

Infovesta mencatat kinerja reksadana pendapatan tetap unggul dengan return 1,64% ytd per 21 April 2025. Diikuti oleh reksadana pasar uang yang mencetak return 1,60% ytd. Sementara reksadana saham memang mencetak return minus 8,30% ytd.
 

Selanjutnya: Desain Ulang Program MBG

komentar