Detail / Prospek bisnis properti di tahun politik

Prospek bisnis properti di tahun politik

Prospek bisnis properti di tahun politik
  • Oleh : Barratut Taqiyyah
  • 16942 kali | Publish : 26 September 2013

Tingginya ketidakpastian menjelang pemilihan umum (pemilu) diprediksi akan mengganggu bisnis properti tahun depan.

JAKARTA. Tahun depan merupakan tahun politik. Tingginya ketidakpastian menjelang pemilihan umum (pemilu) diprediksi akan mengganggu bisnis properti tahun depan, khususnya poperti komersial menengah atas.

Hal itu dikemukakan oleh Eddy Ganefo, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) hari ini (26/9). Menurutnya, penyelenggaraan pemilu bisa menggerus pasar properti komersil menengah atas sekitar 20%. Sebab, calon konsumen biasanya akan berpikir ulang untuk berinvestasi di tahun politik.

Sebaliknya, lanjut Eddy, bisnis properti menengah bawah tidak akan terkena dampaknya. "Ini dikarenakan, biasanya, masyarakat kelas menengah bawah akan sangat diuntungkan dengan adanya tahun politik. Banyak di antara mereka yang mendapatkan order atau pemesanan barang dari mereka yang berpolitik," paparnya.

Selain kondisi politik, pasar properti tahun depan juga terkena dampak dari kenaikan BI rate atau suku bunga acuan. Menurutnya, bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR) yang tinggi, akan membuat calon pembeli rumah kedua, ketiga dan seterusnya, menahan diri. Alhasil, tingkat permintaan rumah akan menurun sekitar 5%-10%.

Bagaimana dengan harga properti tahun depan? Eddy menguraikan, untuk properti komersial menengah bawah seperti rumah subsidi, harganya tidak akan naik. Pasalnya, harga rumah subsidi ini sudah mengalami kenaikan saat harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan.

Lain halnya dengan properti komersial menengah atas. "Rendahnya permintaan akan membuat para pengembang akan menurunkan harga jual. Besarannya bisa mencapai 20% loh," paparnya.

Eddy berharap, tahun politik di 2014 bisa mempengaruhi penetapan kebijakan yang pro rakyat. Salah satunya adalah adanya perubahan pola subsidi rumah bersubsidi menjadi subsidi berbasis uang muka. "Hal ini akan lebih meringankan konsumen yang notabene rakyat kecil," jelas  Eddy.

Sementara itu, pengamat properti Risza Bambang menilai, prospek properti Indonesia ke depannya masih sangat positif. Dia beralasan, properti merupakan kebutuhan pokok manusia. Pada saat jumlah populasi terus bertambah, luas tanah tidak berubah.

Hanya saja, dengan adanya kondisi supply  and demand tersebut, akan terjadi peubahan konsep property. “Perubahan sistem yang dimaksud adalah dari konsep "landed house" menjadi bentuk apartemen atau rumah susun. Dengan kata lain, bangunan properti akan tumbuh ke atas,” paparnya.

Risza juga menjelaskan, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari investasi properti. Yang utama, harga properti cenderung meningkat, walaupun besaran kenaikannya sangat tergantung kepada kondisi ekonomi. “Kekurangannya adalah investasi properti terbilang tidak likuid dan membutuhkan dana yang tidak kecil,” tambahnya.