JAKARTA. Setelah menyentuh posisi tertingginya di sepanjang sejarah di level US$ 1.900,20 per troy ounce pada 5 September 2011 lalu, harga emas dunia seakan tak memiliki tulang untuk bangkit.
Level tertinggi harga emas paska menorehkan rekor berada di level US$ 1.700-an. Itu pun terjadi pada Oktober 2012 lalu. Setelah itu, tren harga emas bergerak liar dengan kecenderungan menurun.
Posisi harga emas spot global pada akhir tahun lalu (31/12), misalnya, masih berada di level US$ 1.675,35 per troy ounce. Namun per 25 September 2013, harga emas berada di level US$ 1.334.36 per troy ounce. Dengan demikian, penurunan harga emas di sepanjang tahun ini hingga kemarin sudah mencapai 20%.
Sebenarnya, bagaimana outlook harga emas hingga akhir tahun nanti? Ibrahim, pengamat komoditas dari Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) memprediksi, outlook harga emas sampai akhir tahun nanti kemungkinan masih akan melemah. Bahkan, lanjut Ibrahim, pergerakan harga emas akan mendekati US$ 1.000 per troy ounce pada akhir 2013.
Salah satu sentimen negatif bagi emas adalah kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang kemungkinan akan mengurangi stimulus sebesar US$ 10-15 miliar pada akhir tahun ini. "Di sisi lain, masalah geopolitik di kawasan Timur Tengah, terutama Suriah juga telah mereda," jelas Ibrahim.
Sementara, Nizar Hilmi, analis SoeGee Futures, memprediksi, harga emas pada akhir tahun mendatang bisa berada di kisaran US$ 1.200-US$ 1.300 per troy ounce. “Sebenarnya, harga emas ini sulit untuk dipastikan. Karena semuanya tergantung the Fed. Bisa saja harga emas jatuh ke level US$ 1.000 jika the Fed menarik stimulus dengan cepat,” jelasnya.
Prospeknya masih tinggi
Sementara, jika berbicara mengenai prospek harga emas di dalam negeri, Ibrahim mengungkapkan bahwa prospeknya cukup tinggi karena emas merupakan salah satu jenis investasi yang paling populer. Apalagi, lanjutnya, nilai dari logam mulia ini cenderung naik dari tahun ke tahun sehingga merupakan salah satu jenis investasi yang aman dan menguntungkan. "Ini juga dikuatkan dengan survey dewan emas dunia di mana Indonesia adalah pembeli emas perhiasan terbesar di Asia Tenggara," paparnya.
Nizar juga sepakat mengenai hal ini. Dia menambahkan, pada dasarnya investasi emas di Indonesia berbeda dengan negara maju. Sebab, masyarakat Indonesia masih awam dengan konsep pasar keuangan seperti saham, komoditas, dan obligasi. “Itu sebabnya, investasi properti dan emas masih memiliki prospek cerah di Indonesia,” tambahnya.
Ada beberapa kelebihan yang ditawarkan dalam berinvestasi emas. Pertama, dengan emas, kekayaan yang disimpan akan terbebas dari nilai inflasi. Kedua, harga emas stabil dan cenderung naik.
Sebagai contoh, mari lihat pergerakan harga emas Antam di sepanjang tahun ini. Jika dibandingkan dengan harga emas spot di pasar global, pergerakan harga emas Antam relatif lebih stabil.
Pada akhir tahun lalu (31/12), misalnya, harga jual emas Antam berada di posisi Rp 539.200. Nah, per 25 September lalu, harga jual emas Antam berada di posisi Rp 494,600 per gram. Artinya, di sepanjang tahun ini, penurunan harga emas Antam hanya sebesar 8,27%. Masih jauh lebih rendah daripada penurunan harga emas spot yang mencapai 20%.
Sementara, untuk harga buyback, pada akhir tahun lalu posisinya berada di posisi Rp 510.000 per gram dan posisi kemarin (25/9) berada di posisi Rp 483.000 per gram atau turun sebesar 5,29%.
Ketiga, investasi emas tergolong investasi yang low-risk, karena harga emas dalam jangka panjang selalu naik. Keempat, investasi dalam bentuk emas lebih likuid daripada investasi dalam bentuk lain atau dengan kata lain, mudah dicairkan ke dalam bentuk uang bila diperlukan. Kelima, pada saat krisis, harga emas biasanya semakin naik.
Sementara, sisi negatif berinvestasi emas adalah kebanyakan toko emas sedikit tertutup untuk memberikan keterangan atau pengarahan kepada konsumen secara terbuka masalah harga dan pertimbangan investasi.
"Selain itu, kebanyakan pemilik emas mengalami kesulitan ketika menjual emas karena tidak mengetahui standar perhitungan emas. Sedangkan toko emas sendiri tidak transparan dalam menerapkan standar harga jual-beli emas seperti harga dollar," urai Ibrahim.
Kekurangan lainnya, investasi emas dalam jumlah banyak, misalnya diatas 1 kilogram (kg), akan memerlukan keamanan khusus. Biasanya beberapa orang memilih menggunakan brankas kecil untuk menyimpan. Tetapi, cara lain yang lebih aman lagi adalah dengan menyewa safety box di bank.
Sisi negatif investasi emas lainnya yakni investasi emas tepat jika dilakukan untuk investasi jangka panjang. "Hal ini lebih menguntungkan dibanding jike berinvestasi emas jangka pendek," imbuh Ibrahim.
Jika memutuskan untuk berinvestasi pada emas, sebaiknya pilih emas batangan dan koin emas. Ibrahim tidak menyarankan untuk berinvestasi di perhiasan emas karena emas perhiasan akan mengalami penyusutan dari ongkos pembuatan saat hendak menjualnya. "Yang perlu dicatat, hindari investasi emas di derivatif bagi investor emas pemula," saran Ibrahim.
Beli saat di level US$ 1.000
Ibrahim menyarankan, saat kondisi pasar yang tengah fluktuatif, hindari membeli emas. Sebab, ada kemungkinan emas akan melemah mendekati level US$ 1.000 per troy ounce pada akhir tahun. Menurutnya, jika harga emas sudah mencapai level tersebut, barulah direkomendasikan untuk membeli.
"Sedangkan bagi mereka yang bertransaksi emas secara online, diharapkan menggunakan uang lebih karena risiko bisnis tersebut sangat tinggi. Saya juga menyarankan agar investor pemula menghindari investasi emas secara online," papar Ibrahim
Nizar menambahkan, satu hal yang harus diperhatikan sebelum berinvestasi adalah memastikan tempat Anda melakukan transaksi. “Saat ini yang paling terpercaya adalah Antam karena memiliki sertifikasi dan legalitas,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Nizar, pastikan apakah di tempat tersebut emas yang dibeli bisa dijual kembali. Terakhir, pastikan memilih kadar emas yang terbaik yaitu 24 karat karena harganya akan terus stabil.
Sedangkan Nico Omer, Vice President Research & Analysis Valbury, menyarankan agar investor emas bersabar dengan adanya penurunan harga emas dalam dua tahun terakhir ini.
“Meskipun secara rasional mereka berpikir bahwa harga saat ini relatif akan murah jika dalam bulan dan tahun mendatang terjadi kenaikan, mereka masih khawatir bahwa penurunan saat ini belumlah berakhir,” jelas Nico.
Dengan kata lain, menurut Nico, sejumlah investor enggan melakukan transaksi sampai ada tanda pasti bahwa harga emas mulai naik kembali. Terkait dengan ini, Nico ingin mengingatkan para investor bahwa kesabaran, semestinya menjadi karakteristik teratas di antara daftar-daftar kualitas yang diperlukan untuk membangun kekayaan ketika membeli emas.
“Sayangnya, berdasarkan pengalaman saya, kesabaran juga nampaknya merupakan karakteristik yang tidak banyak dimiliki oleh para pembeli emas,” ungkap Nico.
DATA PERGERAKAN HARGA EMAS