Detail TOPIK

Tren Penguatan IHSG Semu, Tak Mencerminkan Kondisi Fundamental Pasar Sebenarnya

Tren Penguatan IHSG Semu, Tak Mencerminkan Kondisi Fundamental Pasar Sebenarnya

Publish : 2025-09-19 05:37:32 | Oleh : Pulina Nityakanti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Usai mencetak rekor baru sepanjang masa alias all time high (ATH) di 8.025,17 atau menguat 0,85% secara harian pada Rabu lalu (17/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi. Pada Kamis (18/9), IHSG tutup di posisi 8.008,43, melemah 0,21% dibandingkan penutupan di hari sebelumnya.

Meski begitu, IHSG masih mampu bertahan di atas 8.000. Sejak awal tahun ini atau year to date (ytd), IHSG juga masih melesat 13,11%. Sejumlah sentimen positif dari domestik, jadi vitamin penggerak IHSG di pertengahan pekan ketiga bulan September 2025.  

 

Salah satunya, Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) 25 basis poin (bps) jadi 4,75% pada Rabu (17/9). Sehari berselang, pasar juga merespons positif penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, sebesar 0,25% ke 4%-4,25%.

 

Namun, anomali justru terlihat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketika IHSG melesat di atas 8.000, dana asing masih meninggalkan BEI. Kemarin, outflow asing mencapai Rp 358,27 miliar. Sejak awal 2025, dana asing yang keluar sudah tembus Rp 61,56 triliun.

 

Saham-saham emiten big caps perbankan paling banyak dilepas asing. Kemarin, saham BBCA, BMRI, dan BBNI masing-masing mencatat net sell Rp 838,9 miliar, Rp 248,6 miliar, dan Rp 121,5 miliar.

Baca Juga: IHSG Koreksi Setelah Naik 6 Hari, Simak Prediksi Untuk Jumat (19/9)

Sejalan menguapnya dana asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ikut loyo ke Rp 16.527 per dolar AS, melemah 0,55% dari hari sebelumnya. Posisi rupiah ini semakin jauh meninggalkan level terbaiknya di Rp 16.143 per dolar AS pada 7 Januari 2025. 

 

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan menilai, terus keluarnya dana asing dari BEI lantaran investor global masih menimbang faktor risikonya. Antara lain, ketidakpastian fiskal pasca pergantian menteri keuangan. "Kalau asing keluar dari saham bank karena valuasinya masih tinggi," kata dia, Kamis (18/9).

 

Felix melihat, dana asing yang keluar dari BEI sebagian beralih ke pasar obligasi negara berkembang dengan imbal hasil lebih menarik seperti India dan Meksiko. Lalu ke ekuitas di negara yang punya stabilitas politik-fiskal lebih terjaga, semisal Thailand.

 

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su menimpali, sejauh ini kenaikan IHSG lebih banyak didorong saham emiten konglomerasi .

 

Tanpa kontribusi kelima saham tersebut, Harry menghitung, laju IHSG pada perdagangan saat ATH di Rabu (17/9), cuma di kisaran 7.201, dengan gap 10,1%. Level IHSG ini lebih rendah dari tahun 2023 yang sebesar 7.273.

Baca Juga: IHSG Kembali ke Atas 7.900, Pasar Mencermati Arah Suku Bunga Pekan Ini

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat sepakat, kenaikan IHSG masih semu karena hanya digerakkan saham-saham konglomerasi.

 

Tercermin dari laju indeks LQ45 yang terkoresi 0,73% dan 2,10% (ytd) pada penutupan pasar kemarin. Alhasil, meski IHSG naik, minat asing menaruh dana di BEI tetap turun. "IHSG tak lagi mencerminkan pasar, membuat investor bingung," ujar Teguh.

 

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan, kenaikan IHSG disertai net sell asing masih wajar. Hal ini menunjukkan, investor domestik cukup kuat dan jadi penopang utama pasar. Jika kepercayaan investor asing pulih, IHSG berpotensi menguat lebih tinggi. 

 

Harry melihat, tren pemangkasan BI rate membuka peluang arus dana asing kembali masuk, terutama ke perbankan. Pelonggaran moneter bisa menekan biaya dana dan net interest margin bank. Harry memproyeksi, hingga akhir tahun 2025, IHSG bisa berada di level 8.200.  

Selanjutnya: Pyridam Farma (PYFA) Ekspansi Pabrik Baru di Australia

Komentar Publish : 2025-09-19 05:37:32