publish : 15 December 2016 | di lihat : 6210 | oleh : Barratut Taqiyyah Rafie
CIREBON. Bicara mengenai perkembangan bisnis batik di Desa Trusmi, nama Abed Menda tak bisa dikesampingkan begitu saja. Pasalnya, Abed merupakan pendiri showroom batik pertama di desa ini.
Abed menceritakan, dia mulai mendirikan toko batik pertamanya di tahun 1991 dengan nama Batik Gunung Jati. Dia tertarik membuka toko batik dengan niatan mulia, yakni mengembangkan batik Cirebon agar semakin dikenal luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Ketertarikan Abed dalam bisnis batik karena dia merupakan generasi ketiga dari keluarga pembatik. Awalnya, orangtuanya tidak setuju dirinya ikut terjun berbisnis batik. Apalagi dia sudah memiliki pekerjaan yang cukup mapan di Bandung.
“Saat saya terjun ke bisnis batik, orangtua saya sampai bilang begini, 'kamu ga usah bisnis batik. lihat kami, tidak maju-maju'," kenangnya sambil tersenyum.
Namun, keinginannya untuk mengembangkan batik Cirebon begitu kuat. Sampai-sampai dia menuliskan cita-citanya di depan tempat tidurnya: "Saya ingin mengembangkan batik Cirebon".
Ketertarikannya untuk pulang kampung dan berbisnis batik bermula saat dia melihat banyaknya pegawai pemerintah di kotamadya Bandung. Lalu ia terpikir untuk menawarkan seragam batik di kantor pemerintahan. Dengan demikian, batik akan semakin terkenal.
"Waktu itu belum ada batik Korpri, baru ada batik Bhinneka Tunggal Ika," ceritanya.
Di 1975, barulah dia memutuskan hijrah kembali ke kampung halamannya. Abed terus merintis bisnisnya. Di tahun 1982 hingga 1984, batik yang dia desain diterima di kecamatan Cirebon. Lama kelamaan, bisnisnya semakin berkembang. Hingga di tahun 1989, dia mendapatkan proyek membuat batik PGRI.
"Setelah saya mendesain motifnya, Alhamdulillah sampai sekarang diterima. Proyek PGRI dari tahun 1989 hingga sekarang tidak pernah terputus," katanya.
Dari satu proyek, proyek lain pun berdatangan. Alhasil, bisnis Batik Gunung Jati semakin berkembang.
Saat bersamaan, bisnis batik di desa Trusmi semakin bergeliat. Setelah Batik Gunung Jati, satu per satu, showroom batik muncul di desa ini. Mulai dari Nova Batik, Katura Batik, Annur Batik, dan banyak lagi lainnya.
Kondisi ini tentunya membuat persaingan bisnis batik semakin sengit. Namun, Abed tak merasa khawatir. Menurutnya, urusan rezeki sudah diatur oleh yang Maha Kuasa.
Abed pun menyiapkan sejumlah strategi agar bisnisnya terus berjalan. "Setelah melihat persaingan yang ketat seperti ini, saya putuskan 80% produksi kami menyasar ke seragam," jelasnya.
Sedangkan untuk 20% sisanya, Abed masih memasarkan batik-batik tulis yang dibuat berdasarkan pesanan. Untuk desain, dia sendiri yang membuatnya. "Jadi bisa dikatakan, batik produksi saya bukan batik umum," jelasnya.
Kecewa dengan kondisi sekarang
Di luar keberhasilan dalam menjalani bisnisnya, Abed menyimpan kekecewaan besar. "Menurut saya, saat ini batik Cirebon tengah sakit," jelasnya.
Dia menceritakan, saat ini, kondisi bisnis batik di desa Trusmi masih didominasi oleh batik Pekalongan dan daerah lain. "Okelah ada batik-batik dari luar. Tapi harusnya batik Trusminya sendiri 70% dan batik dari luar 30%. Tapi yang berjalan sekarang kebalikannya," jelasnya.
Menurutnya, jika hal ini dibiarkan, kilau batik Cirebon akan meredup lagi. "Bayangkan kalau konsumen menyadari bahwa di Trusmi 70% batiknya adalah batik Pekalongan, jelas mereka merasa dibohongi," ungkapnya.
Apalagi, batik Trusmi baru dikenal luas beberapa tahun terakhir. "Trusmi itu harus dikenal dengan batik khasnya, bukan batik pasaran," tegas Abed.
Ke depannya, Abed memiliki sejumlah harapan. Salah satunya, ada arahan dari pemerintah daerah kepada para perajin batik, khususnya terkait industri, motif, hingga marketing. "Kalau kondisi sekarang, kita jalan masing-masing sehingga tidak terarah," paparnya.
Abed juga menyayangkan rencana pengembangan kota Cirebon yang hingga saat ini jalan di tempat. Padahal dulunya, pemda berencana membangun homestay plus penambahan trotoar yang luas.
"Sampai sekarang belum terbentuk karena terbentur biaya. Sepertinya ini bukan program prioritas," sesalnya.