Sepanjang 2011 ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar. Pergerakan IHSG lebih banyak dipengaruhi kondisi perekonomian Eropa dan Amerika Serikat. Ke depannya, analis menilai, IHSG masih tergantung pemulihan krisis utang Eropa dan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.
Oleh: Barratut Taqiyyah dan Edy Can
Awal 2011 lalu, sejumlah analis optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berlari kencang. Alasannya karena fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan disokong oleh permintaan domestik yang tinggi.
Tak mengherankan banyak analis yang memprediksikan indeks akan terbang hingga ke level 4.500 di akhir tahun 2011 dari posisi awal tahun di level 3.727,517. Namun, situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian menyebabkan IHSG bergerak liar di sepanjang tahun ini.
Mari kita lihat perjalanan IHSG sepanjang 2011 ini. Sejak awal tahun IHSG bergerak naik hingga mencapai posisi sepanjang sejarah di level 4.193,441 pada 1 Agustus 2011 lalu. Namun, posisi itu hanya bertahan sebentar dan indeks bursa terus melandai.
Bahkan, pada 22 September, indeks terjun bebas 8,88% ke level 3.369,143. Jika dibandingkan dengan indeks acuan di kawasan Asia, penurunan indeks bursa kita tersebut merupakan yang terbesar.
Pengamat Pasar Modal Jimmy Dimas Wahyu menilai, pergerakan indeks sejak awal tahun lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal ketimbang internal. "Saya melihat, pada periode Januari-Maret, krisis Yunani mulai bergulir. Lalu, krisis tersebut mulai menjalar ke Spanyol dan Portugal," jelas pria yang juga berprofesi sebagai wealth motivator ini.
Hal tersebut juga diamini oleh Analis Indosurya Asset Management Reza Priyambada. Reza mengatakan, guncangan pada pasar finansial dunia berawal dari kesalahan pengelolaan utang di Amerika Serikat maupun Eropa. "Nah, kondisi ini terus berlangsung hingga 2011. Bagai bom waktu, semua utang negara-negara Eropa mulai terkuak," papar Reza.
Analis Sinarmas Sekuritas Jeff Tan menambahkan, pergerakan IHSG juga terimbas dari tingginya tingkat pengangguran dan prospek ekonomi jangka panjang Negeri Uwak Sam. Sebagai salah satu negara besar dunia, kondisi perekonomian Amerika Serikat sangat mempengaruhi ekonomi global. "Faktor lainnya adalah perekonomian China yang dipaksa melambat oleh pemerintah setempat yang ditujukan untuk menekan angka inflasi yang tinggi," urai Jeff.
Pergerakan indeks 2011 juga karena banyaknya pemain asing. Menurut Reza, hal ini dapat dilihat dari hubungan antara terjadinya krisis dengan kondisi bursa yang melorot. "Peranan asing di bursa saham Indonesia cukup mendominasi, sehingga mereka bisa menggerakkan pasar," jelasnya.
Hal tersebut diamini oleh Jeff. Bahkan dia menghitung, dari total investor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), 60% di antaranya merupakan investor asing.
Menurut Jeff, investor asing menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik. Sayangnya, dia melihat, banyak investor asing yang berinvestasi hanya untuk aksi profit taking termasuk menutup kerugian investasi di tempat lain.