Proyeksi Crude Oil 2012

Laju harga minyak di tahun Naga Air dibaca sebanyak 5581 kali

Pergerakan harga minyak mentah di 2012 diperkirakan tidak akan berbeda jauh dengan pergerakan di tahun sebelumnya. Namun, potensi emas hitam ini untuk melaju di atas level US$ 100 per barel masih cukup kuat, sebab ada harapan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, meskipun krisis Eropa masih membayangi.

Oleh: Dupla Kartini dan Djumyati Partawidjaja

Ada harapan AS akan mengucurkan kembali program stimulus untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya. Ini bisa menjadi sinyal, permintaan dari AS masih akan tumbuh, meskipun tidak terlampau tinggi. Selain itu, permintaan dari China masih cukup besar, apalagi jika pemerintah China lebih memilih kebijakan pelonggaran ekonomi, sehingga impornya bakal meningkat.

Dollar

Namun, krisis yang masih terjadi di Eropa diperkirakan bakal menghambat laju harga minyak, sehingga tidak naik signifikan. Apalagi, jika pemimpin Uni Eropa tidak punya solusi efektif untuk mengatasi krisis, termasuk mencegah krisis menyebar ke negara lain.

Di 2011, indikator perekonomian, baik dari AS, Eropa, juga China masih akan menjadi katalis yang bakal menggerakkan naik dan turun harga minyak. Demikian pula, faktor data persediaan minyak, isu badai dan bencana yang bisa saja terjadi, termasuk masalah suplai dari OPEC.

Namun, terkait suplai, OPEC diyakini tidak akan sembarang menambah atau memangkas suplai minyak mentah. Pasalnya, negara-negara anggota OPEC tidak suka jika harga minyak menyentuh di bawah US$ 90 per barel. Mereka akan mengontrol suplai di pasar.

Dollar

Adapun, faktor yang paling diyakini bisa mendongkrak harga minyak, yaitu jika konflik di Timur Tengah memanas. Ini terkait Iran yang disinyalir memiliki program nuklir. Iran dan negara Barat di pengujung 2011 sudah bersitegang terkait program nuklir ini. Bahkan, Israel menyebut akan melancarkan serangan ke Iran. Jika, ini terjadi, maka minyak diyakini bisa melejit hingga menyentuh level US$ 120 per barel.

Meski begitu, lonjakan harga tersebut biasanya akan memicu aksi profit taking di pasar. Psikologis investor di pasar komoditas berbeda dengan pasar saham. Investor akan segera merealisasikan keuntungan, jika ada kesempatan atau sudah mendapat keuntungan.

Prediksi pergerakan harga minyak di 2012, menurut beberapa analis dan pengamat perminyakan:

Ariana Nur Akbar, Senior Research & Analyst Monex Investindo Futures

Pergerakan harga minyak di 2012 tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Harga emas hitam masih akan dipengaruhi kondisi di Eropa dan AS. Jika, kedua kawasan ini memiliki solusi untuk perekonomian masing-masing, maka harga minyak bisa mencapai kisaran US$ 110 – US$ 120 per barel.

Tapi, harga minyak yang naik pesat, akan memicu spekulan untuk melakukan profit taking, sehingga minyak berpeluang langsung turun lagi begitu mencapai level tersebut.

Prospek untuk AS dan Eropa sepertinya masih akan sulit. Namun jika stimulus AS semacam Quantitative Easing (QE3) berlanjut, maka harga minyak bisa melonjak tinggi. Sementara, untuk Eropa lebih rumit, karena yang terlihat akan terselesaikan baru di Italia dan Yunani. Tapi, jika masalah di kedua negara ini bisa terselesaikan, maka akan bagus bagi laju harga minyak.

Kalaupun di Eropa memburuk, harga mungkin masih bisa stabil, karena investor masih melihat kondisi di AS. Misalnya, seperti persediaan AS yang turun, apalagi AS akan menahan suku bunga di level rendah sampai 2013. Ini sepertinya sudah termasuk salah satu bentuk stimulus. "Faktor fundamental sekecil apa pun akan dipakai untuk mengangkat harga minyak," ujarnya.

Faktor lain yang bisa mengangkat harga minyak, yaitu faktor konflik di Iran terkait program nuklirnya. Pasalnya, negara ini salah satu produsen minyak terbesar di OPEC. Tapi untuk terjadi peperangan di Iran, seperti yang terjadi di Libya sepertinya masih kecil," sebut Ariawan.

Saat ini harga masih bagus, karena investor berpikir belum saatnya profit taking. Sebab belum ada pergerakan dari AS dan Eropa yang signifikan. Investor masih wait and see, untuk mencari harga di mana kira-kira akan profit taking. Dengan pasar komoditas yang stagnan, ada gambaran investor sedang beralih ke investasi lain, bisa dalam bentuk emas juga saham.

Faktor yang bisa menekan harga minyak, jika tidak ada stimulus di AS. Gubernur The Federal Reserves Ben S. Bernanke terakhir bilang pertumbuhan ekonomi di bawah 3%, di bawah ekspektasi. Jika pengangguran masih tinggi, dan industri tidak berjalan maka akan menekan harga minyak.

Faktor lain terkait permintaan dari China. Kalau, pemerintah China lebih memilih mengetatkan ekonominya untuk menekan inflasi, maka impor akan dibatasi, sehingga harga minyak akan turun.

Sebaliknya, jika China justru memutuskan untuk mendongkrak manufaktur, atau melakukan pelonggaran ekonomi, mereka akan pasok minyak. Ini akan menyokong laju harga minyak.

Ibrahim, Analis Senior Harvest Futures

Di 2012, kemungkinan harga minyak tidak setinggi tahun 2011, karena faktor perlambatan ekonomi global yang disebabkan masalah krisis di Eropa dan AS. Tetapi, kalau konflik di Timur Tengah memanas di awal tahun, di mana Israel melakukan penyerangan terhadap instalasi nuklir Iran, maka kemungkinan besar harga minyak akan melesat lebih tinggi di atas $120 barel.

Harga minyak juga bisa menyentuh level tertinggi di 2011 yaitu US$ 114 per barel, apabila faktor geopolitik di Timur Tengah (Suriah dan Iran) belum terselesaikan. Namun, jika masalah geopolitik ini mereda kemungkinan besar minyak akan sulit menyentuh level tersebut, karena faktor krisis di Eropa dan AS akan mendominasi pasar di dunia.

Konflik di Timur Tengah bisa membawa harga minyak di kisaran US$ 90 per barel di kuartal pertama 2012. Lalu, di kuartal kedua mencapai kisaran US$ 80 per barel, kuartal ketiga di US$ 90 per barel, dan di level US$ 85 per barel pada kuartal keempat.

Namun, jika konflik di kawasan Timur Tengah memanas, minyak mentah diproyeksikan menyentuh level US$ 104 per barel pada kuartal satu, dan di kisaran US$ 120 per barel di kuartal kedua. Kemudian, pada kuartal ketiga akan turun di kisaran US$ 100 per barel, dan menyentuh kisaran US$ 85 per barel pada kuartal terakhir 2012.

Kurtubi, Pengamat Perminyakan

Faktor musim dingin bisa terus mengangkat harga minyak sampai Januari dan Februari 2012. Begitu pula jika faktor geopolitik di Timur Tengah berlanjut dan memanas hingga 2012, kemungkinan bisa memicu minyak hingga menyentuh level US$ 120 per barel dalam Indonesia Crude Price (ICP). "Memang kita tidak tahu kepastiannya. Namun, Iran sekarang sudah bentrok terang-terangan dengan Inggris," urai Kurtubi.

Sampai akhir 2012, harga minyak ICP diproyeksi bisa mencapai US$ 115 per barel. Faktor pergerakan dolar AS yang fluktuatif dan krisis di Eropa bisa mendorong kenaikan harga minyak. Tapi, pengaruhnya tidak terlalu signifikan.

Permintaan masih akan tumbuh sekalipun tidak terlampau tinggi karena faktor Eropa. Perekonomian AS akan tumbuh moderat, lebih bagus disbanding Eropa, dan ini cukup mendorong kenaikan permintaan di AS, sekalipun kecil.

Apalagi, belum ada tambahan suplai yang signifikan, karena Libya belum bisa berproduksi normal lagi dalam waktu singkat. OPEC masih bisa mengendalikan harga lewat mekanisme kuotanya, sebab mereka tidak suka harga minyak turun sampai di bawah US$ 90 per barel. Mereka akan mengurangi kuota kalau harga minyak cenderung turun.

Namun, harga minyak bisa melemah jika ekonomi Eropa dan AS terus memburuk. Kondisi ini akan mempengaruhi demand. Faktor lain yang mungkin menekan harga minyak di 2012, apabila produksi dari Libya bisa cepat pulih sehingga pasar bisa kebanjiran suplai. Tapi, di atas kertas sulit untuk Libya menaikkan produksi dalam waktu dekat. Padahal Libya bisa berproduksi lebih 1 juta barel dalam kondisi normal.