
Saham Grup Sinar Mas dan Prajogo Gendong Penguatan IHSG
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pecah rekor lagi. IHSG bertengger di posisi 8.051,11, Jumat (19/9), menjadi level tertinggi sepanjang sejarah alias all time high (ATH). Saham-saham konglomerasi masih menjadi motor penguatan IHSG.
Sepekan terakhir, tujuh saham konglomerasi menjadi penggerak IHSG. Contohnya, empat saham milik Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Si pendatang baru, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) juga tak ketinggalan jadi movers signifikan IHSG sepanjang tahun berjalan ini.
Sedangkan saham emiten Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) masih jadi saham dengan nilai transaksi terbesar di pekan ini. Penguatan harga saham emiten Grup Lippo PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) serta emiten Grup Bakrie dan Grup Salim, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga jadi salah satu penyebab IHSG kembali menyentuh rekor tertinggi.
Baca Juga: Spekulasi Investor Angkat Saham HOKI dan NASI di Tengah Polemik Beras
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi mengatakan, dalam jangka pendek, IHSG memang masih bisa terdorong saham-saham konglomerasi karena kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang kuat. Tapi agar bertahan di level ATH, IHSG butuh dukungan sektor lainnya, terutama sektor perbankan dan barang konsumsi.
"Jika rally hanya ditopang euforia grup tertentu, pasar bisa dianggap kurang mencerminkan fundamental," kata Wafi, Minggu (21/9).
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah menilai, saham-saham konglomerasi ini berpeluang melanjutkan tren kenaikan. Hal tersebut didorong oleh potensi aksi korporasi emiten, sehingga pergerakannya relatif tidak terlalu dipengaruhi faktor makroekonomi.
"Selama ada arus dana, disertai potensi ekspansi dan aksi korporasi, saham-saham konglomerasi masih berlanjut momentum positifnya," ujar Fath.
Dana asing masuk
Tapi perlu diingat, tanpa kontribusi saham konglomerasi, pergerakan IHSG sebenarnya tidak setinggi ini. Hitungan Fath, IHSG hanya akan bergerak di kisaran 6.000–7.000. Sedangkan proyeksi, Wafi memperkirakan, IHSG sebenarnya berada di sekitar level 7.200-an.
Di sisi lain, sebenarnya, penguatan sebagian saham emiten konglomerasi juga didukung faktor fundamental. Martha Christina, Head of Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas mengatakan, emiten Prajogo Pangestu misalnya, dapat katalis positif dari penguatan kinerja keuangan dan berbagai ekspansi agresif yang dilakukan.
Baca Juga: Saham Petrosea (PTRO) Tembus Rekor Baru, Diversifikasi Ala Prajogo Jadi Pendorong
Selain itu, saham seperti BRPT kebagian sentimen positif dari masuknya dana asing yang konsisten mengalir sejak MSCI memasukkan PTRO ke dalam indeksnya, meski pada kategori small cap.
Wafi juga sepakat, rally saham BRPT didorong oleh euforia hilirisasi petrokimia dan energi terbarukan, ditambah narasi transisi energi besar yang digarap Grup Prajogo Pangestu. Sentimen pendorong lain seperti progres proyek hilirisasi dan integrasi dengan emiten satu grup. Namun, risiko yang membayangi adalah kebutuhan belanja modal jumbo dan volatilitas harga energi global.
Sementara itu, Managing Director Research & DIgital Production Samuel Sekuritas, Harry Su mengatakan, potensi penguatan harga saham emiten konglomerasi juga tergantung dari komitmen shareholders. Dia pun mengingatkan, saham konglomerasi tidak dapat dilihat dari valuasinya saja. "Ketertarikan pasar dapat dilihat dari sisi besarnya volume saham," katanya.
Harry memberi rekomendasi speculative buy saham DSSA dengan target harga Rp 150.000. Sedangkan Wafi merekomendasikan saham BRPT dan DSSA di target harga masing-masing Rp 3.400 dan Rp 125.000 per saham.