
IHSG Turun 0,14% Pekan Lalu, Masih Ada Saham-Saham yang Menguat Tebal
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak di perdagangan terakhir pekan lalu. Kamis (26/6), IHSG melonjak 0,96% atau 65,26 poin ke 6.897,40 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski melonjak di perdagangan terakhir, IHSG masih tercatat turun dalam sepekan periode 23-26 Juni 2025. IHSG melemah 0,14% dalam empat hari perdagangan di pekan lalu.
Berikut saham-saham yang menjadi top gainers, top losers, top leaders, dan top laggards IHSG di perdagangan pekan lalu:
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing Selama Sepekan
Enam indeks sektoral menekan IHSG ke zona merah. Sektor energi merosot 4,17%. Sektor barang baku terpangkas 1,52%. Sektor barang konsumsi nonprimer tergerus 1,40%. Sektor teknologi melorot 1,27%. Sektor perindustrian turun 0,73%. Sektor properti dan real estat melemah 0,50%.
Lima sektor menguat di tengah pelemahan IHSG. Sektor kesehatan melaju 1,46%. Sektor keuangan melesat 1,22%. Sektor barang konsumsi primer naik 0,48%. Sektor transportasi dan logistik menanjak 0,28%. Sektor infrastruktur naik tipis 0,08%.
Indeks saham likuid dengan kapitalisasi pasar besar LQ45 justru menguat 0,74% di periode yang sama. IDX80 pun menguat 0,56%.
Sementara saham-saham dengan kapitalisasi kecil dan menengah justru turun. IDX SMC Composite yang berisi seluruh saham dengan market cap kecil dan menengah turun 1,83% dalam sepekan. Sementara saham likuid kecil dan menengah melorot hingga 3,04%.
Investor asing mencatat net sell atau jual bersih Rp 112,61 miliar di perdagangan pekan lalu. Angka ini mengecil jika dibandingkan dengan net sell pekan sebelumnya yang mencapai Rp 4,51 triliun.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Saham Konsumsi untuk Diversifikasi Portofolio Anda
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menyebut, tekanan inflasi dari Amerika Serikat (AS) menjadi fokus utama pasar saat ini.
“Kenaikan data personal consumption expenditure (PCE) dan Core PCE AS menunjukkan tekanan inflasi, dan ini akan menjadi pertimbangan penting bagi arah kebijakan moneter The Fed ke depan,” ujar Nafan, Minggu (29/6).
Senada, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi juga melihat bahwa kekhawatiran pasar terhadap arah suku bunga The Fed akan makin tajam seiring rilis data ketenagakerjaan AS.
“Pasar menantikan rilis data pekerjaan AS dengan Non-Farm Payroll (NFP) yang diperkirakan melambat menjadi sebanyak 10 ribu di Juni 2025 atau turun dari 139 ribu data pekerjaan baru. Hal ini cenderung akan direspons negatif oleh pasar,” jelas Audi.
Baca Juga: Prospek Sektor Konsumsi Masih Menantang, Simak Rekomendasi Sahamnya
Selain itu, Nafan juga menyoroti pasar akan mencermati kondisi sektor manufaktur global. Ia menilai, sejumlah negara masih berada dalam fase kontraksi akibat permintaan global yang melemah, termasuk di Indonesia.
Dari sisi domestik, Audi menyoroti rilis data inflasi Indonesia yang diperkirakan cenderung tumbuh melambat sebesar 2,3% YoY dari sebelumnya 2,4% YoY pada inflasi inti. Menurutnya, pasar cenderung merespons negatif jika perlambatan ini disebabkan demand yang melemah.
Adapun dari sisi geopolitik dan eksternal lainnya, Nafan menilai ada potensi katalis positif. Ia melihat tensi konflik di Timur Tengah mulai mereda, sementara diplomasi dagang antara AS dan Tiongkok menunjukkan perkembangan yang lebih konstruktif.
“Kalau negosiasi dagang bisa diarahkan ke kesepakatan konkret, itu bisa menenangkan pasar dan menjadi katalis positif,” ujar Nafan.
Namun, Audi mengingatkan bahwa negosiasi tarif impor AS sudah memasuki tahap akhir dengan tenggat waktu pada 9 Juli. Bahkan, pembicaraan dengan Kanada cenderung mandek akibat sengketa pajak digital, tanpa kejelasan soal kapan akan diselesaikan.
“Kami meyakini pasar masih akan terpengaruh oleh sentimen kebijakan tarif impor AS, jika terjadi ketidaksesuaian pasar maka cenderung akan memberikan sinyal negatif ke pasar,” ujarnya.
Secara teknikal, Nafan memperkirakan IHSG Senin (30/6) akan bergerak pada kisaran support 6.814 dan 6.745, dengan resistance 6.980 dan 7.053. Sementara itu, Audi memperkirakan IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat dalam rentang level support 6.795 dan resistance 6.980 dengan indikator RSI menunjukkan kenaikan.