Detail TOPIK

IHSG Sulit Tembus 7.000, Investor Asing Masih Enggan Masuk, Domestik Kurang Mendukung

IHSG Sulit Tembus 7.000, Investor Asing Masih Enggan Masuk, Domestik Kurang Mendukung

Publish : 2025-07-08 07:46:14 | Oleh : Sugeng Adji Soenarso

 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih sulit untuk kembali ke level 7.000. Sikap wait and see investor, khususnya asing masih membayangi pasar saham.

IHSG telah turun 3,66% sejak awal tahun hingga Senin (7/7). Dalam sebulan terakhir juga tercatat turun 4,56%. Di sisi lain, mata uang garuda justru cenderung bergerak menguat. Sebulan terakhir, rupiah di pasar spot tercatat menguat 0,21% dan berdasar Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,23%.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesi, Liza Camelia Suryanata menerangkan penguatan rupiah didorong pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Indeks dolar (DXY) tercatat anjlok 11% sepanjang semester I-2025, dan menjadikannya sebagai koreksi semester I terburuk sejak 1973.

Sejak 2 April saja, dolar AS melemah 6,6% dan bahkan lebih besar terhadap euro dan peso Meksiko. "Penurunan ini mencerminkan hilangnya status 'safe haven' dolar AS akibat kebijakan fiskal yang agresif dan ketidakpastian arah tarif," terangnya kepada KONTAN, Senin (7/7).

Donald Trump, Presiden AS dalam unggahannya di media sosial baru saja mengumumkan tarif impor dari 14 negara. Khusus Indonesia yang termasuk di daftar tersebut dikenai tarif 32%, tidak mengalami perubahan dibanding sebelumnya. Pemberlakuan tarif ini, kata Trump, berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas melihat, pelaku pasar lebih banyak mengalokasikan dananya pada saham-saham yang baru akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Ini yang membuat pasar memilih bermain saham yang memiliki tingkat kepastian tinggi, salah satunya dengan mengikuti IPO yang memang pekan ini banyak yang menarik," sambungnya.

Baca Juga: Kondisi Menantang, Begini Strategi Investasi di Kuartal III 2025

Pergerakan dari dana asing juga terlihat terus-menerus keluar dari pasar saham Indonesia. BEI mencatat dana asing telah keluar sebesar Rp 56,58 triliun sejak awal tahun.

Nico menilai adanya peralihan dana asing ke pasar obligasi pemerintah Indonesia. Dia melihat hal tersebut sebagai peralihan sementara dari saham kepada obligasi secara jangka pendek untuk antisipasi dari ketidakapastian yang terjadi saat ini.

Adapun Bank Indonesia (BI) mencatat di pasar SBN terjadi beli neto sebesar Rp 53,07 triliun sejak awal tahun hingga Jumat (4/7).

Liza justru menilai investor asing mengalihkan dananya ke safe haven lain, yakni mata uang CHF (Swiss Franc) dan JPY (Yen Jepang). Sebab, CHF telah naik 13,3% dan JPY telah naik 10,5% selama setahun terakhir.

"Dana asing sudah jelas tidak parkir di IHSG karena terjadi foreign net sell dan semuanya untuk regular market," terangnya.

 

 

Selain itu, dibandingkan dengan indeks regional lainnya, yang jadi sasaran aliran dana asing sepertinya yang masih mampu meraih profit setahun terakhir yaitu HSI dengan kenaikan 33,89%, STI 20,38%, NASDAQ 14,64%, dan S&P500 13,68%.

Tekanan pada IHSG menjadikannya undervalue, dengan PER IHSG saat ini di bawah rata-rata lima tahun atau 15 kali, apalagi jika dibandingkan NASDAQ, S&P500, dan NIKKEI yang sudah overvalue.

"Namun jangan lantas kena value trap, bisa jadi asing melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih penuh keraguan akibat ancaman defisit fiskal meluas," katanya.

Baca Juga: Perluasan Pasar Jadi Harapan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Ia melihat risiko datang dari penerimaan pajak yang selalu meleset dari target, penerimaan negara lainnya seperti deviden BUMN yang sekarang dialihkan ke DANANTARA, serta potensi kegagalan pemerintah mempertahankan GDP 5%.

Untuk jangka pendek, Nico memperkirakan IHSG akan akan bermain di level 6.835 – 6.950. Sementara di akhir tahun, ia masih memperkirakan di 7.740 – 7.920, tetapi terbuka merevisi target di kuartal III karena masih banyak sentimen yang bergerak bebas dan cenderung menunggu.

"Katalis penekan secara jangka pendek dari kebijakan Trump, tensi geopolitik, dan melemahnya daya beli dalam negeri," terangnya.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi memperkirakan IHSG direntang 6.600 - 7.200 direntang 1-3 bulan ke depan. Sementara di akhir tahun ia memproyeksikan IHSG di 7.700. "Katalis pendukungnya kepastian tarif Trump, penurunan fed rate dan BI Rate, dan lighthouse IPO lainnya," tutupnya.

Selanjutnya: Utilitas Industri Keramik Membaik

Komentar Publish : 2025-07-08 07:46:14