Detail TOPIK

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

Publish : 2025-12-14 06:00:26 | Oleh : Muhammad Alief Andri, Wahyu Tri Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan ini dengan kenaikan. Jumat (12/12), IHSG menguat 40,02 poin atau 0,46% menjadi 8.660,5 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

IHSG mengakumulasi kenaikan 0,32% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,33%.

IHSG mencatat angka penutupan perdagangan tertinggi sepanjang masa pada Senin (8/12) di level 8.710,69. Sedangkan level tertinggi IHSG sepanjang masa atau all time high berada di 8.776,97 yang tercatat pada Kamis (11/12) pagi.

Berikut saham-saham top gainers, top losers, top leaders, dan top laggards IHSG sepekan:

Baca Juga: Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

Enam indeks sektoral menyokong kenaikan IHSG sepekan. Sektor energi melesat 6,49%. Sektor barang baku melonjak 4,56%.

Sektor kesehatan menguat 3,13%. Sektor infrastruktur naik 3%.

Sektor teknologi terangkat 1,10%. Sektor barang konsumsi nonprimer menguat 1,06%.

Lima sektor turun di tengah penguatan IHSG. Sektor barang konsumsi primer turun 1,90%.

Sektor perindustrian melemah 1,78%. Sektor properti dan real estat turun 1,69%. 

Sektor keuangan melorot 1,64%. Sektor transportasi dan logistik melemah 0,90%. 

Baca Juga: Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi menilai, kombinasi dua sentimen global tersebut membuat arah IHSG bergerak dalam pola yang mixed. “Positifnya, cost of capital global turun. Negatifnya, demand komoditas dari China melemah,” kata Wafi kepada Kontan, Jumat (12/12).

Di tengah kondisi itu, sejumlah sektor diperkirakan tetap mendapat angin segar, terutama bank dengan kapitalisasi pasar besar, telekomunikasi dan data, serta consumer staples yang memiliki karakter defensif. Sebaliknya, sektor komoditas seperti batu bara, logam, dan petrokimia menjadi yang paling berpotensi tertekan akibat melemahnya permintaan dari China.

Untuk arus dana asing, Wafi menilai pergerakannya masih akan fluktuatif. Pemangkasan suku bunga The Fed memang membuka peluang masuknya modal asing, namun risiko capital outflow masih besar jika nada hawkish kembali muncul.

China slowdown bikin asing lebih memilih emerging market yang defensif dan punya likuiditas kuat. Indonesia masih menarik, tetapi asing tidak akan agresif,” ujarnya.

Baca Juga: Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Investor asing mencatat net buy atau beli bersih Rp 1,4 triliun di seluruh pasar dalam sepekan terakhir menurut data BEI. Angka ini turun jika dibandingkan dengan net buy pekan pertama Desember yang mencapai Rp 2,5 triliun.

Dalam situasi pasar yang tidak pasti ini, Wafi memandang overweight sektor defensif dan memanfaatkan momentum akumulasi pada saham big caps yang valuasinya sudah turun. Ia juga menyarankan agar investor tetap menyiapkan porsi kas sekitar 20%-30% untuk mengantisipasi volatilitas.

“Hindari mengejar saham yang sudah naik terlalu tinggi,” katanya.

Adapun saham yang masih menarik menurut Wafi meliputi BMRI dengan target harga Rp 5.100, BBNI pada Rp 5.000, dan TOWR pada Rp 615. Untuk sektor komoditas, ia menyarankan fokus pada emiten berbiaya produksi rendah. Risiko utama yang perlu diwaspadai mencakup revisi outlook China, potensi The Fed kembali hawkish, serta volatilitas rupiah.

Selanjutnya: Animo Investor Saham

Komentar Publish : 2025-12-14 06:00:26