
IHSG Anjlok Sepekan, Ini Biang Kerok dan Prediksi Pekan Depan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam tren turun dalam sepekan terakhir. Dari lima hari perdagangan sepekan periode 13-17 Oktober 2025, IHSG turun dalam empat hari perdagangan dan hanya naik sehari pada Kamis (16/10).
Jumat (17/10), IHSG terjun 209,10 poin atau 2,57% menjadi 7.915,66. Dalam sepekan, IHSG mengakumulasi penurunan 4,14% dalam sepekan dari posisi 8.357,86 pada Jumat pekan lalu.
Investor asing mencatat net buy atau beli bersih Rp 1,94 triliun di seluruh pasar saat IHSG terjun pekan ini. Net buy asing ini terutama karena net buy di pasar negosiasi pada saham PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA) total Rp 5,7 triliun sepekan.
Baca Juga: IHSG Melorot ke Bawah Level 8.000, BEI Akan Kerek Rata-Rata Nilai Transaksi Harian
Menurut Head Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata, pelemahan IHSG sepekan merupakan cerminan dari kombinasi kepanikan global akibat krisis kredit di Amerika Serikat (AS) dan ketegangan perang dagang AS–China.
Di Amerika, lonjakan gagal bayar korporasi seperti First Brands dan Tricolor Holdings memicu kekhawatiran efek domino di sektor keuangan. Sehingga investor global serentak melepas aset berisiko.
“Selain faktor eksternal, ada juga rumor di domestik bahwa pemerintah—khususnya Menkeu Purbaya—ingin melihat 'IHSG yang sesungguhnya' tanpa intervensi saham-saham konglomerat besar. Sentimen itu membuat sejumlah big caps yang biasanya menjadi penyangga indeks malah ikut dilepas, sehingga tekanan semakin besar,” kata Liza, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: Aksi Profit Taking Bikin IHSG Jebol
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang menambahkan, penutupan pemerintahan (government shutdown) AS sejak 1 Oktober 2025 yang berkepanjangan juga turut membebani pasar modal Tanah Air.
Selain itu, minimnya sentimen positif pendorong penguatan indeks dan aksi profit taking lanjutan terhadap saham-saham konglomerasi penopang indeks turut menahan laju IHSG.
“Adanya rencana dari otoritas mengenai ketentuan free float baru dan penindakan tegas terhadap penggoreng saham, mendorong terjadinya profit taking terhadap saham-saham yang telah mengalami kenaikan signifikan,” tambah Alrich.
Meski begitu, katalis positif menurut Liza tetap ada. Hal itu khususnya datang dari rencana Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang tengah menyiapkan injeksi dana sekitar Rp 16 triliun ke pasar modal dalam waktu dekat.
Alokasi ini menurut Liza diharapkan dapat menjadi liquidity buffer yang menahan kejatuhan IHSG lebih dalam, sekaligus memperbaiki kedalaman pasar yang selama ini terlalu dangkal dibanding bursa negara tetangga seperti India dan Hong Kong.
“Jika injeksi itu benar terealisasi dan pasar global mulai tenang, ada peluang teknikal rebound ke atas 8.000 dalam jangka pendek,” ujar Liza.
Secara teknikal, Alrich melihat negative slope indikator MACD semakin melebar. Sedangkan, indikator Stochastic RSI berada di area oversold, namun belum mengindikasikan reversal.
IHSG telah menutup gap di 7.855, tetapi masih berada di bawah level psikologis 8000. Alrich memperkirakan IHSG masih berpotensi menguji level support di 7.725 dan resistance 8.000 pada pekan depan.
Sentimen yang akan mengiringinya masih dari data Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia di kuartal III-2025 yang turun 8,9% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 212 triliun. Ini merupakan penurunan selama dua kuartal berturut-turut dan penurunan paling tajam sejak kuartal I tahun 2020 akibat kebijakan tarif AS dan melemahnya daya beli masyarakat.
Selain itu, pekan depan juga investor akan menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia tanggal 22 Oktober 2025, yang menurut konsensus akan kembali memangkas 25 basis poin menjadi 4.5%.
Pasar juga akan disuguhi rilis data pertumbuhan kredit bulan September pada tanggal 22 Oktober 2025 dan data uang beredar BI bulan September.
Musim rilis kinerja emiten kuartal III akan turut menyetir arah pasar ke depan.
Baca Juga: IHSG Turun 2,57% Menjadi 7.915, Net Buy Asing Rp 3,04 Triliun Hari Ini (17/10)
Kiwoom Sekuritas masih mempertahankan proyeksi IHSG di rentang support 7.800 dan resistance 8.000 hingga akhir tahun 2025.
“Namun selama volatilitas global masih tinggi dan belum ada policy response konkret dari The Fed maupun China, IHSG masih rawan fluktuasi tajam dengan bias defensif di saham-saham berfundamental kuat dan likuid,” ujar Liza.
Pada indeks sektoral, hanya sektor kesehatan yang menguat 2,79% sepekan. Sedangkan 10 indeks sektoral melemah bersama dengan IHSG.
Sektor teknologi tumbang 11,59%. Sektor infrastruktur merosot 6,83%. Sektor energi terpangkas 6,76%.
Sektor infrastruktur terjun 6,37%. Sektor keuangan ambruk 4,59%. Sektor barang konsumsi nonprimer melorot 3,34%.
Sektor perindustrian turun 3,03%. Sektor barang baku melemah 2,52%.
Sektor barang konsumsi primer turun 1,21%. Sektor properti dan real estat terkoreksi 0,52%.