Detail TOPIK

Dampak Tanggung Penundaan Tarif ke Pasar Saham

Dampak Tanggung Penundaan Tarif ke Pasar Saham

Publish : 2025-05-14 06:46:49 | Oleh : Rashif Usman

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mereda untuk sementara, bertepatan dengan libur panjang pasar saham Indonesia. Investor berpeluang kembali melirik aset berisiko, termasuk saham. Sayang, arus dana asing belum tentu mengalir masuk ke bursa dalam negeri.

AS dan China sepakat menurunkan tarif impor melalui negosiasi intensif yang digelar di Jenewa, Swiss, Sabtu (10/5) dan Minggu (11/5) lalu.

Dalam kesepakatan itu, AS menyetujui penurunan tarif produk impor dari China dari 145% menjadi 30%. Sedang Tiongkok menurunkan tarif berbagai produk asal AS menjadi 10% dari 125%. Kesepakatan tarif sementara ini berlaku selama 90 hari.

Wall Street dan bursa saham Asia bergerak menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berpeluang mengekor ke zona hijau dalam janga pendek.

Baca Juga: Dalam Sepekan IHSG Menguat 0,25%, Tapi Duit Asing Hengkang Rp 3,26 Triliun

Di sisi lain, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata masih bersikap hati-hati melihat kebijakan ini. Berkaca dari perang dagang 2018-2019, gencatan senjata 90 hari juga sempat terjadi, tapi akhirnya tak memberi hasil konkret.

Liza bilang, kesepakatan ini setidaknya menciptakan dua dampak. Pertama, dampak positif bagi negara berkembang. Berkurangnya risiko perang dagang dapat menarik minat investor global untuk masuk ke aset berisiko, termasuk pasar saham dan obligasi Indonesia. Namun, kondisi ini bisa terhambat oleh tren foreign net sell di Indonesia yang mencapai Rp 54 triliun sejak awal tahun. Ini menunjukkan minat asing yang masih rendah pada IHSG.

Dampak kedua, IHSG berpotensi kalah saing dengan pasar saham China dan AS, yang telah lebih dulu merespons positif sentimen perdamaian dagang. Goldman Sachs bahkan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2025 menjadi 1%. Lalu Morgan Stanley mencatat kenaikan posisi bullish hedge funds pada saham China.

"Alih-alih mengharapkan asing berbalik net buy, bisa saja kenyataannya malah terjadi realokasi di kedua pasar itu," kata Liza, Selasa (13/5).

Fundamental lemah

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas, Ezaridho Ibnutama memperkirakan, perang dagang sudah diantisipasi pasar. Sehingga, kenaikan IHSG cenderung terbatas. Menurutnya, IHSG berpotensi menguat hingga menyentuh resistance 7.000 pada Rabu (14/5). Kendati begitu, ia tidak meyakini level ini akan bertahan lama.

Ezaridho menyoroti sentimen negatif yang membayangi perekonomian Indonesia sebagian besar disalahkan pada tarif Trump. Padahal, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (yoy), jauh di bawah ekspektasi, bahkan sebelum Trump mengumumkan tarif global pada 2 April 2025.

Ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan melambat lebih lanjut pada kuartal II-2025, yang diprediksi berada di kisaran 4,68-4,83% yoy. "IHSG masih menghadapi krisis likuiditas, dengan aksi jual bersih investor asing mendominasi pasar," kata Ezaridho.

Baca Juga: IHSG Hanya Naik 0,25% Sepekan, Saham ANTM Mentereng di Pekan Lalu

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy juga bilang, ada kemungkinan terjadi aksi net sell dari investor asing yang mengalihkan dana ke pasar saham AS. Namun, Budi meyakini aksi beli dari investor domestik akan meningkat seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang tersebut.

Sedangkan Liza menilai, dengan rasio price to earning ratio (PER) indeks CSI 300 China di 12,64 kali atau tidak jauh berbeda dengan IHSG di 13,33 kali, pasar China bisa menjadi pesaing ketat dalam menarik arus modal global.

Namun, valuasi IHSG masih relatif menarik dengan PER forward 13-14 kali, di bawah rata-rata historis lima tahun.

Liza menilai, penguatan IHSG kemungkinan masih terbatas dan rawan koreksi terutama di area resistance previous high sekitar 6.970 sampai 7.000 yang berfungsi sebagai resistance psikologis. Jika level krusial ini mampu ditembus, IHSG berpotensi menguat menuju 7.100-7.150 hingga akhir bulan Mei.

Selanjutnya: Pemerintah Diharapkan Mengantisipasi PHK

Komentar Publish : 2025-05-14 06:46:49