Detail TOPIK

Angin Positif Suku Bunga dan Tarif AS

Angin Positif Suku Bunga dan Tarif AS

Publish : 2025-07-17 08:33:23 | Oleh : Pulina Nityakanti, Rilanda Virasma, Yuliana Hema

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pasar saham dalam negeri dibanjiri dua sentimen positif. Pertama, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di bulan Juli 2025 menjadi 5,25%. Kedua, Amerika Serikat (AS) melonggarkan tarifnya terhadap Indonesia dari semula 32% menjadi 19%.

Analis menilai, dua katalis ini masih akan menggairahkan bursa saham dalam jangka pendek. Kendati begitu, investor tetap perlu hati-hati lantaran ada beberapa sentimen yang bisa mengganggu pergerakan IHSG ke depan. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas,  Maximilianus Nico Demus mengatakan, pemangkasan BI rate membangkitkan hampir seluruh sektor emiten. Mulai dari sektor properti, otomotif, teknologi, perbankan, maupun barang konsumsi. 

"Karena beban bunga bisa menurun dan dapat mendorong daya beli dan konsumsi,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (16/7).

Ekonom dan analis Panin Sekuritas Felix Darmawan juga menilai, di tengah sentimen ini, IHSG berpeluang menguat. "Penurunan bunga ini memberi sinyal bahwa BI cukup optimistis terhadap inflasi yang terkendali dan rupiah yang stabil dan mendorong permintaan domestik," kata Felix. 

Baca Juga: Menperin Bicara Soal Tarif Trump dan IEU-CEPA, Begini Dampaknya ke Industri

Nah ketika permintaan meningkat, sektor ritel juga turut membaik. Begitupun dengan sektor bank. Efeknya bisa meluas ke emiten properti dan konstruksi.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah mengatakan, pada pemangkasan suku bunga di bulan Mei sebelumnya. saham-saham perbankan ikut menguat. 

Namun dia memberi catatan, ,saat ini penyaluran kredit perbankan melambat. Laporan BI, kredit perbankan di separuh pertama 2025 hanya tumbuh 7,7% yoy. Fath mencermati, kenaikan saham-saham perbankan belakangan ini juga belum kuat. Ini karena belum terjadi netflow investor asing.

Masih ada risiko

Menurut Felix, investor juga tetap perlu mewaspadai beberapa risiko jangka pendek, seperti arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Fed. "Kalau ada pernyataan hawkish, IHSG bisa kembali volatile karena ekspektasi pemangkasan suku bunga tertunda,” terangnya.

Felix menaksir IHSG bakal bergerak di level 7.249. Sedang menurut Nico, IHSG akan berada di area 7.740-7.920. Dalam jangka pendek, Nico merekomendasikan saham sektor energi. Sedangkan Felix merekomendasikan saham-saham yang masih akan tersengat arah suku bunga, yakni BBRI, BMRI, PWON, SMRA, BSDE, PTPP, dan ACES. 

Strategi pasar baru

Tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia turun dari 32% menjadi 19%. Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mencermati, tarif 19% ini lebih rendah dari tarif yang dikenakan AS terhadap Vietnam yang mencapai 20%.

Juga lebih rendah dari China yang terkena lebih dari 50% untuk banyak kategori . Serta India di kisaran 23%–25% untuk tekstil dan alas kaki. 

"Dengan begitu, produk-produk Indonesia punya peluang merebut kembali sebagian pangsa pasar ekspor yang sebelumnya tergerus tarif tinggi," katanya. 

Baca Juga: Bangkitkan Industri Manufaktur, Pelaku Industri Apresiasi Negoisasi Tarif Impor AS

Tapi, tetap ada potensi Indonesia kehilangan pasar, jika tarif tetap tinggi. Apalagi kalau produk Indonesia tidak mampu bersaing dari sisi harga, kualitas, atau efisiensi logistik. "Karena importir AS tetap akan mempertimbangkan total landed cost, bukan sekadar tarif," imbuh Liza. 

Setidaknya, beberapa emiten mulai bernapas lega. PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) misalnya. Emiten perikanan ini, cukup bergantung pada pasar AS. Sekretaris Perusahaan DSFI, Saut Marbun mengatakan, ekspor DSFI ke AS sebesar Rp 109,22 miliar per kuartal I-2025, atau 74,84% dari total penjualan.

"Tarif Trump memberikan tantangan besar bagi bisnis ekspor ikan DSFI ke AS. Namun, dengan strategi yang tepat, DSFI dapat mengurangi dampak negatif," ujar dia. Caranya, DSFI tetap menyasar pasar baru, seperti China, Timur Tengah, dan Korea Selatan, sebagai antisipasi penerapan tarif Trump. Kini, DSFI sudah melakukan ekspor ke lebih dari 20 negara.          
 

Selanjutnya: Asing Rajin Akumulasi Saham ASII di Tengah Penurunan Penjualan Otomotif Dalam Negeri

Komentar Publish : 2025-07-17 08:33:23