Laju pasar mobil tak sekencang tahun Lalu
Publish :18 September 2013 di lihat:10598 kaliJAKARTA. Indeks keyakinan konsumen bulan Agustus melorot dan turun ke level terendah satu tahun terakhir. Artinya, konsumen di Indonesia mulai mengurangi belanja yang tentu bikin berdebar kalangan industri.
Hasil survey konsumen yang dirilis Bank Indonesia itu menyebutkan, indeks konsumen Agustus turun 6 poin menjadi 107,8, level terendah sejak Mei 2012. Sebelumnya, atau di Juli 2013, indeks konsumen berada di posisi 108,4.
Pelemahan daya beli konsumen sudah dirasakan pelaku industri, terutama industri otomotif. Sudirman Maman Rusdi, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) bilang, permintaan mobil tahun ini tak secemerlang tahun lalu.
Ada beberapa faktor menjadi penyebabnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Juni lalu, inflasi tinggi, serta kenaikan suku bunga kredit perbankan menyusul kenaikan BI rate. Daftar penyebab inilah yang menggerogoti permintaan mobil tahun ini.
Banyak calon konsumen menghitung ulang dananya sebelum membeli mobil. Saat permintaan mulai melambat, pelaku industri mobil terpukul dengan naiknya biaya produksi mobil. Kali ini sumbernya datang dari nilai tukar rupiah yang melorot.
“Acuan ongkos produksi oleh produsen mobil tahun ini adalah Rp 9.300 per dolar Amerika Serikat (AS), namun sekarang dolarnya sudah naik di atas Rp 11.000," kata Sudirman saat konferensi pers pameran Indonesia International Motor Show 2013, Agustus silam.
Walaupun indikator konsumen loyo, namun Surdiman masih yakin, penjualan mobil masih memiliki harapan walaupun tak setinggi tahun lalu. Ia bilang, setidaknya penjualan mobil nasional tahun ini bisa mencapai 1,1 juta unit atau sama dengan tahun lalu.
“Ada yang proyeksi penjualan bisa naik menjadi 1,2 juta unit, tetapi Gaikindo tetap pada proyeksi 1,1 juta unit, seperti tahun lalu,” tegas Sudirman.
Pertumbuhan Melambat
Sebenarnya, perlambatan pertumbuhan penjualan mobil sudah terasa dalam rentang waktu Januari-Agustus 2013. Data Gaikindo menyebutkan, penjualan mobil delapan bulan pertama tahun ini hanya bisa tumbuh 10,9%, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan delapan bulan pertama 2012 yang tumbuh 23,1%. (Cek tabel)
Perbandingan pertumbuhan penjualan mobil 2012 dan 2013
Bulan |
2011 |
2012 |
2013 |
Jan |
73,987 |
76,427 |
96,718 |
Feb |
69,589 |
86,486 |
103,279 |
Maret |
82,163 |
87,917 |
96,009 |
April |
60,726 |
87,144 |
102,262 |
Mei |
61,053 |
95,541 |
99,685 |
Juni |
70,154 |
101,746 |
104,264 |
Juli |
89,056 |
102,511 |
112,180 |
Agustus |
73,279 |
76,445 |
77,961 |
Jan-Agustus |
580,007 |
714,217 |
792,358 |
Sumber: Gaikindo |
Penurunan permintaan mobil tahun 2013 dibandingkan 2012 ini dirasakan oleh Toyota, produsen mobil terbesar di Indonesia. Widyawati, General Manager Corporate Planning & Public Relation PT Toyota Astra Motor (TAM) bilang, turunnya pertumbuhan sudah terasa sejak kuartal terakhir 2012. “Tahun ini pertumbuhannya lambat, dan kami merasakannya,” jelas Widyawati.
Sebagai gambaran, Toyota tahun 2012 mencatat penjualan 406.026 unit atau tumbuh 30,5% dengan total penjualan 310.674 unit. Namun, pertumbuhan penjualan tahun 2012 agaknya sulit untuk terulang lagi tahun ini.
Tengok saja, sampai Agustus, penjualan Toyota baru terealisasi 279.152 unit atau tumbuh 5,6%, dari 264.431 unit periode Januari-Agustus tahun lalu 2012. Namun, Widyawatir berharap, perlambatan pertumbuhan penjualan itu bisa kembali naik usai dirilisnya kendaraan low cost green car (LCGC), mobil hemat ramah lingkungan yang mendapatkan fasilitas keringanan pajak. “Mobil murah akan menjadi tumpuan menjelang akhir tahun,” katanya.
Perlambatan pertumbuhan penjualan mobil 2013 dibandingkan tahun 2012 diakui pula produsen mobil Korea Selatan, Kia Mobil Indonesia. Ridjal Mulyadi, Marketing Communications PT Kia Mobil Indonesia bilang, ada beberapa penyebab yang membuat pertumbuhan pasar mobil tak secerah tahun lalu.
Penyebab itu antara lain; naiknya harga BBM, inflasi yang tinggi, serta nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. “Kami sejak awal September lalu memutuskan untuk menaikkan harga jual karena melemahnya nilai tukar rupiah,” jelas Ridjal.
Menurut Ridjal, menaikkan harga menjadi pilihan karena tingginya fluktuasi rupiah yang membebani perusahaan. Sementara itu, produsen mobil Amerika Serikat General Motor berusaha menyiasati penurunan pertumbuhan pasar dengan memperbanyak pilihan produknya.
“Kami berusaha menyediakan varian yang akhirnya terjangkau oleh konsumen. Jika tak bisa beli Chevrolet Captiva atau Orlando, kami menyediakan MPV Spin,” jelas Maria.
Secercah harapan di 2014
Walaupun penjualan mobil 2013 tak sebagus tahun 2012, namun produsen mobil asal Jepang, Nissan Motor Corp meyakini, penjualan mobil di Indonesia akan kembali bersinar di tahun 2014.
“Meskipun situasi saat ini sedikit sulit, tetapi kami pikir itu tak akan bertahan lama," kata Chief Executive Officer (CEO) Nissan Motor Corp, Carlos Ghosn yang dikutip Bloomberg saat peluncuran mobil LCGC Datsun Go dan Go+ di Jakarta, Selasa (17/9).
Ghosn bilang, pelemahan permintaan mobil 2013 tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di negara berkembang seperti Brazil, Rusia, dan India. Walaupun melemah, namun permintaan mobil di negara berkembang akan terbuka, sebab populasi mobil belum seimbang dengan jumlah penduduknya.
Gaikindo mencatat, populasi mobil di Indonesia saat ini baru mencapai 32 unit per 1.000 penduduk, jauh tertinggal dari Thailand yang sudah mencapai 123 unit untuk 1.000 penduduk. Sedangkan di Malaysia 300 unit untuk 1.000 penduduk.
Dengan peluang pasar yang besar itu, Ghosn yakin tahun 2016 nanti, Nissan dan Datsun bisa mendistribusikan dan memproduksi 250.000 unit mobil di Indonesia. Target tersebut naik hampir tiga kali lipat jika dibandingkan jumlah produksi Nissan di Indonesia sebanyak 63.000 unit.