Bandar Lampung. Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sudah berlangsung setahun lebih, pasca groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 29 April 2015. Saat mengunjungi lokasi proyek tersebut pada Februari 2016 lalu, Jokowi mengklaim perkembangan yang pesat di mega proyek itu.
Apakah itu hanya klaim semata?
KONTAN menelusuri faktanya di lapangan dengan mengunjungi lokasi proyek di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar menjelang akhir April 2016. Hasilnya, Jokowi tak berbohong. Sudah terlihat rupa jalan tol di proyek itu.
Tepatnya di kilometer (KM) 78+600, di Kota Baru, Bandar Lampung. Di proyek itu sudah dibangun jalan utama untuk tol sekitar 5 km, serta jalan akses keluar masuk tol (interchange) 3,7 km.
Asal tahu saja, proyek JTTS menggunakan titik 0 KM di sekitar gerbang pelabuhan Bakauheni. Di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, PT Hutama Karya sebagai pemilik proyek membagi pengerjaan menjadi empat seksi, tiap seksi satu kontraktor.
Proyek yang sudah berlangsung konstruksi jalan tol berada di seksi 2 dengan kontraktor PT Waskita Karya Tbk.
"Pengerjaan proyek ini sebenarnya belum setahun, karena baru dimulai pada Juli-Agustus 2015," ujar Budi Binawan Pribadi, Officer Teknik Proyek Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Divisi Jalan Tol PT Hutama Karya.
Selain jalan tol, di lokasi ini juga dibangun tiga fly over sebagai jalan umum jika tol sudah beroperasi. Kini pekerja fokus melanjutkan kontruksi tol menuju interchange Lematang. Rencananya, JTTS di ruas interchange Kota Baru hingga Lematang akan diujicoba pada arus mudik Lebaran 2016.
Selain konstruksi tol, juga ada pekerjaan lain di seksi ini, yakni pra konstruksi. Ragam kegiatannya meliputi pembersihan lahan dan pemerataan area.
Gambaran saja, proyek JTTS ini umumnya menggunakan lahan perkebunan dan persawahan yang berada di kaki bukit. Oleh karena itu, sebelum kontruksi, lahan harus dibersihkan dan diratakan.
Nah, kegiatan pembersihan dan perataan lahan ini yang masih mendominasi aktivitas proyek di seksi 1, 3, dan 4. Aktivitas perataan tanah di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar diperkirakan memerlukan penimbunan tanah sekitar 10 juta meter kubik.
"Pemerataan ini yang butuh waktu lama, karena lapisan tanah timbunan harus dipadatkan dari 30 cm menjadi 20 cm, serta kontur tanah yang berbukit-bukit," kata Vinjay Endika Saputro, Asisten Manajer Paket I Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Divisi Jalan Tol PT Hutama Karya.
Namun, aktivitas pertanahan ini diyakini akan berjalan semakin cepat pada musim kemarau yang diperkirakan berlangsung mulai Mei. Di musim panas, operasional dump truck dan alat berat lainnya dapat berlangsung secara optimal.
"Jika tidak hujan, kami bisa lembur hingga malam hari, sampai jam 21.00-22.00 WIB. Kami ingin cepat, karena targetnya setelah Lebaran sudah bisa melakukan konstruksi," kata Muhammad Razi, Asisten Manajer Bagian Teknik Proyek Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Divisi Jalan Tol PT Hutama Karya.
Mereka meyakini, target konstruksi akan tercapai, sehingga di 2018 tol Bakauheni-Palembang bisa beroperasi. Optimisme ini mencuat lantaran sejauh ini tidak ada hambatan berarti.
Pembebasan lahan yang selama ini jadi momok proyek infrastruktur tak jadi masalah. Memang, beberapa lahan ada yang belum terbebaskan, tapi hal itu tinggal menunggu uang ganti rugi (UGR).
"Proyek JTTS ini tak seperti proyek tol yang dulu-dulu, seperti tol Cipali sepanjang 119 km, pembebasan lahannya butuh 4 tahun, padahal konstruksi hanya 1,5 tahun," kata Razi.
Vinjay juga senang dengan pengerjaan di JTTS. Sebelum menggarap proyek ini, Vinjay terlibat di proyek tol Mojokerto. "Pembebasan lahannya 6 tahun baru beres," kenangnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung juga menjamin pembebasan lahan proyek JTTS di wilayahnya tak akan terkendala, selama ada uangnya. Warga sudah menyetujui penggunaan lahan sebagai proyek JTTS.
Adeham, Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Pemprov Lampung, mengklaim penentuan lokasi lahan proyek sudah kelar sejak Agustus 2015.
"Gubernur membentuk tim pembebasan lahan pada Februari 2015, Agustus sudah selesai, sekarang tinggal UGR saja oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)," ujar Adeham.
Hingga April 2015, pembebasan lahan di Lampung mencapai 50 km dari 140 km.
Semoga saja, proyek tol Sumatera berlangsung cepat, demi mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi.
Simak perkembangan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera melalui video di link berikut.