Bandar Lampung. Konstruksi proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) membawa berkah bagi masyarakat sekitar. Pemilik lahan yang terkena proyek itu ibarat mendapat durian runtuh. Harga lahan meroket karena mega proyek ini.
Marzuki, warga Kenayan Bawah, Bakauheni, Lampung Selatan, kini sibuk membelanjakan tabungannya dari hasil gusuran proyek JTTS. Kebunnya yang berada di daerah itu menjadi salah satu wilayah yang tergusur karena JTTS Bakauheni-Terbanggi Besar paket I.
Total lahan Marzuki yang tergusur sekitar 1.900 meter persegi. Tiap meter tanah memiliki ganti rugi yang berbeda-beda tergantung topografi dan jarak dengan titik tengah JTTS.
Ada yang mendapat ganti rugi Rp 60.000 per meter persegi, ada pula yang di atas Rp 100.000 per meter persegi. "Tempat kami, rata-rata nilai ganti rugi Rp 90.000-an per meter persegi," ujar Nur, anak perempuan Marzuki.
Marzuki dan Nur bersyukur dengan proyek ini. Soalnya, nilai ganti rugi lahannya lebih dari Rp 1 miliar. "Kami dapat ganti untung," kata Nur.
Soalnya, nilai ganti rugi itu sudah jauh lebih besar dari harga rata-rata tanah di daerah tersebut. Sebelum ada proyek, harga tanah di Kenayan Bawah hanya sekitar Rp 40.000 per meter persegi. Sejak ada proyek JTTS, harga tanah naik menjadi Rp 60.000 per meter persegi.
Tak heran, pasca dapat ganti untung itu, keluarga Marzuki semakin sibuk. Marzuki dan Nur baru saja pulang dari umroh ke Mekah. Mereka juga sudah mendaftar menunaikan ibadah haji dengan uang hasil gusuran.
Marzuki juga membelikan Nur sepetak tanah serta mendirikan rumah di atasnya. Di rumah baru yang kini tinggal finishing itu, juga terlihat berbagai perabotan rumah tangga baru, seperti mesin cuci dan lemari es.
Abdullah, warga Desa Batanghari Ogan, Kabupaten Pesawaran, Lampung memang tidak menikmati gusuran proyek JTTS. Namun, ia punya kebun sekitar 3.000 meter persegi di sekitar JTTS yang kini sedang dikerjakan PT Adhi Karya itu.
Ia mengaku lahannya sudah banyak dilirik pembeli. "Ada yang sudah menawar Rp 100-an juta, tapi belum saya lepas," kata Abdullah.
Sebenarnya, kalaupun tanah itu dijual dengan harga Rp 100 juta, Abdullah sudah untung banyak. Karena, Abdullah membeli kebun itu hanya sekitar Rp 10 juta-an pada tahun 1990-an.
Namun, Abdullah meyakini jika JTTS beroperasi, harga tanah semakin mahal. Soalnya, lahannya berada di lokasi strategis.
Lahan Abdullah berada di pinggir Jalan Raya Metro, penghubung Tegineneng Jalan Lintas Sumatera dengan Kota Madya Metro. Ini merupakan jalan utama menuju Kota Madya Metro yang sudah ramai dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi.
"Infonya di sekitar sini akan ada pintu tol, pasti jalan raya akan semakin ramai," ucap Abdullah.
Memang, berdasarkan peta pembangunan JTTS, di daerah itu akan ada akses keluar-masuk jalan tol. Yakni interchangge Gunung Sugih, yang berada di kilometer 108+597.