Detail TOPIK

Tergerus 1,19% dalam Sepekan, IHSG Masih Menanti Kepastian Kesepakatan AS dan China

Tergerus 1,19% dalam Sepekan, IHSG Masih Menanti Kepastian Kesepakatan AS dan China

Publish : 2025-06-05 22:02:49 | Oleh : Inggit Yulis Tarigan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan pekan ini. Pada akhir perdagangan Kamis (5/6), indeks ditutup pada level 7.113,42 atau naik 0,63% secara harian dan turun secara akumulatif 1,19% dalam sepekan. 

Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa ekspektasi pasar sempat positif ketika kedua negara raksasa ekonomi, Amerika dan Tiongkok mulai menunjukkan sinyal komunikasi. Namun, belum adanya kesepakatan konkret di antara keduanya memicu kembali kekhawatiran investor.

“Pasar sempat menyambut baik langkah awal penurunan tarif, tapi saat ini yang muncul justru saling tuding. Ibaratnya, hubungan Amerika Cina ini tidak jadi baikan,” ujar Nico pada Kontan, (5/6).

Menurut Nico, ketidakpastian ini membuat pelaku pasar cenderung wait and see, terlebih dalam konteks ketegangan geopolitik yang belum mereda. Kondisi ini diperburuk oleh proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global yang disampaikan oleh OECD.

“OECD bahkan menyebut penurunan pertumbuhan tak hanya terjadi secara global, tapi nyaris merata di seluruh negara. Ini dampak dari kebijakan tarif dan tekanan eksternal lain yang menciptakan ketidakpastian,” jelasnya.

Baca Juga: IHSG Ditutup Naik 0,63% ke 7.113,4 Kamis (5/6), Top Gainers: BRPT, AMMN, BBNI

Selain faktor eksternal, Nico juga menyoroti bahwa dari sisi domestik, tekanan tetap ada meskipun belum menjadi faktor dominan. Ia menyinggung penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei lalu yang merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir, serta inflasi yang cenderung menurun.

“Turunnya inflasi artinya konsumsi masyarakat melemah, daya beli ikut turun. Ini jadi sinyal bagi pemerintah untuk mengeluarkan stimulus fiskal,” kata Nico. 

Ia merujuk pada beberapa kebijakan seperti diskon transportasi dan bantuan langsung tunai yang diumumkan pemerintah belakangan ini.

Menanggapi arah pergerakan IHSG selanjutnya, Nico melihat koreksi teknikal masih wajar selama indeks tidak jatuh di bawah level 7.000.

“Selama masih bertahan di atas 7.000, peluang penguatan masih terbuka. Tapi tentu semuanya akan sangat bergantung pada perkembangan hubungan AS–Tiongkok pekan depan,” imbuhnya.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,63% Jelang Libur Panjang Diiringi Net Sell Asing, Kamis (5/6)

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Ahmad Iqbal Suyudi menambahkan bahwa secara teknikal, IHSG memang sudah berada di area resistance jangka pendek. Menurutnya, koreksi yang terjadi minggu ini sudah bisa diantisipasi sejak awal.

Ia menjelaskan bahwa pelemahan IHSG masih bersifat terbatas, dengan level support kuat di kisaran psikologis 7.000. Selain faktor teknikal, Iqbal menyoroti bahwa pasar juga tengah menanti data ketenagakerjaan dari AS, terutama Non-Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.

“Selama data itu belum dirilis, investor cenderung wait and see. Itu sebabnya ruang pergerakan IHSG terbatas,” lanjutnya.

Dari sisi domestik, Iqbal menilai kondisi inflasi yang melandai menjadi sentimen positif karena memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga. 

“Jika inflasi tetap dalam batas aman dan rupiah stabil, peluang penurunan suku bunga lanjutan terbuka lebar, dan ini bisa jadi katalis baru bagi pasar,” tutupnya.

 

Selanjutnya: Krakatau Steel Berkomitmen Penuhi Hak Karyawan, Anak, dan Perempuan Pasca Perceraian

Menarik Dibaca: Bibit Sediakan 19 Produk Surat Utang Negara Seri FR, Tingkatkan Minat Investor Ritel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Komentar Publish : 2025-06-05 22:02:49