
Tak Banyak Katalis yang bisa Menopang, IHSG Pekan Ini Diprediksi Lanjutkan Koreksi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar indeks pasar saham negara-negara ASEAN kompak memerah dalam sepekan ke belakang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tak luput dari gejala regional ini.
Tekanan yang dialami pasar saham Indonesia diprediksi berlanjut pada pekan ini. Selain karena dinilai sudah jenuh beli, sentimen yang menaungi perjalanan IHSG juga kurang mendukung untuk berjalan di zona hijau.
Dalam sepekan lalu, IHSG sudah bergerak ke level 7537,77 pada penutupan perdagangan Jumat (1/8/2025). Posisinya susut tipis 0,08% dibanding posisi penutupan Jumat pekan sebelumnya (25/7/2025).
Selain IHSG, beberapa indeks pasar saham lain juga mencatatkan rapor kinerja merah sepekan ke belakang. Tengok saja PSEi Index (Filipina), VN-Index (Vietnam), dan Straits Times Index STI (Singapura) yang masing-masing mencatatkan penurunan -1,67%, -1,87%, dan -2,52% dalam sepekan.
Rapor kinerja indeks pasar saham tetangga seberang, yakni FTSE Bursa Malaysia KLCI Index , sama belaka. Hanya, penurunan yang dicatatkan indeks pasar saham Malaysia itu tidak sebesar penurunan IHSG. Dalam sepekan terakhir, FTSE Bursa Malaysia KLCI Index hanya turun 0,03%.
Sementara itu, SET Index (Thailand) menjadi satu-satunya indeks pasar saham di antara keenam negara ASEAN ini yang mencatatkan pertumbuhan sepekan terakhir. Dibandingkan posisi penutupan Jumat pekan sebelumnya (25/7/2025), SET Index tercatat naik tipis 0,10% per Jumat (1/8/2025)
Baca Juga: Bisnis Studio Estetik Beromzet Fantastik
Pada kasus IHSG, tren penurunan yang terjadi dalam sepekan terakhir dimotori oleh aksi jual asing. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa investor asing membukukan aksi jual bersih atawa net foreign sell sebesar Rp 2,34 triliun selama 28 Juli - 1 Agustus 2025.
Aksi tersebut menambah total akumulasi net foreign sell secara year to date (ytd) menjadi Rp 61,42 triliun per Jumat lalu (1/8/2025).
Di lain pihak, aksi di kalangan investor domestik lebih didominasi aksi beli. Angkanya mencapai Rp 54,55 triliun selama 28 Juli - 1 Agustus 2025, melampaui aksi jual investor domestik yang tercatat Rp 52,20 triliun pada periode tersebut.
Sayangnya, aksi beli bersih yang dicatatkan investor domestik tersebut belum bisa mengimbangi aksi jual bersih yang dicatatkan investor asing.
Baca Juga: Nasib LCGC Saat Mobil Listrik Murah Makin Bergairah
Dalam pandangan Kiwoom Sekuritas, pelemahan IHSG sepekan terakhir menunjukkan bahwa penguatan IHSG sudah mulai terbatas. Ini secara teknikal sejalan dengan indikator RSI yang menunjukkan masuk dalam area overbought.
“Meski demikian, untuk konfirmasi pembalikan arah tren jika IHSG breakdown support MA20 atau di level 7.296,” ujar VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi kepada KONTAN (3/8/2025).
Proyeksi Kiwoom, tekanan masih dapat berlanjut selama sepekan ke depan. Ini sejalan dengan aksi jual asing yang masih deras, dibuktikan data net foreign sell yang mencapai Rp 2,34 triliun selama 28 Juli - 1 Agustus 2025 dan Rp 62 triliun secara ytd.
Faktor ketidakpastian ekonomi global, khususnya AS dan Tiongkok yang diperkirakan melambat, menjadi biang kerok dari gerak-gerik investor asing dalam pandangan Kiwoom. Pandangan ini berdasar pada data tenaga kerja AS yang melemah dan pertumbuhan PDB Tiongkok yang masih melambat.
“Selain itu, mulai berlakunya tarif AS (per 1 Agustus 2025) akan memberikan tekanan untuk aktivitas ekonomi dan konsumsi global,” imbuh Audi.
Atas kondisi-kondisi ini, Kiwoom berpandangan bahwa IHSG di pekan depan akan bergerak mixed cenderung melemah terbatas. Rentangnya di level support 7.375 dan resistance 7.780 dengan indikator MACD yang mulai menunjukkan pelemahan tren.
Baca Juga: Siap-Siap, BEI Akan Buka Kode Domisili Investor Bulan Depan
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mencermati beberapa variabel dalam memproyeksi pergerakan IHSG sepekan ke depan. Salah satunya ialah pergerakan pelaku pasar global.
Hans memperkirakan bahwa pelaku pasar global bakal cenderung menghindari aset berisiko menjelang implementasi tarif impor baru yang diperagakan Amerika Serikat (AS).
Kendati demikian, hal ini menurut Hans belum tentu berarti negatif bagi IHSG. “Indonesia relatif netral karena kita dapat deal dagang, tapi kita akan melemah dulu mengikuti pasar global,” terang Hans saat dihubungi KONTAN (3/8/2025).
Selain soal tarif AS, Hans juga mencermati keputusan IMF untuk menaikkan proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia, dipimpin oleh potensi kenaikan ekonomi China, Ini seturut dampak perang dagang dengan AS lebih terkendali. Dalam hal ini, IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada level dalam negeri Indonesia, Hans mencermati musim pelaporan kinerja semester I-2025 para emiten yang sebagian besar kinerjanya menurut Hans di bawah perkiraan.
“Tetapi hal ini tidak direspon negatif pelaku pasar karena sudah tercermin dalam harga. Valuasi emiten-emiten besar Indonesia yang undervalue membuat perkirakan pasar saham Indonesia masih berpotensi menguat,” imbuh Hans.
Proyeksi Hans, IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 7.476 sampai level 7,344 dan resistance di level 7.600 sampai level 7.680.