
IHSG Naik Kencang Setelah Mengalami Tekanan Pekan Lalu, Sinyal Pemulihan?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sempat tertekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam fase tren bullish. Indeks saham diperkirakan masih mampu untuk mencetak rekor baru hingga akhir tahun nanti.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyebutkan, koreksi yang terjadi sebelumnya masih tampak wajar setelah sekian lama mengalami rally terutama pada saham second liner dan grup konglomerasi.
"IHSG akhir pekan lalu juga rebound dari garis MA60 yang cukup menarik sebagai support dinamis, dan arahnya masih menguat," ujarnya kepada KONTAN, Senin (20/10).
Rebound yang terjadi kemarin, kata Pandhu, juga merupakan sinyal bahwa tekanan yang terjadi sepanjang pekan lalu mulai mereda. Walaupun memang, masih terlalu awal untuk disimpulkan bawah bottom telah lewat.
Sebelumnya, pasar saham Indonesia turun sebesar 4,1% secara mingguan (WoW) dan ditutup di level 7.915 setelah empat minggu berturut-turut diperdagangkan dekat level resistance teknis yang kuat sekitar 8.200. Ini menandai kinerja mingguan terburuk kedua pada 2025, di bawah penurunan 5,2% WoW yang terjadi pada Febuari 2025.
Menariknya, rebound kali ini ditopang oleh saham-saham bluechip terutama perbankan yang selama ini cukup terbenam hingga ke area terendah tahun ini.
Menurut Pandhu, jika benar tekanan capital outflow selesai akan sangat menarik bagi pergerakan saham-saham perbankan karena memiliki ruang untuk bergerak menguat yang cukup lebar karena hampir semuanya berada di area oversold.
"Tidak menutup kemungkinan mereka akan menerima tongkat estafet untuk menjadi penopang utama dan mendorong penguatan IHSG ke depan," sebutnya.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan melanjutkan, secara sentimen kondisi pasar saat ini jauh lebih positif. Kekhawatiran terkait perang tarif AS–China mulai mereda setelah klarifikasi dari Donald Trump.
Sementara di domestik juga muncul sejumlah berita stimulus dan suntikan dana likuiditas yang langsung mengalir ke pasar. "Hal ini menjadi kombinasi yang cukup kuat untuk menjaga tren optimistis IHSG ke depan," katanya.
Dalam jangka pendek, IHSG diperkirakan akan menguji resistance di level 8.300. Jika berhasil breakout, ada peluang kenaikan lanjutan menuju area ke atas 8.500, yang menurutnya, berpotensi menjadi kisaran pergerakan indeks hingga akhir tahun.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Catat Pertumbuhan Produksi, Penjualan, dan Angkutan Batubara
Pendapat Berseberangan
Sementara Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi berpandangan tren IHSG justru masih di fase konsolidasi, bahkan cenderung sideways.
Sebab, sentimen global masih cukup berat efek tensi geopolitik, perang tarif AS-China, hingga ekspektasi pemangkasan suku bunga yang belum pasti dan membuat investor masih wait & see.
Sejauh ini dia melihat kenaikan IHSG lebih ke technical rebound setelah oversold cukup dalam. "Market masih menunggu kepastian mengenai kebijakan moneter global dan data makro domestik," sebutnya.
Analis Indo Premier Sekuritas Jovent Muliadi dan Axel Azriel menuturkan, sejumlah hedge fund dan long-only fund masih memiliki pandangan bearish terhadap pasar saham Indonesia. Sejumlah faktor, yakni kondisi fiskal, daya beli, dan kinerja laba korporasi yang masih lesu menjadi perhatian.
Dari kondisi fiskal, mereka menyebutkan bahwa sebagian besar menilai belanja pemerintah tidak menghasilkan multiplier effect yang signifikan. "Lalu, defisit fiskal yang lebih lebar juga tampaknya tak terhindarkan tahun depan, yang mungkin memerlukan pembiayaan lebih tinggi," terangnya.
Sementara daya beli juga masih lemah seiring Indeks Keyakinan Konsumen yang turun ke level terendah dalam tiga tahun. Padahal kontributor terbesar PDB Indonesia masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Kemudian kinerja laba korporasi yang turun 6% secara tahunan (YoY) di semester I-2025.
Baca Juga: Setahun Pemerintahan Prabowo, Bisnis Tambang Bakrie dan Djokosoetono Gencar Ekspansi
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan IHSG masih akan menguji support dalam beberapa hari ke depan. Namun, dia tetap optimis IHSG menguat dengan kisaran level 8.000 – 8.300.
"Secara jangka menengah, kami melihat ada potensi yang cukup terbuka, bagi IHSG untuk mencapai 8.340 dengan tingkat probabilitas di 53%," sebutnya.
Pandhu juga melihat dengan sisa waktu sekitar dua bulan sebelum akhir tahun, IHSG masih akan dapat mencetak rekor tertinggi baru. Sebab, meski tidak selalu terjadi, pada bulan Desember merupakan salah satu bulan yang menawarkan probabilitas kenaikan yang cukup tinggi efek fenomena window dressing.
"Kami perkirakan peluang IHSG menguat ke level 8.400-8.500 cukup terbuka pada akhir tahun," sebutnya.
Apalagi secara valuasi, IHSG masih cukup kompetitif dengan para tetangga. Pandhu mencermati PE IHSG berada dikisaran 14 kali, mirip dengan Thailand dan Malaysia yang juga sekitar 14 kali, walaupun ada Filipina yang memiliki valuasi sekitar 9 kali.
"Namun, apabila saham-saham konglo big caps yang bukan blue chip dikeluarkan, harusnya saat ini PE IHSG masih rendah, mungkin ada di kisaran 10-12 kali," tegasnya.
Dia pun menilai sektor yang paling menarik untuk diperhatikan ada di perbankan. Selain karena masih berada di area terendah, banyak fund memiliki saham-saham perbankan dengan bobot yang besar dalam portofolionya.
Sektor lainnya dari properti dan consumer juga dipandang menarik. Ini seiring harganya yang relatif masih tertinggal dengan valuasi yang murah dibandingkan rata-rata historis, sehingga menawarkan potensi upside yang menarik.
Wafi melanjutkan, sektor consumer juga cocok untuk defensive play. Selain itu juga ada sektor konstruksi yang dipandang menarik. "Karena dukungan proyek pemerintah dan dana investasi baru," sebutnya.
Dari saham, Pandhu menjagokan BBCA, BMRI, BBRI, CTRA, PWON, KLBF, dan INDF. Lalu Ekky menyukai BBCA dan ICBP yang baru rebound, serta saham-saham poultry seperti CPIN dan JPFA, mengingat harga ayam yang kembali menguat.
Disclaimer on: Berita ini bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli saham apa pun. Segala keputusan investasi beserta risikonya menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya.