Biodisel jadi obat ketergantungan BBM impor
JAKARTA. Satu di antara sekian paket ekonomi 2013 yang dirilis pemerintah adalah mewajibkan pedagang solar menambah porsi penggunaan biodiesel dari 5% menjadi 10% di setiap liter solar. Ini termasuk regulasi yang benar dan layak diteruskan.
Sebab, upaya ini dapat mengerem impor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Pada gilirannya, defisit neraca transaksi berjalan dapat ditekan. Tentu saja perlu kerja ekstra keras agar regulasi ini berjalan.
Maklum, hingga kini pemanfaatan biodiesel belum populer di mata masyarakat. Lihat saja, setahun penggunaan biodiesel hanya mencapai 1,19% atau 669.000 kiloliter (kl). Sementara penggunaan BBM solar mencapai sebesar 35 juta kl.
Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas, John Daniel Rahmat, menyatakan, Indonesia memiliki potensi besar di bidang biodiesel. Negara ini produsen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), bahan baku biodiesel, terbesar di dunia.
Harganya pun masih murah, sekitar RM 2.200 per ton atau Rp 7.260 per ton. Bandingkan dengan harga jual solar bersubsidi Rp 5.500 per liter. Kini, tinggal bagaimana pemerintah memacu industri biodiesel di Tanah Air agar menarik di mata pengusaha.
John berharap, pemerintah menyiapkan sistem dan regulasi yang tepat untuk menjamin kelangsungan industri biodiesel dalam negeri. "Saat ini harga CPO sedang murah, sehingga harga jual biodiesel bisa murah. Tapi, bagaimana jika harga CPO naik tinggi sehingga biodiesel tidak murah lagi, itu harus dicari jalan keluarnya," katanya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UKM dan Koperasi, Erwin Aksa, mengusulkan, pemerintah memberikan stimulus bagi produsen biodiesel sehingga bisnis ini menarik bagi industrialis. Salah satu usulannya, mengalihkan subsidi BBM menjadi subsidi biodiesel supaya pengusaha tidak merugi manakala harga CPO naik.
Lebih dari sekadar pemberian stimulus, pemerintah juga harus konsisten mengembangkan biodiesel. Sebab program biodiesel sudah lama muncul tapi minim hasilnya. "Itu karena pemerintah tidak berkomitmen dan tidak konsisten," kata Erwin.