Sejak awal, Tambang Freeport sudah membekaskan peluru-peluru di Tanah Papua. Hingga kini, peluru tersebut masih tetap meletus. Puluhan bahkan ratusan orang, baik dari pihak PT Freeport Indonesia maupun masyarakat Papua menjadi korban peluru tersebut. Berikut ini kronologis kejadian betapa puluhan bahkan ratusan peluru tersebut pernah menembus daging manusia, mengucurkan darah mencabut nyawa atau sekadar mengantar sang korban ke rumah sakit.
Sepanjang 1972 sampai 1973 terjadi beberapa perkelahian yang mengakibatkan terbunuhnya karyawan Freeport, hingga memaksa mereka membuat "January Agreement" dengan warga desa Wa-Amungme untuk membangun sekolah dan fasilitas umum lainnya.
11 Maret 1996
Awal Maret 1996, terjadi peristiwa yang mengejutkan ketika ribuan warga Papua mengepung pertambangan Freeport. Mereka terdiri atas perempuan, lelaki, dan anak-anak yang jumlahnya diperkirakan mencapai 3.000 orang. Dengan bersenjatakan tombak, panah, tongkat, dan batu, warga ingin menyerang para petugas keamanan yang menjaga Freeport. Namun, tindakan mereka dapat dicegah. Keesokan harinya, pada minggu pagi mereka enyerang aparat, merusak sekolah yang dibangun Freeport, pasar swalayan, serta merusak pintu-pintu rumah para karyawan. Mereka juga merusak file-file komputer dan menghancurkan mobil-mobil.
23 Maret 1996
HAMPIR 3.000 pengunjuk rasa turun ke jalan di Kota Timika, Kabupaten
Fakfak, Irian Jaya. Dengan leluasa mereka menguasai kota kecamatan yang menjadi pintu masuk ke industri penambangan emas dan tembaga yang diusahakan PT Freeport Indonesia. Bangunan dan kendaraan yang dianggap mendukung aktivitas perusahaan pertambangan raksasa itu menjadi sasaran amuk masa. Semantara 400 masa perusuh terkonsentrasi di lapangan terbang Timika. Dua pemuda, Jacob Makuler dan Enius Tabune, menjerit ketika peluru karet yang dilepas petugas menerpa kakinya.
25 Maret 1996
Kantor Pusat Freeport Indonesia di situ pecah kaca-kacanya. Beberapa perabot kantor pun berantakan. Rumah karyawan, sekolah, dan rumah sakit sempat menjadi sasaran lemparan batu. Beberapa pasar swalayan mengalami nasib sial: dirusak dan dijarah para perusuh.
Huru-hara yang melibatkan ribuan manusia itu tentu mengakibatkan sejumlah orang menjadi korban. Seorang pegawai Freeport terluka parah akibat sambaran anak panah. Dua remaja, Angki Yoku, 12 tahun, dan Ronald Paidiban, 15 tahun, tewas ketika truk rampasan dari Freeport yang mereka tumpangi terperosok masuk ke jurang 14 meter di Timika. Enam lainnya cedera dalam kecelakaan itu.
Akibat kerusuhan itu, industri penggilingan bijih emas dan tembaga tersebut dihentikan. Pada 1996, warga sekitar Timika menyerang Freeport akibat tertabraknya penduduk setempat oleh kendaraan operasi perusahaan. Setahun kemudian, terjadi sejumlah kasus kekerasan oleh aparat militer berupa penyiksaan, pemerkosaan, penghilangan, pembunuhan dan pemusanahan di sekitar kawasan Freeport.
11 Juli 2009
Serangan tembakan itu terjadi sekitar pukul 5.30 WIT, saat mobil yang berisi lima karyawan PT Freeport sedang berjalan dari arah Tembagapura menuju kota Timika. Tempat di mil 53, mobil tersebut diserang dengan tembakan oleh kelompok tidak dikenal. Dalam penyerangan tersebut, Drew Nicholas Grant, pakar konstruksi PT FI asal Australia tewas beserta 4 karyawan PT FI lainnya (Lia Madandan, Maju Panjaitan, Lukan Jon Biggs, dan sopir mobil LWB 01.2587)
12 Agustus 2009
Sebuah konvoi 16 bis karyawan FI disergap. Pada penyergapan tersebut dua orang dinyatakan tewas dan 5 orang menderita luka-luka.
12 September 2009
Bus yang mengangkut petugas keamanan dan cleaning service ditembus peluru di mile 43. Tidak ada korban jiwa, tercata ada dua orang yang menderita luka.
20 Oktober 2009
Penembakan kembali terjadi di areal PT Freeport Selasa (20/10/2009) pagi. Penembakan tersebut dilakukan oleh orang tak dikenal sekira pukul 09.00 WIT. Penembakan tersebut dilakukan saat iring-iringan bus yang mengangkut karyawan melintas di mile 42 areal freeport. Akibatnya tiga orang karyawan terluka. Ketiganya terluka di bagian lengan, kaki, dan ginjal.
10 Oktober 2010
Seorang karyawan PT Freeport Indonesia tewas, dan tiga lainnya luka setelah diberondong tembakan oleh aparat keamanan, Senin 10 Oktober sekitar pukul 10.30 WIT di terminal Freeport Gorong-gorong Timika, Papua. Mereka ditembaki ketika hendak naik ke areal tambang di Tembagapura. Insiden ini bermula ketika ribuan karyawan yang sejak 15 September lalu menggelar aksi mogok kerja, hendak naik menuju areal tambang di Tembagapura melalui terminal Gorong-gorong.
10 Oktober 2011
Saat para demonstran sedang mempertahankan tanah ulayat, hak warga asli Papua, dari cengkeraman PT Freeport Indonesia, empat karyawan tertembak, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun, setengah jam kemudian nyawa salah satu karyawan bernama Piter Ayami Seba tidak tertolong. Piter tewas akibat tembakan di bagian dada.
14 Oktober 2011
Seorang Staf PT Kuala Pelabuhan Indonesia, salah satu perusahaan privatisasi PT FI, tewas ditembak gerombolan bersenjata tak dikenal di Mil 39 ruas jalan TImika menuju Tembaga Pura. Sementara seorang pendulang tradisional ditemukan mengalami luka tembak di lengannya.
14 Oktober 2011
Tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri tewas ditembak gerombolan tak dikenal di ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro di Mil 37.
15 Oktober 2011
Tiga pekerja kontrak PT Freeport Indonesia ditembak mati dan seorang tentara yang sedang berpratoli kena luka tembak yang dilakukan sejumlah orang tak dikenal.
21 Oktober 2011
Di KM 38 terjadi penembakan terhadap salah seorang sopir kendaraan yang bernama Alisius Margono. Korban dinyatakan meninggal.
Selang 15 menit kemudian, di KM 39 juga terjadi penembakan terhadap dua orang lain yaitu Eto dan Yunus. Keduanya sedang berada di dalam rumah berbentuk bedeng pendulang emas. Eto ditembak di bagian punggung saat mencoba menyelamatkan diri dan Yunus, ditembak di tempat.
18 November 2011
Ferry William Sainyakit, petugas pengamanan Freeport mati ditembak di lokasi tersebut. Ferry mengalami luka tembak di bagian kiri kepalanya. Tiga anggota Brigadir Mobil yang semobil dengan Ferry juga mengalami luka akibat penembakan itu. Penembakan ini terjadi di mil 51.
22 November 2011
Seorang karyawan Freeport Abubakar Sidik mengalami luka tembak pada lengan. Kejadian penembakan terjadi di mile 51 sekitar pukul 13.35 WIT. Sidik adalah supir bis personil aparat keamanan yang bertugas di wilayah itu. Selain Sidik, penembakan juga melukai seorang personil TNI Praka Eka di bagian punggung.
9 Februari 2012
Aksi penembakan oleh kelompok misterius kembali terjadi di areal Freeport, tepatnya Kali Kopi Sanggung MP 20 Timika Papua, Kamis 9 Februari sekitar pukul 08.10 WIT. Akibatnya dua karyawan Freeport tewas. Peristiwa penembakan ini bermula saat mobil kepala desa Nayaro yang dikendarai oleh anaknya yang bernama Yunus Apoka, dengan 6 penumpangnya, hendak menuju ke Timika pada pukul 07.45 WIT. Tapi dalam perjalanan, tepatnya ketika melintas di MP 20 di Sanggung, mobil diberondong tembakan dari sebelah kanan jalan. Tercatat 2 orang yang tewas adalah karyawan CV Yawapu sub kontraktor Freeport atas nama Seberius Yemiro dan Petrus Tomoka.
8 Desember 2013
Terjadi aksi penembakan di Areal PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Dimana mobil Kijang Inova S 730 WG milik TNI, yang dikendarai Anggota Brigif Mimika bernama Praka Warsidi ditembak OPM ketika perjalanan dari Timika ke Mile 50.
9 Desember 2013
Terjadi aksi penembakan di Mile 41 areal PT Freeport. Selanjutnya, aksi penembakan terjadi lagi di areal PT Freeport persisnya di Mile 40- 41 atau 70 meter dari Pos Mile 40 pada Rabu (11/12) pukul 12.40 WIT. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini.
12 Desember 2013
Pada 12 Desember 2013 sekitar pukul 12.23 WIT kembali terjadi aksi penembakan misterius terhadap rombongan Komandan Korem 174 Merauke, diberondong tembakan di Mile 42. Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa.
27 Desember 2013
Penembakan terhadap 8 trailer terjadi di mile 41. Anshori, salah seorang supir trailer menderita luka tembak di leher dan serpihan kaca di pinggangnya.
30 Desember 2013
Aksi penembakan kembali terjadi di kawasan freeport Puncak Jaya, Papua. Mobil patroli PT FI dengan nomor lambung 4837 dari arah mile 50 menuju mile 40, setibanya di mile 41 di antara pos RPU 03 dan RPU 04 ditembak oleh Orang tak dikenal. Tidak ada korban jiwa.
31 Desember 2014
Briptu Arif Sumahendra, anggota Polres Paniai ditembak oleh orang tidak dikenal di Kampung Dagokebo Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai, Paniai saat hendak berangkat menuju ke kantornya.
1 Januari 2015
Dua anggota polisi dan seorang satpam PT FI tewas dianiaya dan ditembak di mil 68 Utikini. dua pucuk senjata api, tiga magasin serta 125 butir amunisi dinyatakan hilang dirampas oleh pelaku penembakan. Ketiga korban adalah Bripda Rian Hariansah, Bripda M.Anpriadi dan korban ketiga Suko Miartono seorang petugas keamanan PT. Freeport Indonesia.