Kontan.co.id
share
Detail

Detail

Industri kerajinan gerabah di Desa Anjun, Plered, Purwakarta tidak hanya berisi perajin gerabah. Bisnis yang bergulir di industri ini juga termasuk pengolahan bahan baku dan juga penjualan produk jadi.

Geliat Bisnis Industri Gerabah Plered



Industri keramik bagi sebagian besar warga Kabupaten Purwakarta sudah menjadi mata pencahariaan sehari-hari yang berjalan turun temurun. Banyak usaha yang telah tercipta dari geliat industri keramik di wilayah ini. Sebut saja mulai dari pengumpul bahan baku tanah liat, pengolah bahan baku tanah liat, perajin keramik, penjual keramik hingga penjual peralatan pendukung pembuatan keramik.

Desa Cicadas, di Kabupaten Purwakarta menjadi salah satu lokasi pengolahan bahan baku tanah liat sebelum digunakan perajin untuk membuat keramik. KONTAN sempat menyambangi lokasi pengolahan bahan baku tanah liat bernama Mira Jaya milik warga setempat bernama Oni.

Terdapat dua lokasi pengolahan tanah liat yang berbeda namun berdekatan di tempat ini. Yang pertama yakni tempat pengolahan untuk mencampur tanah liat menjadi bahan baku siap pakai untuk pembuatan keramik. Kemudian yang kedua tempat pengolahan tanah liat untuk dijadikan lumpur hingga bahan baku siap pakai pembuatan porselain. Sifat bahan baku untuk porselain lebih lembut dan butuh proses yang lebih lama. Adapun yang untuk pembuatan keramik hanya butuh dicampur saja agar menjadi homogen. 

Oni telah menggunaan mesin untuk melakukan pencampuran tanah liat ini dengan menggunakan mesin blunger atau mesin pencampur (mixer). Adapun untuk menjadikan bahan baku yang lebih halus lagi menggunakan mixer yang hasilnya dialirkan lewat pipa dan diendapkan untuk mengurangi jumlah kandungan airnya hingga menjadi lumpur di tempat penampungan.

Setelah mengendap, lumpur diambil dari tempat penampungan untuk diangin-anginkan di atas sinar matahari hingga kering dan siap menjadi bahan keramik untuk porselain. Proses ini membutuhkan waktu cukup lama hingga sekitar tiga bulan.    

Tapi permintaan untuk bahan baku lumpur tidak banyak. Dia mengaku hanya dirinya yang masih menerima permintaan untuk membuat bahan baku lumpur ini karena butuh waktu lama dan harganya pun lebih mahal yakni Rp 800 per kg. Jika ada pesanan dia bisa mengolah lumpur 10 ton per minggu.

Adapun untuk produksi bahan baku tanah liat untuk keramik, dia bisa memproduksi 60 ton per minggu dengan harga jual ke perajin sekitar Rp 200 per kg. Oni mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta per minggu dengan laba Rp 2 juta per minggu. "Biaya operasional cukup besar untuk membeli bahan bakar solar, bayar listrik, dan membeli plastik pembungkus," kata dia.  

Sementara Dede Elfariz (27 tahun), pemilik usaha Keramik Mulya Plered adalah seorang pedagang hasil jadi keramik Plered. Dia buka usaha penjualan keramik sejak tahun 2014 silam.

Sebagai anak muda di era teknologi seperti sekarang, Dede tidak asing dengan internet. Itu sebabnya dia juga menjual produk lewat situs Keramikmulyaplered.com selain membuka gerai offline di sentra industri ini. Ternyata strategi itu berhasil mendongrak penjualannya dari tahun ke tahun. "Sekitar 80% pesanan yang datang itu dari online," kata Dede.

Sebagian besar konsumen memesan produk sesuai kebutuhan mereka masing-masing daripada membeli produk yang sudah jadi. Mayoritas atau 90% pasar produknya adalah pasar lokal. Dede mengaku telah menjual ke hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sementara sisanya 10% untuk ekspor.Produknya sesekali dibeli untuk ekspor seperti ke Australia dan Arab Saudi lewat pembelinya di dalam negeri.

Menurutnya, produk yang paling banyak dicari pot bunga, guci dan celengan. Untuk memasok keramik di gerainya, Dede memiliki workshop dengan empat pekerja. Terkait kendala usaha, terkadang cuaca yang tak menentu membuat proses pengeringan keramik butuh waktu lebih lama. "Ini membuat target penyelesaian produk kadang terlewat," ujar Dede.

Dia bisa produksi sampai 500 unit per bulan. Adapun penjualan bisa sekitar 200-300 unit per bulan. Harga jual keramik bervariasi, dari Rp 3.000 per unit untuk pot kecil hingga Rp 1,5 juta per unit untuk pilar dekorasi. Dede bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta per bulan dari berjualan keramik. Pada bulan Desember-Januari saban tahun, penjualannya bisa meningkat 70% dari bulan-bulan biasanya. "Saat ini trennya desain yang minimalis tanpa banyak ornamen," katanya.  





Detail