Anastasia Lilin Y | 14 December 2011
Meskipun ada pabrikan besar yang memproduksi aneka bentuk sepeda, bisnis modifikasi tak pernah mati. Maklum, karena diproduksi massal, sepeda pabrikan kerap tidak memenuhi selera penggunanya. Kondisi ini, tak ayal, membuat bisnis modifikasi sepeda memiliki prospek cerah.
Salah satunya adalah modifikasi sepeda low rider. Sejatinya, low rider adalah sepeda yang perawakannya pendek atau ceper. Salah seorang modifi kator low rider, Tubagus Krisna Murthi, mengatakan, sepeda low rider sebenarnya meniru bentuk mobil-mobil mewah yang beredar di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1950-an, yang ketika itu tengah ngetren.
Krisna berkisah, pada dekade tersebut, anak muda heboh mengendarai mobil merek Holden atau Chevrolet yang diceperkan. Sayangnya tidak semua anak muda bisa bergaya dengan mobil itu karena harganya yang mahal. "Dari situ muncullah kreasi modifi kasi sepeda ceper yang disebut low rider bikinan George Barris di AS," beber Krisna yang juga pemilik Bakul Pit Low Rider.
Tak disangka, kreasi Barris kelak menjadi mahakarya dan bertahan hingga sekarang. Bahkan, berbalik arah menjadi sepeda untuk bergaya. Beberapa pabrikan sepeda besar malah tercatat pernah memproduksi massal model sepeda ini, seperti Schwiin asal Amerika.
Krisna baru membuka Bakul Pit sejak pertengahan 2007. Namun, dia sudah sangat menggilai modifikasi sepeda sejak masih duduk di bangku sekolah menengah. Cara belajarnya otodidak.
Menurut Krisna, ciri-ciri sepeda low rider antara lain memiliki diameter ban ideal 20 inci, setang kemudi tinggi, frame rainbow (berangka pelangi) dan springer (garpu depan) melengkung. Untuk tempat duduk, sadel lowrider biasa disebut jok banana (pisang). Sebab, bentuknya memang panjang seperti pisang dengan besi menjulang di bagian belakang yang terkadang digunakan untuk menyandarkan badan.
Meski ada beberapa ciri-ciri utama dari low rider, kata Krisna, selera personal tetap menjadi parameter modifikasi sepeda low rider. "Saya selalu membuat sepeda sesuai keinginan pemesan," katanya.
Dia berkata, saat memesan, biasanya klien datang membawa gambar atau foto. Setelah gambarnya cocok, selanjutnya Krisna membuat estimasi dana yang harus dibayar klien. "Saya kasih saran sesuai bujetnya. Kalau setuju, saya segera kerjakan," kata pria 23 tahun ini.
Untuk penggarapan, paling cepat Krisna bisa mengerjakan low rider dalam waktu enam jam. Dengan catatan, klien tidak memesan model yang neko-neko dan spare part berasal dari bengkelnya di Bekasi Selatan.
Menurut Krisna, jika permintaan klien banyak, misalnya membikin pelek dan setang serta mengecat full body, maka waktu penggarapannya bisa sampai dua minggu. Cepat atau lamanya waktu penggarapan ini juga bergantung pada ketersediaan suku cadang atau spare part.
Untuk spare part, ada dua jenis, yakni klasik dan baru. Untuk mendapatkan spare part klasik, Krisna biasanya minta bantuan teman-temannya dari luar kota untuk mencarinya, seperti di Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Medan. Untuk spare part baru, Krisna mendapatkannya dari seorang agen yang merupakan importir spare part asal Taiwan.
Tarif modifikasi low rider yang ditawarkan bengkel Krisna minimal Rp 1,5 juta-Rp 2 juta. Ini untuk pembuatan low rider lengkap dari nol. Krisna mengaku tidak pernah melayani modifi kasi dengan cara mengubah sepeda yang sudah ada menjadi low rider.
Selain low rider, Krisna juga memodifikasi model sepeda lain, seperti limo, cruiser, chopper, basman, dan fire bike. Ini adalah model-model sepeda untuk life style, seperti halnya low rider. Seperti namanya, limo adalah sepeda genjot yang terinspirasi dari sedan limosin. Panjang sepeda ini bisa mencapai 2 meter.
Sementara chopper adalah sepeda yang terinspirasi dari motor gede (moge) Harley Davidson. Lalu, cruiser adalah sepeda yang bentuknya mirip sepeda pantai. Dari sekian jenis ini, Krisna bilang yang paling enak dikendarai hanya chopper. "Sepeda-sepeda ini memang hanya untuk life style bukan dikejar dari sisi fungsionalnya," katanya. Dari bisnis modifikasi sepeda low rider saja berikut penjualan onderdilnya, bengkel Krisna bisa meraup omzet Rp 7 juta per bulan.
Modifikator sepeda low rider lainnya adalah Hendra Prasetya. Bersama ketiga rekannya asal Bandung, Jawa Barat, Hendra juga memilih hanya menerima pembuatan sepeda utuh dan tidak menerima perombakan sepeda. "Karena sepeda yang sudah jadi, temanya beda, sehingga banyak yang harus dirombak, tipe bahan besinya juga beda," kata pria yang akrab disapa Pras ini.
Pras menggagas pendirian bengkel sepeda custom sejak 2009. "Semuanya berawal dari hobi dan mendesain sepeda milik sendiri. Karena ada yang tertarik dan minta dibuatkan, ya, akhirnya saya membuka bengkel," ujarnya.
Meski belum memberi nama bengkelnya, hasil kerja Pras dan teman-temannya cukup dikenal. Sebab, selain pemasaran dari mulut ke mulut, dia juga mempromosikan lewat internet. Pemesan yang datang ke bengkelnya kebanyakan dari kalangan muda, seperti komunitas sepeda atau skate board.
Dalam memodifikasi low rider, kata Pras, proses tersulit adalah mendesain dan mencari bahan baku. Untuk soal terakhir, bahkan Pras harus pandai memilih bahan baku yang harganya sesuai dengan isi kantong pelanggannya. "Tidak semua pemesan memasang bujet khusus. Ada juga yang mengikuti desain dan harga yang ditawarkan," katanya.
Setelah pemilihan bahan baku, Pras memesan pembuatan rangka sepeda dan aksesoris tertentu ke bengkel las. Dia memakai tenaga bengkel las karena biayanya lebih murah daripada membuat sendiri. "Tapi, harus detail menginstruksikan ke tukang las supaya desain dan ukurannya sesuai, dan mudah dirakit," ujar pria lulusan Teknik Informatika Universitas Maranatha Bandung ini.
Sampai saat ini, Pras sudah mengerjakan lima sepeda low rider dan dua sepeda chooper. Tarifnya berkisar Rp 1,5 juta-Rp 3 juta per unit. Menurutnya, keuntungan sepeda customized, selain mendapat sepeda yang modelnya eksklusif, harganya juga lebih murah dari sepeda yang built up (sudah jadi).
Modifikator sepeda custom lainnya adalah Yudi Kartono, yang memiliki Bengkel Sepeda Ben Hur. Yudi menekuni bisnis modifikasi sejak 2004 di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Ia bahkan dikenal sebagai salah satu pelopor modifikasi low rider di Jakarta.
Harga pembuatan sepeda paling murah adalah Rp 1,5 juta untuk low rider standar. Namun menurut Yudi, harga rata-rata modifiksi sepeda yang ia kerjakan adalah sekitar Rp 3 juta-Rp 4 juta. Untuk suku cadang, ia menetapkan harga, termasuk ongkos pemasangan.
Dalam sebulan, rata-rata Yudi menerima pesanan pembuatan dua sepeda. Namun di sela-sela itu, ada juga permintaan untuk suku cadang. Rata-rata dalam sebulan permintaan suku cadang berkisar 5-10 unit. (Anastasia Lilin Yuliantina, Dupla Kartini, Indira Prana)