Sepeda booming, bisnis pun melejit

Rizki Caturini | 21 December 2011

Sepeda booming, bisnis pun melejit

Tren sepeda yang sedang naik daun menjadi lahan subur bagi produsen mengeruk keuntungan. Bisnis pun akhirnya berlari sekencang kayuhan sepeda.

Menurut data Asosiasi Industri Pesepedaan Indonesia (AIPI), kebutuhan sepeda di pasar lokal tahun ini sekitar 6 juta unit. Angka ini naik hampir 10% ketimbang tahun sebelumnya yang sekitar 5,5 juta unit.

Sayangnya, produsen lokal hanya mampu memenuhi kebutuhan sekitar 2 juta unit sepeda. Sisa kekurangannya terpaksa ditambal produsen luar negeri.

PT Insera Sena misalnya. Kapasitas produksi produsen sepeda lokal ini hanya 600.000 unit per tahun. Cuma, produsen sepeda merek Polygon ini lebih memilih menjual 70% produknya ke luar negeri.
 
Di Asia, Insera memasarkan sepeda ke Thailand dan Singapura. Sementara di Eropa, Insera menjajaki pasar di Inggris, Finlandia, Belanda, Jerman dan Spanyol. Insera juga ekspor produknya ke Kanada, Amerika Serikat, Kosta Rika dan Argentina.

Sementara, sisa 30% sepeda dijual di dalam negeri dengan mengusung merek Polygon. "Sepeda Polygon  sekitar 10% juga kami ekspor ke negara-negara Asia," kata Manajer Promosi PT Insera Sena, Peter Mulyadi.

Seperti yang pernah ditulis KONTAN, Insera menargetkan produksi sepeda sebanyak 800.000 unit tahun depan. Ronny Liyanto, Direktur PT Dispoly Indonesia, anak usaha PT Insera Sena yang mengurusi pemasaran dan distribusi Polygon, menjelaskan, target ini naik 20% dari produksi 2011.

"Peningkatan permintaan sepeda membuka peluang usaha penjualan asesoris sepeda bagi pemain lokal maupun asing"

Produsen sepeda lokal lainnya juga tak kalah agresif. PT Terang Dunia Internusa, produsen sepeda merek United berencana meningkatkan produksi tahun 2012 depan. Sebab, kapasitas salah satu pabrik yang baru beroperasi tahun lalu belum optimal.

United memiliki dua pabrik. Tahun ini, kapasitas produksinya baru satu juta unit. "Sehingga produksi tahun depan bisa lebih dari 1 juta unit," kata Arifin Tedja, General Manager PT Terang Dunia Internusa, tanpa menyebutkan persentase peningkatannya.

Berbeda dengan Insera, United lebih menyasar konsumen lokal. Lebih dari 50% penjualan United ditujukan bagi pasar dalam negeri, sisanya untuk ekspor.

Pasar dalam negeri yang tengah bergairah ini juga memberikan angin segar bagi pemasok sepeda impor. Bahkan, peminat sepeda impor setahun terakhir terus membengkak.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perdagangan, produk sepeda yang berkontribusi terhadap nilai impor sepeda pada periode Januari-Juni 2011 mencapai US$ 29,7 juta. Angka ini naik 56,31% dari periode yang sama di 2010 yang sebesar US$ 19 juta.

PT Sarindo Nusa Pratama, salah satu importir biasanya mendatangkan satu kontainer sepeda yang berisi 700 unit sepeda. "Jumlah sebanyak itu untuk persediaan penjualan selama dua bulan," kata Heri Purwanto, Kepala Toko Butik Sepeda. Toko Butik Sepeda merupakan perpanjangan tangan Sarindo untuk menjual sepeda.

Sarindo memasok sepeda merek Ghost buatan Jerman. Importir ini juga memasarkan produk dari Taiwan bermerek UCC dan Avanty dan sepeda dari Selandia Baru.

Harga jual sepeda impor ini beragam, sesuai jenis, ukuran serta kualitas sepeda. Toko Butik Sepeda ini menjual sepeda termurah seharga Rp 5 juta per unit sedangkan yang paling mahal senilai Rp 80 juta per unit. Saban hari, Toko Butik Sepeda ini bisa menjual dua hingga tujuh unit sepeda.

Omzet Toko Butik Sepeda bakal melejit bila mengikuti sebuah ajang pameran. Rata-rata setiap mengikuti pameran, Heri mengaku bisa menjual 20 unit sepeda dengan omzet sekitar Rp 250 juta. Dalam setahun, ia bisa mengikuti lima kali pameran.

Tak hanya bisnis sepeda yang bergairah. Bisnis aksesori pendukung kegiatan bersepeda juga ikut kecipratan berkah. Sebab, bersepeda bagi sebagian pehobi tak cuma untuk hiburan, tapi juga untuk ikut perlombaan atau menyalurkan kegemaran modifikasi sepeda.  

Toko aksesori sepeda JP Cycles di Jakarta ini misalnya, khusus menjual onderdil dan badan sepeda fixie buatan Taiwan. David Feri Hanoko, Kepala Bagian Riset JP Cycles bilang, JP Cycles berdiri lantaran ada kebutuhan pasar yang tinggi akan suku cadang sepeda fixie .

Ketika sepeda Fixie sedang mencapai puncak ketenaran di 2010, JP Cycles bisa menjual sekitar 600 unit badan sepeda dalam dua minggu. Harga jual tergantung kualitas dan desain. Kisaran harga yang dijual mulai Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per unit.  “Biasanya konsumen berasal dari pehobi sepeda Fixie yang doyan otak-atik bentuk sepeda sesuai keinginan hati,” kata David.    

Tak hanya pemain lokal, ceruk pasar yang besar membuat pemain asing melirik Indonesia sebagai target ekspansi usaha. Chien King Industrial Co., Ltd, produsen aksesori sepeda merek CKC, mulai memperkenalkan produknya di Indonesia tahun ini. Perusahaan asal Taiwan ini menjual pedal, tali pengikat kaki di pedal, penjepit kaki yang terbuat dari stainless steel hingga pita-pita penghias sepeda.

CKC merambah pasar Indonesia karena melihat tren sepeda semakin berkembang. "Kami ikut pameran perdana di sini untuk menjajal potensi bisnis terlebih dahulu," kata Liang, istri pemilik perusahaan, Tony Liang saat ditemui pada pameran Inabicycle Exhibition pada April 2011 lalu.
 
Liang mengklaim produknya telah dikenal di pasar Amerika Serikat (AS) dan Australia serta beberapa negara Asia. "Produk kami tersedia di jaringan department store Wal-Mart," katanya.

CKC juga sedang mencari agen distributor di Indonesia. Agar bisa menjadi distributor, Anda cukup membeli produk CKC minimal senilai US$ 5.000. Harga jual produknya beragam. Misalnya, bungkus setang sepeda seharga US$ 2 per pasang dan tali kaki di pedal sekitar US$ 10 per unit.

Cheah, pemilik usaha Ciclista Sdn. Bhd. dari Malaysia pun tak mau ketinggalan. Ia menjual kostum bersepeda dari pabrikan di Hong Kong. Dalam pameran Inabicycle yang pertama ia ikuti April lalu, jualannya laku sebanyak 150 unit.

Dengan harga jual berkisar Rp 700.000-Rp 850.000 per unit, omzet penjualannya mencapai Rp 105 juta hingga Rp 127,5 juta dalam tiga hari pameran. "Saya tidak menyangka antusiasme konsumen di Indonesia ternyata cukup besar," kata Cheah.

berita terbaru