Rizki Caturini | 23 December 2011
Musim panas telah tiba di Berlin, Jerman, pada Juli 2011 lalu. Di KulturBrauerei, sekelompok turis sudah tak sabar ingin menjajal sepeda yang mereka sewa. Dengan hanya bayaran uang sewa sepeda sekitar 10 euro, para turis ini bisa bersepeda menikmati bangunan bersejarah di ibukota bekas Jerman Timur ini.
Dari paket tur bersepeda yang tersedia, turis bisa menyinggahi beberapa tempat terkenal di Berlin seperti Brandenburg Gate, Memorial to the Murdered Jews of Europe atau East Side Gallery
Paket wisata bersepeda sudah jamak dipraktekkan negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan kebiasaan warga Eropa yang menggunakan kendaraan angin sebagai alat transportasi dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Manfred Redelfs, Profesor di bidang politik dan jurnalistik ini misalnya. Ia menggunakan sepeda untuk beraktivitas sehari-hari sebagai pengajar dan Kepala Unit Riset dan Investigasi di Greenpeace, organisasi lingkungan global di Jerman.
Aktivis lingkungan berusia 51 tahun ini menganggap bersepeda bukan sekadar mengayuh pedal saja. Jauh dari itu, dia menilai, sepeda bisa membantu memperbaiki kondisi iklim dan cuaca yang kian buruk. "Saya yakin, hanya dengan mengubah gaya hidup di era industrialisasi ini yang bisa menyelamatkan iklim dunia untuk jangka panjang," ujarnya.
Menurutnya, kondisi lingkungan bakal semakin parah bila setiap keluarga cenderung menggunakan mobil. Apalagi, dia melihat ada tren keluarga modern di Eropa dan Amerika Utara untuk memiliki dua mobil.
Redelfs menilai tren tersebut akan menjadi masalah yang sangat serius jika diadaptasi oleh masyarakat Asia dan Afrika. "Tak butuh waktu lama, pemanasan global akan menjadi masalah yang lebih serius dari sekarang," ujarnya.
Di dalam negeri, kesadaran terhadap adanya perubahan lingkungan juga mulai terasa. Kalangan yang sadar akan dampak pemanasan global pun mulai pelan-pelan meninggalkan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor dengan bersepeda.
Gerakan bersepeda ini pernah tren pada era 1970-an dan 1980-an. Namun, tren itu hilang seiring dengan melonjaknya kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.
Tren sepeda kemudian mulai timbul kembali pada awal 2000-an. Ini bisa terlihat dari sejumlah tokoh masyarakat yang mulai menggemari sepeda sebagai alat transportasi.
Sebut saja Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng. Ketika menjabat sebagai Juru Bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Andi rajin mengayuh sepeda. Ia gemar bersepeda ke pelosok pedesaan di sekitar kediaman pribadinya di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur.
Andi bersepeda meneruskan kebiasaannya saat studi di Amerika Serikat. Tapi kini, setelah menjadi menteri, hobinya itu ia jalankan hanya ketika ada waktu senggang.
Aktor ibukota Tora Sudiro juga ternyata pecinta sepeda. Belakangan, salah satu pemain film Arisan! ini sedang gandrung dengan sepeda fixie. Tak jarang, ia mengayuh sepeda untuk jarak yang cukup jauh. Ia pernah menjelajahi Bogor dengan sepeda bersama komunitas pecinta sepeda.
Penanda tren yang gampang adalah munculnya berbagai komunitas sepeda. Sebut saja, salah satu komunitas sepeda yang cukup populer di sini yaitu Komunitas Bike To Work (B2K) Indonesia.
Bike To Work sendiri terbentuk pada 2004 silam. Komunitas beranggotakan dari 40.000 orang secara rutin sebulan dua kali bersepeda dalam program Car Free Day, B2K Indonesia saban bulan melakukan kampanye bersepeda bernama "Kelap-Kelip".
Mereka membagikan brosur sepanjang rute perjalanan pada Jumat malam sepulang kantor. Tujuannya tentu saja meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersepeda. "Saat ini sudah sedikit demi sedikit terlihat bersepeda sudah menjadi salah satu alternatif alat transportasi, khususnya di perkotaan," kata Ketua Umum Komunitas Bike To Work Toto Sugito pada September lalu.
Toto menilai fenomena bersepeda sekarang bukan lagi sekadar tren. Dia menilai, kegiatan bersepeda sekarang lebih pada tanggung jawab moril untuk menjaga dan menjadikan kegiatan bersepeda menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia.
Selain Bike To Work, masih banyak komunitas sepeda lainnya. Ada komunitas sepeda yang berdasarkan jenis sepeda dan daerah.
Sebut Komunitas Sepeda Gunung. Saat ini, Komunitas Sepeda Gunung sudah mempunyai anggota lebih dari 1.000 orang. “Sepeda gunung pun ada beberapa jenis dan masing-masing juga memiliki komunitas sendiri," ujar Rudi Ogel, Ketua Komunitas Sepeda Downhill di Jakarta.
Komunitas sepeda seperti ini kerap mengadakan even bersepeda bekerjasama dengan organisasi lingkungan hidup. Contohnya komunitas B2W Indonesia bekerjasama dengan organisasi 350.org menggelar program bersepeda 350 jam dari Yogyakarta ke Bandung pada September lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk mengampanyekan pengurangan konsumsi bahan bakar fossil di Indonesia.
"Indonesia harus lebih progresif mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, dan meningkatkan penggunaan bahan bakar terbarukan," ujar Rully Prayoga, Koordinator 350.org Asia Tenggara.