Lepas dari jebakan middle income trap bermodal milenial
Indonesia berpeluang mendapatkan bonus demografi secara maksimal tahun 2020, seirama banyaknya generasi milenial memasuki masa produktif. Ini jadi kunci melepaskan Indonesia dari middle income trap.
Jebakan sebagai negara dengan berpendapatan menengah atau middle income trap masih membayangi Indonesia. Indonesia sebenarnya punya senjata tambahan guna meningkatkan pendapatan ke level tinggi, yakni bonus demografi.Tahun 2020 hingga 2040, jumlah penduduk usia produktif di Indonesia lebih besar daripada nonproduktif. Peluang ini bisa dioptimalkan mendongkrak perekonomian nasional.
Sebagai catatan, middle income trap menyebabkan negara tak kompetitif di pasar global. Daya saing rendah, sehingga secara ekonomi tidak bisa bersaing dengan negara-negara maju yang bisa menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi.
Brasil dan Afrika Selatan merupakan contoh negara yang terkena middle income trap. Sebab, sejak beberapa dasawarsa terakhir, pendapatan per kapita dua negara itu bertahan di level US$ 1.000-US$ 12.000.
Ada satu keberuntungan Indonesia yang tak dimiliki Brasil dan Afrika Selatan. Indonesia masih menikmati bonus demografi. Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2010-2035, bonus demografi paling tinggi akan diperoleh Indonesia pada periode 2020-2024.
Pada rentang tahun itu, penduduk usia produktif di Indonesia mencapai puncak yaitu sekitar 174 juta-180 juta, terbanyak di Asia Tenggara. Ekonomi kreatif bisa menjadi andalan baru ekonomi Indonesia sekaligus penyelamat dari ancaman middle income trap.
Ekonomi kreatif bisa menopang perekonomian Indonesia saat sektor manufaktur terus melesu. "Jika dimanfaatkan dengan maksimal, bonus demografi menjadi modal baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif," jelas Evi Andarini, Corporate Communication Manager Bukalapak.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat bahwa PDB ekonomi kreatif tahun 2016 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 922,59 triliun. Kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional sebesar 7,44%.
Adapun sektor unggulan ekonomi kreatif saat ini meliputi kuliner, fesyen dan kerajinan. Sementara yang cukup potensial adalah film, musik, dan pengembangan aplikasi games. Nilai ekonomi kreatif tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp 1.041 triliun dan menjadi lebih dari Rp 1.100 triliun di 2019.
Nah, kunci kesuksesan ekonomi kreatif adalah mengoptimalkan generasi milenial. Pemerintah harus mengubah kebijakan pembangunan pemuda agar sesuai visi generasi milenial. "Generasi milenial sangat kreatif dan penuh harapan. Banyak sekali anak muda yang sudah menciptakan peluang mereka sendiri, menjadi influencer, dan berbagi inspirasi dengan masyarakat Indonesia," kata Priscilla Anais, CEO Office Manager Tokopedia.
Pemerintah juga seharusnya mendukung kreativitas para generasi milenial dengan berbagai kebijakan yang positif. Mulai dari insentif perpajakan, pengembangan pendidikan dan pelatihan, hingga ruang untuk mendorong ide kreatif. Evi menambahkan, generasi milenial adalah generasi digital. Berbagai kebijakan pemerintah untuk pengembangan sumber daya manusia Indonesia seharusnya memperhatikan aspek digital. "Penetrasi digital menjadi hal yang penting dalam mempersiapkan bonus demografi ini. Adaptasi dan penguasaan teknologi menjadi faktor penunjang yang perlu diperhatikan terutama di era digital," ujar Evi
Subandi Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan menegaskan, bonus demografi harus digarap optimal karena merupakan kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan Indonesia. Salah dalam kebijakan, akan menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang. "Contohnya Jepang, sudah melalui bonus tersebut, kini sebagian besar penduduknya makin tua," ungkap Subandi.
Pemerintah, kata Subandi, pun menyadari bahwa kaum milenial harus menjadi pijakan utama pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Untuk mengukur pembangunan kepemudaan di Indonesia, pemerintah meluncurkan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) awal tahun 2018.
IPP tersusun dari lima domain dan 15 indikator. Dari pencapaian domain IPP, tantangan pembangunan pemuda milenial adalah pada domain lapangan dan kesempatan kerja, domain gender dan diskriminasi, serta domain partisipasi dan kepemimpinan. "Kebijakan pemerintah akan diarahkan untuk memfasilitasi peningkatan peran aktif pemuda dalam pembangunan," jelas Subandi.
Upaya tersebut melalui peningkatan partisipasi aktif sosial dan politik pemuda. Peningkatan kualitas dan perluasan kesempatan meraih pendidikan, keterampilan, dan kesempatan kerja secara inklusif. Perluasan dan pemerataan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta memfasilitasi potensi kewirausahaan pemuda.
Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Muhammad Faisal, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan untuk menopang ekonomi nasional jika diimbangi dengan kualitas lulusan yang baik. Kebijakan pemerintah yang mulai memfokuskan program peningkatan sumber daya manusia pada tahun 2019 harus direalisasikan.
Selain itu, insentif pengembangan SDM juga harus diperbanyak. "Misalkan saja pemberian insentif untuk perusahaan yang memberikan training," papar Faisal.