Bisnis perhotelan berbinar di tahun politik

Pepatah mengatakan, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Kondisi ini menggambarkan prospek bisnis industri properti dan industri perhotelan di tahun politik 2019. Saat pengembang properti merasa pesimistis tahun depan, bisnis perhotelan optimistis bakal bersinar makin terang. Pesta demokrasi tak berimbas untuk dunia pariwisata.

Rasa optimistis ini diungkapkan Sudarsana, General Manager Corporate Bisnis and Communication PT Grahawita Santika. Ia menyebut tingkat keterisian atau okupansi baik penyewaan kamar maupun ruang rapat di beberapa hotel yang dikelola oleh Grup Santika mengalami peningkatan pada masa kampanye pemilihan umum 2019 ini.

Sebab, banyak partai politik dan politisi dari pusat dan daerah yang melakukan konsolidasi. Karena itulah, Sudarsana menarik kesimpulan, memanasnya situasi politik tak mempengaruhi bisnis perhotelan. Di sisi lain, meningkatnya kegiatan politik tak menyurutkan minat orang untuk bepergian keluar kota untuk liburan. Khususnya mereka dari generasi milenial, atau yang lahir di tahun 1980 an ke atas. Santika ingin memanfaatkan kondisi ini untuk melebarkan sayap bisnis. Menurut Sudarsana, Santika fokus ekspansi ke pengembangan digital marketing.

Perusahaan ini telah merilis aplikasi yang diberi nama santika.com. Portal tersebut melibatkan 110 jaringan hotel yang dioperasikan oleh Grup Santika, dan diharapkan meningkatkan jumlah pemesanan online konsumen. Kalau sekarang persentase pemesan online hanya mencapai 29% saja, maka tahun depan proyeksinya bisa tumbuh menjadi sekitar 35%-40%.

Strategi berikutnya adalah mendekatkan diri ke segmen milenial. Grup Santika baru membuka hotel bintang tiga yang diberi nama Kampi Hotel. “Ini cocok dengan karakter mereka, karena dekorasinya Instagramable,” terang Sudarsana. Berbekal ekspansinya ini, Sudarsana optimistis bisa mencatatkan okupansi rata-rata di atas 70% tahun depan. Perusahaan juga menargetkan untuk menambah 8 hotel baru yang berlokasi di kota lapis kedua, misalnya di Pasuruan, Blitar, Jombang, dan Bima.

Saat ini, Santika memiliki 110 hotel yang terdiri dari 7 merek. Ketujuh merek tersebut adalah The Samaya, The Kanaya, The Anvaya, Hotel Santika Premier, Hotel Santika, Amaris Hotel dan Kampi Hotel.

Keyakinan serupa juga diungkapkan Mira Boma, President Director Panorama Hospitality Management (PHM). Mira menyebut bisnis perhotelan tahun depan berkembang pesat lantaran liburan dan perjalanan menjadi kebutuhan hidup. Ia mengklaim, saat ini tingkat okupansinya bergerak di kisaran 70% - 90%. “Pemilu memberi peluang bisnis yang bagus,” tandasnya.

Panorama Group juga melanjutkan rencana penambahan 45 hotel baru sampai 2025. Saat ini, Panorama masih sedang tahap negosiasi dengan 13 hotel. Tiga di antaranya akan berada di bawah merek The 101 Hotel. PHM saat ini mengelola 11 hotel, terdiri dari 4 merek The Heaven, The 101 Hotels, FRii Hotel, dan The BnB Hotels.

Meskipun pelaku hotel optimistis dengan prospek bisnis 2019, Maulana Yusran, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan, hajatan pemilu bisa berdampak pada rencana ekspansi menambah jumlah hotel baru. Selain itu, PHRI menyoroti pebisnis masih menghadapi persoalan regulasi yang masih mengganjal industri perhotelan. Ia menyebut ada tumpang tindih perizinan yang membuat persaingan bisnis hotel cukup berat. Salah satu contoh adalah munculnya bisnis persewaan kost dan sewa rumah harian. Persoalannya usaha jenis ini beroperasi layaknya hotel, tapi, mereka tidak membutuhkan izin usaha perhotelan dan juga tidak membayar pajak, layaknya hotel.

Maulana mengingatkan, selama ini untuk bisa mengembangkan bisnis perhotelan pelaku usaha harus memenuhi sejumlah persyaratan dan membayar pajak. “Kalau persaingannya seperti ini, jadinya tidak fair,” tukasnya.