Mengukur kekuatan investor domestik hadapi dana asing

Perang dagang dan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) menjadi dua hal yang memberati pasar modal global sejak tahun lalu hingga tahun ini. Alhasil, dana asing cenderung berhati-hati masuk emerging market, termasuk Indonesia. Sejak awal tahun hingga Senin (17/12), investor asing mencetak penjualan bersih Rp 49,06 triliun di bursa saham Indonesia.

Penjualan asing ini merupakan penjualan asing tahunan dengan rekor terbesar. Padahal tahun lalu pun dana asing terus menurun dari pasar saham. Menurut data Bloomberg, penjualan bersih asing sepanjang tahun 2017 mencapai Rp 39,87 triliun. Artinya dalam hampir dua tahun ini, penjualan bersih asing di pasar saham mencapai Rp 88,93 triliun.

Tak cuma di Indonesia, aksi jual asing pun terjadi di beberapa bursa tetangga. Hingga akhir pekan lalu, penjualan bersih asing di bursa saham India mencapai US$ 4,74 miliar. Penjualan asing ini lebih tinggi daripada Indonesia yang mencapai US$ 3,54 miliar.

Penjualan bersih asing di bursa Filipina mencapai US$ 1,01 miliar. Tapi, penjualan bersih asing terbesar tampak di bursa Thailand. Penjualan asing di Negeri Gajah Putih ini mencapai US$ 8,81 miliar secara year to date hingga 13 Desember 2018.

Meski aksi jual asing terus menyerang pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencetak kenaikan 19,99% tahun lalu dan hanya turun 4,19% secara year to date hingga 17 Desember pada tahun ini.

Indeks saham pun mampu bertahan meski kurs rata-rata rupiah tahun ini berada di Rp 14.234 per dollar Amerika Serikat (AS), melemah dari rata-rata tahun lalu Rp 13.382 per dollar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan, rupiah akan bergerak antara Rp 14.400 hingga Rp 14.800 per dollar AS pada tahun depan. "Dengan nilai rata-rata rupiah di sekitar Rp 14.700 per dollar AS," kata dia.

Rupiah akan bergerak di rentang ini jika Federal Reserve menaikkan suku bunga dua kali pada semester kedua tahun depan. Dia menilai, dana asing berpotensi masuk. "Pada tiga pemilu sebelumnya dana asing mencatat net inflow," imbuh Lana.

Dengan penurunan pasar saham yang tipis di tengah aksi jual besar-besaran asing ini, apakah berarti investor domestik memiliki kapasitas besar di pasar modal?

Keberadaan dana asing di pasar modal Indonesia menjadi salah satu penggerak pasar. Karena, investor asing seringkali masuk ke saham-saham big caps yang memiliki bobot besar terhadap pergerakan IHSG.

Karena itulah aksi jual atau beli asing berpengaruh di pasar. Investor asing masuk ketika kondisi global stabil dan biasanya mengurangi paparan emerging market ketika ekonomi global menghadapi masa suram, termasuk perang dagang dan prospek perlambatan ekonomi saat ini.

Tapi, investor domestik pun semakin ramai di pasar. Hal ini tampak dari volume dan frekuensi transaksi bursa yang terus meningkat di tahun ini. Dana investasi besar, terutama dari industri keuangan non bank dan manajer investasi pun turut meramaikan perdagangan saham.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, portofolio investasi asuransi jiwa di saham mencapai Rp 132,98 triliun pada akhir Oktober. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan akhir 2017 yang mencapai Rp 139,78 triliun. “Walaupun hasil investasi turun, tapi trennya cenderung membaik dari bulan sebelumnya sempat turun sampai 135%. Tapi sekarang bisa berada di bawah 100%. Ini menunjukkan kinerja industri asuransi makin positif,” kata Wiroyo Karsono, Ketua Bersama Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia.

Saham merupakan investasi terbesar kedua asuransi jiwa. Investasi terbesar industri asuransi jiwa adalah reksadana yang mencapai Rp 160,70 triliun pada akhir Oktober lalu. Sementara porsi surat berharga negara mencapai Rp 60,99 triliun. Porsi investasi deposito sebesar Rp 37,50 triliun dan obligasi korporasi Rp 30,52 triliun.

Investor pasar modal kelas kakap lainnya adalah dana pensiun. Menurut data OJK, aset dana pensiun di pasar saham mencapai Rp 29,48 triliun pada akhir Oktober 2018. Portofolio saham ini adalah porsi terbesar keempat investasi industri dana pensiun.

Porsi terbesar investasi dana pensiun adalah deposito berjangka yang mencapai Rp 64,18 triliun. Porsi terbesar kedua dan ketiga adalah surat berharga negara (SBN) dan obligasi korporasi yang masing-masing adalah Rp 57,36 triliun dan Rp 55 triliun. Porsi terbesar lainnya adalah reksadana Rp 15,44 triliun.

Industri reksadana pun menjadi investor domestik yang kuat di pasar saham. Total dana kelolaan reksadana saham mencapai Rp 137,2 triliun pada 7 Desember 2018. Sedangkan dana kelolaan reksadana campuran mencapai Rp 24 triliun.

Jangan lupa, jumlah investor ritel di pasar saham terus bertambah. Per Oktober 2018, jumlah investor saham mencapai sekitar 820.000, meningkat dari 680.000 investor pada akhir 2017. Bursa Efek Indonesia menargetkan jumlah investor ini akan tumbuh setidaknya 20% pada tahun depan. Para investor inilah yang siap menadah saham-saham setelah terkoreksi tahun ini.