Memintal berkah dari pemilu dan pelemahan rupiah
- Publish: 10 February 2014
- Oleh : Tendi Mahadi
- Di lihat :9967 kali
JAKARTA. Menyongsong tahun 2014 yang bertepatan dengan tahun politik lantaran adanya Pemilihan Umum (Pemilu), para pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) melihatnya dengan dua kacamata. Pertama, merupakan tantangan dan kedua, meneropong peluang yang mesti dimanfaatkan.
Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkapkan, beberapa kondisi sebenarnya memberikan keuntungan bagi pelaku usaha lokal pada 2014 nanti. Pertama, momentum Pemilu 2014 yang dapat mendorong permintaan TPT di dalam negeri.
Berkaca pada Pemilu 2009 lalu, menurut Ade, permintaan TPT di pasar lokal bisa naik 10% dibandingkan dengan tahun-tahun biasa. Terutama, permintaan jenis kain rajut yang digunakan dalam pembuatan kaos dan bendera kampanye. Sehingga, permintaan TPT di tahun politik 2014 ini pun akan naik 10%.
Struktur Biaya Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Komponen | Fiber Making | Spinning | Weaving | Garment |
Raw Material | 55% | 58.10% | 56.50% | 57.70% |
Labour | 6% | 6.40% | 13.30% | 27.10% |
Interest | 4% | 6.10% | 6.40% | 2.40% |
Energy | 25% | 18.50% | 14.40% | 1.30% |
Depreciation | 6% | 5.90% | 2.10% | 1.40% |
Adm & marketing | 3% | 5% | 7.40% | 10.20% |
Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) |
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil
Tahun | US$ miliar |
2010 | 11,2 |
2011 | 13,3 |
2012 | 12,7 |
2013 | 12,9 |
2014 | 14 |
Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) |
Penjualan TPT Nasional di pasar domestik
Tahun | Nilai (US$ miliar) |
2009 | 5,3 |
2010 | 5,3 |
2011 | 7,4 |
2012 | 7,6 |
2013* | 6,8 |
2014* | 6,8-7,0 |
Sumber : API |
Meskipun memang, saat ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) melarang para Calon Legislatif (Caleg) 2014 memasang foto diri di baliho atau billboard, tetapi pada kenyataannya, para caleg tersebut tetap bergerilya memperkenalkan dirinya dengan menggunakan spanduk dan baliho.
Kedua, kondisi di pasar ekspor pun saat ini menawarkan aura positif bagi pengusaha. Sebab, nilai mata uang dollar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah. Saat dollar AS menguat, industri TPT yang mayoritas berorientasi ekspor tentu akan sangat diuntungkan. Sehingga, upaya menggenjot kinerja pun terus dilakukan. "Ekspor kami bisa lebih bergairah," katanya, kepada KONTAN.
Apalagi, perekonomian di beberapa negara tujuan ekspor mulai menunjukkan perbaikan. Misalnya, pasar Amerika Serikat dinilai Ade mulai menggeliat lagi setelah lama dililit resesi. Optimisme pun muncul dari pasar baru nan potensial, yakni Jepang.
Ade mengatakan, permintaan dari negeri Sakura dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang positif. Karena itu, dia yakin, di 2014 mendatang, kinerja ekspor TPT domestik bisa mencapai angka US$ 14 miliar. Jumlah tersebut naik 8,5% dari proyeksi tahun ini yang sebesar US$ 12,9 miliar.
Namun memang, setiap peluang yang didapat pasti saja ada tantangan yang membayangi. Salah satunya adalah kenaikan upah buruh seperti yang terjadi setiap tahunnya. Bagi industri padat karya, seperti TPT ini, kenaikan upah buruh akan memberikan dampak secara langsung. Apalagi jika kenaikannya sangat signifi kan.
Ade mengatakan, makin ke hilir suatu industri TPT, upah buruh akan semakin membebani perusahaan. Ia mencontohkan, beban upah buruh di industri garmen bisa mencapai 27,1% dari total biaya yang harus dikeluarkan. Lalu, di segmen weaving, kontribusi upah buruh mencapai 13,3%. Sementara, di spinning dan fiber making, kontribusinya masing-masing 6,4% dan 6%.
Makanya, bila upah buruh terlalu tinggi, dengan sendirinya pihak perusahaan akan menaikkan harga jual TPT. Langkah tersebut biasanya dilakukan oleh pelaku usaha TPT di sektor hilir. "Dampaknya tentu saja ke daya saing kita," papar Ade. Maklum, saat ini, banyak sekali impor tekstil dari China yang menawarkan harga miring.
Selain upah buruh, tantangan kedua adalah kebijakan makro ekonomi di Indonesia. Dewan Penasehat API, Benny Soetrisno mengungkapkan, kebijakan Bank Indonesia yang beberapa waktu lalu menaikkan tingkat suku bunga acuan ikut berdampak pada sektor rill, seperti industri TPT.
Pengaruhnya, kata Benny, banyak perusahaan yang menahan niatnya untuk berekspansi alias mengembangkan pabrik. "Investasi tekstil tahun depan bisa menurun karena pengaruh kebijakan moneter cukup besar," kata Benny.
Meski mayoritas para pengusaha masih wait and see, tidak demikian dengan PT Pan Brothers Tbk. Perusahaan tersebut malah akan ekspansi besar-besaran. Saat ini, Pan Brothers sudah memulai pembangunan empat pabrik dan akan mulai mengoperasikan empat pabrik tersebut pada paruh kedua 2014.
Denny, Sekretaris Perusahaan Pan Brothers mengatakan, dengan pengoperasian keempat pabrik tersebut, kapasitas produksi Pan Brothers meningkat menjadi 57 juta potong per tahun, dari saat ini hanya 42 juta potong per tahun. "Pembangunan empat pabrik melibatkan Mitsubishi Corp," kata dia.