Inflasi rendah, bunga tetap tinggi
- Publish: 06 January 2014
- Oleh : Dessy Rosalina,Adhitya Himawan
- Di lihat :11692 kali
JAKARTA. Sepasang mata Sanny Suharli menatap dalam-dalam buku rekening miliknya. Memasuki tahun 2014, Presiden Direktur PT Professtama International ini tampak gundah.
Pangkal kegundahan Sanny adalah persoalan mencari tempat terbaik membenamkan uang. Saat ini Sanny membiakkan duit di keranjang deposito. Dia menyimpan dana ratusan juta rupiah pada lima bank besar sekaligus.
Tapi Sanny merasa, dana yang tersimpan di deposito tidak memberikan hasil memuaskan. "Jauh lebih menguntungkan menanamkan dana dalam bisnis yang potensi keuntungan sangat menjanjikan, ketimbang menaruh dalam bentuk deposito bank," ujar dia.
Keluhan Sanny bisa menjadi cermin sebagian besar orang. Tengok saja, harga-harga barang alias inflasi sudah naik sebesar 8,37% hingga akhir November 2013.
Pada saat yang sama, Bank Indonesia (BI) mematok level suku bunga acuan alias BI rate sebesar 7,5%. Sementara, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) memberikan jaminan bagi bunga deposito di bank umum maksimal 7,25%.
Dengan kata lain, deposan harus rela merugi jika menaruh dana di deposito. Namun, kabar baiknya adalah, sejumlah bank berani menawarkan bunga jauh lebih tinggi di atas bunga penjaminan LPS.
Enaknya lagi, jika Anda memiliki dana jumbo, bank bersedia memberikan bank lebih tinggi lagi. "Saat ini banyak bank yang memberikan bunga deposito lebih dari 10%. Bahkan bank-bank besar mulai mengikuti," ujar Pardi Sudrajat, Direktur Eksekutif Banker Association for Risk Management (BARa).
Pardi meramal, perang bunga deposito bakal terus terjadi pada tahun 2014. Pemicunya adalah kekeringan likuiditas yang masih melanda industri perbankan Indonesia.
Apalagi, makro ekonomi Tanah Air masih dalam kondisi mengkhawatirkan. Misal, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih fluktuatif. "Tahun depan BI rate akan naik lagi minimal 8%," ujar Pardi.
Ramalan sama disodorkan Doddy Ariefianto, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Menurut Doddy, tawaran bunga deposito tinggi masih akan diterapkan perbankan.
Pantauan LPS, saat ini sejumlah bank memberikan bunga simpanan antara 10%-12%. "Bank tidak bisa menurunkan bunga karena tahun depan likuiditas akan lebih ketat," ujar Doddy.
Pemanis simpanan bank
Selain bunga, praktik pemberian sejumlah pemanis juga bakal menghiasi perbankan. Bagi deposan kelas kakap, biasanya bank memberikan pemanis berupa cash back, mobil, gadget dan sebagainya.
Menurut Doddy, pengetatan moneter yang diterapkan BI masih memicu era bunga tinggi. Pasalnya, BI tidak bisa menurunkan suku bunga. "BI tidak mungkin menurunkan BI rate karena bertujuan mengurangi kredit sekaligus impor, supaya defisit membaik," ujar dia.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, pemerintah memprediksi inflasi bakal sebesar 5,5%. Hitungan LPS, inflasi antara 4,8%-5%. Kalau sudah begini, tentu deposan bakal mengail untung. Pasalnya, era bunga tinggi bakal disertai penurunan tingkat inflasi karena pengetatan moneter.
Misalnya saja Bank Central Asia (BCA). Jahja Setiaadmaja, Presiden Direktur BCA, mengatakan deposito akan menjadi penopang sumber dana pada tahun 2014. Perbankan masih harus memupuk kebutuhan likuiditas di tengah kondisi ekonomi yang masih bergoyang.
Bank yang terafiliasi Grup Djarum ini memberikan sinyal akan menaikkan kembali bunga deposito pada awal tahun depan. "Likuiditas kian ketat, maka kami akan agresif mencari dana," tambah Jahja.
Anthony Soewandi, Wakil Direktur Utama Bank Victoria, mengakui pihaknya sangat mengandalkan deposito dari total dana pihak ketiga (DPK). "Deposito masih mendominasi sebanyak 88% dari DPK," kata Anthony.
Hingga akhir tahun 2013 nanti, total DPK Bank Victoria diperkirakan sebesar Rp 13 triliun. Nah, demi mengamankan likuditas, Bank Victoria berencana mengerek bunga simpanan. Anthony bilang, bunga deposito berpotensi naik antara 50–75 basis poin (bsp) pada tahun depan.
Saat ini bunga deposito Bank Victoria berada di atas 10%, alias dua digit. "Kami menaikkan bunga deposito karena bank berlomba-lomba menggaet dana deposito, terlebih pada bulan Desember ini," terang Anthony.
Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin, mengakui simpanan berbentuk deposito harus terus tumbuh. Untuk itu, Bukopin juga telah menyiapkan beberapa strategi. "Strategi sudah kami siapkan, baik itu produk maupun bentuk pemasaran," imbuh Glen.
Yang jelas, pemberian suku bunga deposito di atas bunga penjaminan dan hadiah itu sah. "Asal bank transparan dan memberitahukan kepada deposan bahwa bunganya tidak dijamin LPS," jelas Doddy.
Catatan, ada dua syarat dana simpanan yang dijamin LPS, yakni dananya tidak lebih dari Rp 2 miliar dan bunga tidak melampaui LPS rate. Jadi, apa resolusi tahun 2014 Anda? Mau membiakkan dana di deposito, investasi atau usaha?