Reksadana Saham Tetap Favorit
- Publish: 30 December 2013
- Oleh : Barratut Taqiyyah
- Di lihat :6259 kali
JAKARTA. Tahun ular segera berubah wujud menjadi tahun kuda. Di tahun depan, kondisi pasar keuangan diprediksi tak bakal jauh berbeda dari tahun ini. Volatilitas pasar keuangan masih akan terjadi. Terlebih, tahun depan, Indonesia memasuki tahun pemilu, tahun yang penuh intrik politik.
Industri reksadana pun tak steril dari pengaruh hingar bingar politik tersebut. Tekanan ke industri reksadana kian besar karena sejumlah masalah fundamental ekonomi Indonesia masih akan menjadi momok pasar.
Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Edward P Lubis mencontohkan, defisit neraca transaksi berjalan Indonesia, kemungkinan masih akan berlanjut tahun depan. Selain itu, juga pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang hingga kini masih sulit di atasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Kondisi ini meningkatkan potensi koreksi di bursa saham.
Akibatnya, investor asing akan lebih berhati-hati menempatkan dananya ke emerging market seperti Indonesia. "Aliran dana asing ke emerging market masih berpotensi turun," ujar Edward.
Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia, Michael T Tjoajadi menambahkan, faktor eksternal, seperti pengurangan stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) juga akan menjadi perhatian pasar. Awal tahun depan, The Fed mulai mengurangi stimulus moneter sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan.
Apabila ekonomi AS makin membaik, tidak menutup kemungkinan The Fed memangkas lagi stimulus keuangannya. Beberapa faktor itulah yang membuat para fund manager juga akan lebih berhati-hati menempatkan aset dasar reksadana.
Kendati potensi koreksi di pasar saham cukup besar, tapi menurut Viliawati, analis
PT Infovesta Utama, reksadana saham paling berpotensi memberikan return lebih menarik ketimbang reksadana jenis lain. Hitungan dia, return reksadana saham di tahun depan akan berkisar 9%-12% year on year (yoy). Sedangkan, return reksadana campuran diperkirakan sekitar 8%-10% dan return reksadana pendapatan tetap berkisar 6%-7%, di tahun depan.
Para manajer investasi (MI) juga sepakat kinerja reksadana saham di tahun depan akan lebih baik. Reksadana saham diyakini akan memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang reksadana jenis lainnya.
Meski tekanan pasar masih cukup besar, namun Hans Kwee, Direktur Emco Asset Management memperkirakan, kondisi pasar saham akan mulai membaik di semester II 2014. Terlebih, bila hasil pemilu sesuai harapan pasar.
Dus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun akan melejit dan return reksadana saham pun akan terangkat. "IHSG kemungkinan akan naik 20%-25% di tahun depan karena pada semester II, pasar saham sudah membaik," ujar Hans.
Sedangkan, Direktur Utama Bahana TCW Investment Management Edward Lubis memperkirakan, IHSG bakal naik 17% hingga 18% di tahun depan. Ia optimistis, kinerja reksadana saham masih lebih unggul ketimbang reksadana lainnya. Namun, reksadana saham diperkirakan hanya mampu mencetak return di bawah 15%.
Sektor saham pilihan
Maka itu, para manajer investasi pun mulai mengutak-atik isi portofolio mereka agar bisa mendatangkan gain bagi nasabahnya.
Presiden Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi menuturkan, sektor-sektor saham yang prospektif pada tahun depan antara lain sektor infrastruktur, semen dan properti. Dus, pihaknya akan melirik saham sektor tersebut.
Sedangkan, Diah Sofiyanti, Direktur PT Indo Premier Investment Management berpendapat, saham sektor konsumsi masih cukup menarik. Sebab, sektor ini ditopang oleh tingginya daya beli masyarakat Indonesia. Selain itu, saham sektor infrastruktur juga cukup prospektif pada tahun 2014.
Hans Kwee mengatakan, pihaknya , akan mengandalkan dua produk reksadana saham di tahun depan, yakni Emco Mantap dan Emco Growth Fund. Berdasarkan fund fact sheet, produk yang ditawarkan 11 Agustus 2005 lalu ini sejak awal terbit telah memberikan return 515,46% hingga akhir November 2013. Return tersebut lebih tinggi ketimbang kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sekitar 264,43% pada periode yang sama.
Emco Mantap memutar aset pada saham-saham sektor infrastruktur, utilities dan transportasi sekitar 23,96%. Kemudian sektor consumer goods sekitar 18,15%, sektor keuangan sekitar 12,89% dan sisanya sektor lainnya.
Adapun, Emco Growth Fund hingga akhir November 2013 mencatat return minus 4,3% dari akhir 2012. Angka tersebut lebih rendah ketimbang IHSG yang minus 1,4% pada periode sama. "Tahun depan, kedua reksadana saham itu ditargetkan bisa memberikan return sekitar 30%-45% per tahun," kata Hans
Untuk meraih target return tersebut, Emco mengincar saham-saham sektor crude palm oil (CPO), konsumsi dan konstruksi sebagai aset dasar. Sementara, Bahana menjagokan reksadana saham baru yang akan diterbitkan di tahun depan. Edward menyatakan, Bahana bakal meluncurkan sembilan produk baru di tahun 2014.